Tale 17

1392 Words
Sesampai di hotel, Lang segera merebahkan diri ke sofa saat sampai di kamar. "Di sana ada kasur. Kenapa malah di situ?" tanya Rim. "Diam lah. Aku akan ke sana nanti. Sebentar saja ...," ucap Lang. Sepertinya kontraksinya semakin parah. Dan memang begitu adanya. Lang menelungkupkan kepalanya. Kedua tangannya bertengger di atas perut. Ark mencuci tangannya hingga steril. Ia segera menghampiri Lang setelahnya. Dibukanya kaki Lang cukup lebar. Ia juga dengan sabar melepas celana Lang. Dilihatnya perkembangan bukaan jalan bayi. "Bukaan 5," ucapnya. "Aku tidak mengerti maksudnya. Aku hanya ingin tahu, kapan bayiku akan lahir?" tanya Lang masih dengan kepala tertelungkup. Menahan sakit. "Tidak tentu. Berbeda setiap orang. Ada yang cepat. Ada yang sebaliknya." "SH1T!" umpat Lang. Bagaimana bisa ia masih harus menunggu? Padahal ia sudah kesakitan sangat lama. Ark yang sadar dengan kondisinya mengerti itu. Ia juga tahu bahwa Lang sudah tak sanggup bergerak ke mana pun lagi. Makanya ia segera menggendong Lang dan membaringkannya ke ranjang. *** Hari sudah gelap. Air ketuban Lang pecah sejak tiga jam yang lalu. Suasana hening. Hanya terdengar desahan dan napas berat Lang sesekali. Ia benar - benar tak mengeluh. Ark benar - benar menghargai Lang untuk itu. Ia tahu rasanya pasti sakit. Apa lagi harus menunggu selama ini. Dan bukaan Lang masih mentok di tujuh senti. Tidak ada perkembangan. "Arkhh ... bagaimana?" tanya Lang akhirnya. Sepertinya ia sudah tidak tahan. "Belum. Nanti bisa robek kalau kau paksa keluar sekarang." "Tapi bagaimana? Sakit sekali ...." Rim memandang Lang dengan prihatin. Tubuhnya itu menggeliat beberapa kali saat diserang kontraksi. Ia juga bisa melihat dengan jelas pengencangan perut Lang. Karena ia sudah tak memakai sehelai benang pun di tubuhnya. Tubuh dan perutnya yang besar terekspos sempurna. Rim berjalan pelan. Ia mengangkat punggung Lang dan menyandarkan ke dadanya. Ia mengusap pelan punggung Lang. Berusaha menenangkannya. Tanpa sadar Lang mengenggam kedua tangan Rim. Rim tak protes. Apapun akan dia lakukan bila itu membantu. *** Sudah waktunya. Pembukaan Lang akhirnya sempurna. Lang bisa merasakan tekanan di pelvisnya. Setelah mengejan untuk pertama kalinya sejenak Lang merasa lega. Tapi tidak selanjutnya. Rasa sakitnya justru bertambah besar. Lang merasa tidak tahan. "Dorong lagi!" "Nnnghh ...." Napas Lang kembali tak keruan. Memang sakit. Tapi bila Lang tak mengejan, bayi itu juga tak akan segera keluar. Sementara ia ingin semua segera berakhir. Lang mengesampingkan rasa sakitnya. Ia fokus mendorong. Pada akhirnya Ark berbinar saat melihat sesuatu hendak keluar dari sana. "Sudah terlihat. Ayo, dorong lagi ...." "Ngggh ... arghh ...." Lang memekik. Apa bayinya terlalu besar hingga sesulit ini untuk melahirkannya? Ark mengernyit. Ukurannya memang agak besar. Ini sudah terlalu lama untuk sebuah kelahiran. Lang juga mengalami pendarahan yang banyak. Tengah malam. Lang berusaha untuk tetap terjaga. Meskipun rasanya ia sudah hampir mati. Seluruh tubuhnya tak berdaya. Bahkan ia tak punya energi untuk menekuk tubuhnya ketika mengejan. Ia tetap bersandar pada Rim dan mendorong sebisanya. Ark sedikit melakukan penekanan pada perut Lang. Berharap hal itu akan membantu. Ini sudah terlalu lama. Wajar bila Lang sampai selemas ini. Ia juga pasti sudah kekurangan darah. Darahnya keluar banyak sekali. "Arkh ... akuh ... tidak bisah," ucap Lang pelan. "Kau bilang apa, Lang? Ayo berusaha lah." "Kenapa dia tidak keluar juga? Aku tidak kuat lagi. Tolong aku, Ark." Ark ingin menangis rasanya. Tapi bagaimana? Ia juga bingung harus bagaimana. "Cari pisau. Iris saja perutku!" seru Lang. "Jangan seperti itu. Kau bisa mati." "Lebih baik segera mati dari pada seperti ini." Napas Lang putus - putus. Sementara perutnya terus berkontraksi. Menjelang pagi, Lang benar - benar kehilangan kesadaran. Denyut nadinya hampir tak terasa. Tapi ia masih bernapas. Rim dan Ark sepakat untuk membawa Lang ke rumah sakit saja. Rim segera membungkus tubuh Lang dengan selimut hotel Dan membopongnya keluar. *** Di dalam hutan. Tepatnya adalah di tempat di mana orang itu diculik. Para penculik sedang gusar. Mereka tak menemukan mereka di mana pun. Pimpinan mereka masih geram sampai saat ini. Ia sudah melampiaskan segala amarah pada para anak buahnya. Tapi sekarang ... hanya sesal yang didapatnya. Padahal tinggal sebentar lagi hingga Lang melahirkan. Ia menyesal karena tak memberitahu mereka apa tujuannya dari awal. Hanya Lang. Satu - satunya makhluk yang bisa meneruskan keturunannya. hanya dia. Benihnya selalu gugur saat menginjak bulan ke - 5 kehamilan. Tapi Lang mampu mempertahankan anaknya. Ia masih memikirkan apa yang harus ia lalukan setelah ini. *** Peristiwa menakutkan itu sudah berlalu. Dua orang laki - laki yang mengacau rumah sakit. Ark datang sambil membawa pisau yang ditodongkan pada receptionist. Beruntungnya rumah sakit masih sepi. Ark memaksa untuk mematikan CCTV. Setelah sedikit kekerasan dengan para security, akhirnya mereka berhasil bertemu dengan seorang dokter. Ark pun mengunci pintu dari dalam. Dokter itu cukup tercengang dengan kedatangan mereka. Tapi ia berusaha tenang. Berusaha tidak panik. "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya tenang. Meskipun pisau itu ditodongkan Ark tepat di lehernya. Rim bergegas meletakkan Lang ke atas brankar. Ia segera menyibak selimut yang menutupi tubuh Lang. Seketika tubuh polos Lang terekspos. Termasuk perutnya yang besar. Dokter itu ternganga tak percaya. "Cepat bedah perutnya, keluarkan apapun yang ada di dalam sana!" bentak Ark. "Tapi ... dia ..." "Tidak ada waktu lagi, cepat lakukan!" "Baik ... tapi ... aku tidak bisa melakukannya sendiri ... aku ...." "Lakukan lah sendiri. Aku benar - benar memohon. Lakukan lah sendiri. Aku dan Rim akan membantumu." "Tapi ...." "Aku mohon ... Lang akan malu bila ada orang lain yang tahu tentang ini. Aku mohon ...." *** Ada dua makhluk yang hidup di perut Lang selama ini. Satu bayi perempuan dan satu bayi laki - laki. Bayi itu masih menangis di dalam gendongan Rim. Rim juga tak kuasa menahan air matanya. Ia tidak tahan melihat keadaan Lang. Dan bayi - bayi ini sungguh terlihat rapuh. Kondisi Lang sendiri sangat kritis sekarang. Dua kantong darah yang ditransfusikan padanya belum banyak membantu. Dokter dan Ark sedang duduk berhadapan di meja itu. Tidak jauh dari tempat Rim berdiri. Masih di dalam ruangan yang sama dengan tempat Lang dibedah tadi. "Dua bayi itu memiliki mata hijau yang indah," kata dokter itu. "Aku hanya minta padamu untuk tak membocorkan masalah ini," jawab Ark. "Kau pikir aku ilmuan gila yang suka membuat percobaan? Aku hanya tanya satu hal, apa kalian termasuk salah satu percobaan Nudolf? Dia tinggal di hutan dan suka munculik orang - orang." "Bagaimana kau bisa tahu?" "Aku hanya sekadar tahu." "Kalau begitu berjanji lah untuk diam. Kau janji?" "Aku janji. Tapi ... aku tahu sedikit tentang orang - orang yang menculik kalian itu." "Benar, kah?" "Mereka bukan sepenuhnya manusia. Uhm ... kalau kau tertarik aku akan menjelaskan. Tapi aku juga butuh kepastian. Aku butuh bayi - bayi itu untuk memastikan." "Apa maksudmu kau akan meneliti DNA mereka? Sudah kubilang bahwa ...." "Aku sudah berjanji untuk tidak membocorkan. Aku hanya ingin memastikan bahwa ayah mereka benar - benar makhluk itu atau bukan. Kau cukup mengerti kata - kataku, bukan?" Ark terdiam. Tapi apa boleh buat jika memang begitu dapat membantunya untuk membalas dendam nanti. "Baik lah, kau bawa saja bayi - bayi itu. Terserah mau kau apakan." "Kau menyerahkan mereka begitu saja?" Dokter itu cukup terkejut. "Ya. Aku tidak menginginkan mereka. Aku yakin Lang pun tidak. Ia banyak menderita selama mengandung mereka. Juga perjuangannya untuk melahirkan hampir merenggut nyawanya. Aku tidak terima dengan semua itu." "Kau yakin? Apa nanti Lang tak akan menanyakan mereka?" "Tinggal jawab bahwa anaknya sudah mati. Beres, bukan?" "Baik, lah. Aku yang akan merawat mereka. Tapi bila kapan pun kau ingin mengambil mereka, akan kuizinkan. Aku yakin kau bilang begini hanya karena emosi. Aku yakin kau pasti menyayangi mereka." "Terserah kau saja. Tapi tolong pastikan bahwa Lang nanti akan sembuh dan kembali seperti semula." "Lang pasti akan bangun dan pulih. Meski pun entah kapan itu akan terjadi. Tapi pasti ia akan mengalami trauma. Dan untuk beberapa waktu ia pasti juga akan kesulitan berjalan. Meskipun sudah dijahit, tapi semua tetap butuh proses." "Aku ingin merawatnya di rumah saja. Aku benar - benar minta tolong padamu untuk merahasiakan ini semua, dan bersedia untuk aku panggil sewaktu - waktu Lang butuh. Bagaimana?" "Aku sudah berjanji akan menolong, jadi akan kulakukan apa pun untuk membantu kalian. Asalkan kau tidak menentangku." "Baik. Aku akan membawa Lang pulang sekarang. Karena aku tak mau ribut lagi. Aku minta tolong sekali lagi untuk mengurus segala ambulans yang akan mengantarkan Lang pulang. Kami ada di hotel Raven lantai 10 kamar 307. Aku mohon bantuanmu. Aku hanya tak ingin membuat yang lain curiga." "Baik lah ...." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD