Tale 65

2193 Words
Jam pelajaran terakhir di XI - IPS - 5. Kelas ini notabene berisi demit - demit yang berwujud manusia. Mereka semua sedang berisik tingkat tinggi. Saat guru Bahasa Indonesia yang merangkap waka kurikulum itu pamitan untuk mengurus HUT sekolah, mereka resmi hanya hanya dikasih tugas. Beruntungnya, tugas tidak dikumpulkan. Terang aja, mereka bukannya ngerjain tugas, tapi malah beraksi. Hanya ada 3 anak yang mengerjakan tugas dengan tekun. Yang lain hanya cengengesan sambil teriak - teriak nggak jelas. Tidak tahu apa tujuannya, yang jelas itu adalah suatu kesenangan tersendiri bagi mereka. Padahal kelas ini baru mereka huni selama 5 hari loh, mereka sudah sekompak ini. Bagaimana seandainya nanti kalo sudah satu semester atau bahkan saat udah akan naik ke kelas XII? Konon katanya, kelas ini adalah tempatnya anak - anak orang kaya. Orang tua mereka adalah penyumbang dana terbesar di sekolah. Makanya mereka bandel, karena kesombongan dalam hati. Merasa lebih baik dari murid jelata lain. Tapi itu masih belum pasti ya. Kan hanya katanya. Karena pada kenyataannya, ada kok penghuni kelas ini yang berasal dari keluarga biasa - biasa saja. Entah disengaja atau tidak, tapi merupakan fakta bahwa kelas ini adalah pusatnya para demit berkumpul. Dulu biang demit dari X1 masuk ke sini, dari X2 juga masuk ke sini. X3, X4, X5, X6, sampai X9 semua setannya masuk ke kelas X1 - IPS - 5. Jadi wajar kalau kelas ini memang yang paling angker. Ada raja dari raja segala demit -- iblis -- sedang cengengesan keliling kelas. Dia tinggi, kurus, ceking, tapi tapi berwajah rupawan. Di sekolah ini dialah satu - satunya orang yang nggak takut sama si Warok Serem guru Sosiologi yang merangkap waka kesiswaan itu. Dia juga orang yang nggak pernah luput dari hukuman guru ter - killer plus ter - konyol di sekolah yaitu Pak Irwan. Si Jodi itu sekarang sedang keliling kelas. Dari tadi dia muter - muter sambil membawa buku catatan. Nggak tahu, deh, catatan apa. Yang jelas dia menentengnya ke mana - mana. Sampai di deretan bangku paling depan dan paling pojok, dia menghampiri sorang cewek. Kebetulan bangku sebelahnya kosong karena teman sebangkunya lagi absen. "Hai." Si cewek pendiem yang dari tadi mengerjakan tugas -- dia makhluk langka di kelas ini, salah satu murid yang bukan demit -- langsung kaget saat tahu yang nyapa dia tadi si Jodi. Beberapa saat kemudian cengiran lebarnya keluar. Jodi terkejut sekali melihat senyuman itu. Bagaimana tidak? Baru kali ini dia ketemu cewek yang PD banget nyengir selebar itu padahal cengirannya itu nggak manis sama sekali. "Ayla, kan?" tanya Jodi kemudian. Cewek itu manggut - manggut sambil terus nyengir lebar. Jodi jadi ikutan nyengir meskipun terpaksa. Tentang Ayla Kalista Ibrahim ini, dia adalah anak yang sederhana juga polos sekali. Tapi ada waktunya dia itu jadi lebay dan super gokil. Bingung, kan? Sama. Jadi, dia itu kelihatan anteng kalo belum kenal. Tapi sebenarnya dia itu nggak seanteng yang kalian kira. Semua temannya biasa memanggilnya Ayla atau Ila saja atau si kamus berjalan. Karena dia adalah Master English di kelas ini. Merupakan sumber kebenaran saat Bu Yaisah melenceng dari teori English yang sebenarnya. Aksennya itu empuk dan enak banget didengernya. Jadi bikin ketagihan kalo dengerin dia baca teks di depan kelas. Ayla termasuk salah satu rakyat jelata di kelas ini. Maksudnya, dia berasal dari keluarga sederhana. Ayla juga satu - satunya murid yang masih punya muka buat naik sepeda ke sekolah. Polygon kuningnya itu setiap pagi - pagi buta pasti udah nangkring di parkiran. Nggak tau, deh, jam berapa berangkatnya. Orangtuanya punya sebuah café. Tapi jangan dikira cafenya itu adaah café keren tempat nongkrong anak - anak muda atau ada band yang nggak pernah absent manggung di cafenya. Bukan begitu. Melainkan café kecil - kecilan yang menyediakan menu - menu rumahan yang terjangkau harganya. Tempatnya juga nggak mewah. Pokoknya tempat ini sesuai sama cowok - cowok kere yang nggak punya duit buat ngajak jalan ceweknya. Ayla ini susah banget eksis di kelas. Padahal dia punya karakter loh. Kelemotannya itu sudah merupakan perbedaan tersendiri dari teman - temannya. Ditambah lagi dia jagoan bahasa Inggris. Dan satu lagi yang nggak kalah penting, ya tentang kenyataan adanya polygon kuning tadi. Siapa sih cewek yang masih tahan panas - panasan di siang haro genjot pedal sepeda kecuali Ayla? Ckckck. Ayla itu sering banget dimanfaatin teman - temannya. Dia hanya dianggap ada saat mereka butuh. Apalagi kalo ada PR bahasa inggris atau yang lain yang bikin mereka pusing, akhirnya mereka minta tolong ke Ayla seenak jidatnya. Seteah itu bilang termakasih lalu nyelonong pergi. Dan sejarah seperti terhapus. Selanjutnya mereka nyuekin Ayla lagi, seperti kejadian yang barusan terjadi, nggak pernah terjadi. Kekurangan Ayla yaitu, dia itu sangatlah lemot. Saat teman - temannya sudah selesai menertawai sesuatu, dia baru mulai tertawa. Haha. Dan satu lagi kelemahan terbesarnya yaitu cowok. Selama ini dia belum pernah pacaran gara - gara gemeteran gitu kalo diajak ngobrol sama cowok. Apalagi kalo cowoknya berwajah rupawan. Ya kasusnya kaya gini nih. Silakan simak kelanjutan obrolan mereka. "Boleh minta bantuan, nggak?" tanya Jodi akhirnya. "B - b - bantuan apa?" Ayla langsung gemetar. "Nih, tugas Bahasa Inggris. Gue nggak bisa bantuin dong. Mau kan?" "M - m - mau kok. Tapi aku lagi ngerjain tugas Bahasa Indonesia." "Rumah lo mana sih?" "RUMAH?" teriak Ayla yang sontak terkejut lagi. Bahkan lebih terkejut daripada saat menanggapi pertanyaan pertama. Baru kali ini ada yang tanya alamatnya saat pertama kenalan. Jodi nyengir lagi untuk menutupi rasa terkejutnya. Dia terkejut lagi yang melihat ekspresi wajah Ayla yang seperti barusaja dikentutin genderuwo saat Jodi tanya di mana rumahnya. 'Ngapain pake teriak segala? Orang cumaan tanya alamat?' batin Jodi. "R - r - rumah aku ... taman ...." Ayla menunjuk-nunjuk ke utara. Ke arah taman kota. "Apa? Rumah lo di taman?" Jodi mendelik. Ini orang rumahnya di taman? Apa saudaraan sama kodok taman dia? Ayla menggeleng. "T - t - taman ke utara." "Oooo ... terus?" "Ada ada gang ... nah itu." "Oooo ... rumah lo masuk gang?" "Bukan - bukan." Ayla terus berusaha menerangkan detail alamat rumahnya sampai jam pelajaran bahasa Indonesia habis. Haha. Seharusnya tadi kalau dia ngerjain tugas Bahasa Inggris Jodi langsung, pasti sekarang udah kelar. Bahkan tugas Bahasa Indonesianya juga sudah kelar. Tapi sekarang terpaksa kedua tugas itu menjadi PR. "Ya udah. Tugas gue lo bawa pulang aja. Nanti malem gue ke rumah lo, buat ngambil ini!" Kata Jodi mengakhiri perjumpaan mereka. "I - i - iya." Ila nyengir lagi. Lebar banget. Hatinya lagi seneng banget sekarang. Akhirnya ada juga temen cowok yang rela main ke rumahnya. Yah, walaupun minta dikerjain tugasnya tapi nggak apa - apa lah. Yang penting dia udah mengalami kemajuan. "Ini nomor HP gue. Kali aja ntar butuh hubungin gue. Hehe." Jodi menyerahkan secarik lintingan kertas super kecil yang berisi nomor hapenya ke Ayla. "Yaudah gue mau latihan sepak bola! Dadah!" Jodi berlari mengikuti kedua temannya, si Iput dan si Fariz yang sudah duluan ke lapangan. Ayla hanya bingung sambil menerima kertas kecil itu. 'Hehe, kok dia royal banget ya?' batin Ayla. Tapi nggak apa - apa lah. Kapan lagi dapat nomor HP seorang Jordiaz? Dilihatnya nomor Jodi tadi. 084444555666. Cantik banget nomornya. Ayla kembali cengengesan. "Alhamdulillah, Ya Allah ...." *** Sudah baca sedikit cuplikan tentang betapa killer - nya Pak Irwan, kan? Ya. Dia adalah guru ter-wow di SMAN Bhakti Nusa Kediri. Di sini akan diterangkan lebih lanjut tentang beliau. Pak Irwan adalah guru matematika sekaligus Pembina anak PMR. Beliau dikenal sebagai sosok guru yang mengerikan. Uhm ... sebenernya orang ini tidak semengerikan yang dibayangkan murid - murid. Justru orang ini sangat konyol. Mau tau kenapa? Let's Check this out! Hobi - nya adalah menghukum semua murid yang berbuat kesalahan. Sekecil apa pun kesalahannya, pasti kena hukum. Sebenarnya bukan hobi, sih. Tapi memang sebuah kewajiban bagi anggota tata tertib di sekolah untuk mendisiplinkan para murid. Tapi yang namanya anak sekolah, pasti paling sebel pada guru yang suka menghukum, kan. Satu hal lagi yang membuat kekonyolannya semakin menonjol dan membuat orang - orang tertawa sampai terkencing - kencing ketika bertemu dengannya pertama kali. Dan tentunya langsung menganggap orang itu konyol. Iya. Gaya berpakaiannya yang benar - benar norak. Jauh dari rata - rata manusia normal. Oops. Pak Irwan masih sangat muda, 26 tahun. Masih lajang. Tapi penampilannya yang nggak banget itu membuatnya terlihat sepuluh tahun lebih tua. Dia selalu memakai kemeja garis - garis, juga celana cingkrang warna hitam, dengan ikat pinggang super besar di atas pusar, membuat celananya terangkat sekitar 10 cm dari tumit. Penampilan cupunya dilengkapi dengan dasi kupu - Kupu, kaca mata full frame super duper tebal dan lebar, juga rambut lurus belah pinggir. Belum lagi kaos kaki dengan motif bulat - bulat dan full color, padahal dia memakai sepatu kulit warna hitam. Ckckck .... parah! Satu lagi yang paling konyol yaitu, motor vespanya. Vespa itu sudah tua sekali. Saking tuanya, sering malah mundur jika digas. Haha ... bercanda. Dulu ketika ia masih baru, anak - anak sering menertawakanya. Tapi sekarang? Siapa yang berani? Cuman Jodi doang. Ya ... si Iput sama Fariz juga berani, sih! Tapi kadang - kadang aja pas suasana hati Pak Irwan lagi bagus. Jodi adalah murid -- musuh -- bebuyutan Pak Irwan karena kelakuannya seperti iblis buronan malaikat penjaga neraka yang sudah mencari cara untuk kabur selama triliunan tahun gitu. Jika dijadikan serial maka keren sekali diberi judul 'Hell Break'. Diadaptasi dari serial yang sudah ada 'Prison Break'. Dengan jalan cerita seperti di atas tadi, Jodi adalah Raja Setan yang kabur dari neraka dan Pak Irwan adalah malaikat yang ditugaskan Tuhan untuk membawa Jodi kembali. Haha ... keren, kan? Jodi sama sekali tidak takut dengan Pak Irwan. Bahkan hukuman setiap hari yang diberikan pak Irwan padanya hanyalah dianggap sebagai bagian dari kekonyolan Pak Irwan saja. Huuff ... memang repot menghadapi murid ndablek seperti ini. *** Habis Maghrib, seperti biasa Jodi mengelap Harley - nya biar kinclong. Kan buat mejeng malem bareng sahabat- sahabatnya. Yang kaya begitu nggak pernah absen dilakuin Jodi. Padahal acara mejeng mereka cuma makan dan keliling kota. Hehe. Ngakunya preman tapi cuma gitu doang. Emang sih, sebenarnya kegiatan ngelap - mengelap bisa minta tolong sama pembantunya, tapi Jodi bukan tipe orang yang suka memerintah. Dia akan melakukan apa saja sendiri selama dia masih mampu. Kecuali PR tentunya. Dia terlalu malas untuk melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Jam tujuh lebih tiga puluh alias setengah delapan, motor kinclong dan Jodi juga udah kinclong. Nggak kalah kinclong deh sama motornya. Sekarang tinggal nunggu Fariz sama Iput aja. Nggak lama kemudian mereka dateng. Tapi nggak kayak biasanya. Kali ini mereka boncengan. Motor Fariz itu sepertinya kasihan sekali. Mungkin motor itu shock karena biasanya dinaiki Fariz yg kecil, sekarang harus mengangkat berat yang lebih dari bobot ikan paus. Apa lagi kalo bukan si Iput gendut itu. "Lhoh? Kok boncengan, sih?" "Motor gue tadi bocor, Jod!" jawab Iput. "Yah. Nggak asik dong ntar." "Kegedean badan dia, mah. Motornya nggak kuat nampung berat badan dia!" timpal Fariz. "Diem lo! Gue kepret penyet lo!" katanya pada Fariz yang cuman memonyongkan bibirnya saat Iput mengatakan itu. "Nggak apa - apa, ya, Jod? Cuma malem ini doang," pinta Iput lagi. "Jangan. Tetep aja nggak asyik. Gimana kalo naik jaguar aja?" "BERCANDA LU?" teriak Iput dan Fariz barengan. Mereka shock berat. Emang sih mereka juga punya mobil di rumah, tapi bukan jaguar. Ckckck. Kali pertama naik jaguar ini. "Serius!" jawab Jodi. 2008 New Jaguar FX10 milik pribadi Tn. Aditya itu akhirnya keluar juga dari garasi sejak dibeli tiga bulan yang lalu. Mobil itu belum pernah dipakai. Maklum, kan yang punya emang belum pulang sama sekali sejak 3 bulan lalu. Akhirnya nganggur. Sebenernya masih ada 6 lagi deretan mobil mewah di garasi, tapi si Jodi, anak semata wayang keluarga Aditya ini paling suka naik motor saja. Dan kalo kepepet gini aja mau naik mobil. Sebelum berangkat, Jodi dapat 3 sun sayang dari Mbah Jum. Pipi kanan, pipi kiri dan jidat. Mbah Jum ini adalah Baby Sitter Jodi dari lahir sampai segedhe ini. Ketika Mbah Jum datang untuk memulai bekerja di kediaman Aditya, usianya juga memang sudah lanjut. Makanya dia dipanggil Mbah. Apalagi sekarang? Usia Jodi sudah 16 tahun. Berarti umur mbah Jum yang dulu sudah lanjut, ditambah 16 tahun. Mbah Jum adalah satu - satunya alasan kenapa Jodi masih mau pulang setiap hari selama ini. Coba nggak ada Mbah Jum, pasti si Jodi udah liar di jalanan. Jodi sudah menganggapnya sebagai nenek sendiri. Karena mbah Jum lah yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang yang tulus sejak ia lahir sampai sebesar ini. Mbah Jum juga sudah menganggap Jodi sebagai cucu atau bahkan anak sendiri. Anak dan cucu kandung mbah Jum sudah meninggal karena kecelakaan kereta api saat pulang dari Lampung ke Jember. Karena tak mau larut dalam kesedihan karena terus mengingat mereka, akhirnya Mbah Jum memutuskan untuk pindah ke Kediri untuk tinggal bersama adiknya. Dan ketika Ny. Aditya menawarinya tentang pekerjaan ini, Mbah Jum langsung mau. "Kita kok nggak dikasih sun sih, Mbah?" Kata Iput. "Iya, masak cuman si Jodi doang," timpal Fariz. "Mriki, mriki." Mbah Jum memberi 3 sun sayang juga pada Iput dan Fariz. Mereka berdua ini juga selalu minta sun kalo Jodi dikasih. Akhirnya mereka berangkat juga. "Alon - alon mawon!" "Nggih, Mbah!" jawab mereka bertiga kompak. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD