Setelah mandi, Giana menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia masih kesal dengan sikap Erlan yang berlebihan. Tidak habis pikir kenapa sikap pria itu begitu posesif padahal sudah jelas mereka tidak ada hubungan. “Duh Gusti, kenapa makin ke sini semuanya makin runyam. Coba Indra nggak muncul dan Erlan nggak jadi tetangga, mungkin hidupku akan damai dan tenteram.” Saat sibuk dengan pikirannya, suara ponsel bergetar di atas tempat tidur membuat Giana kembali sadar. Tangannya menggapai ponsel tersebut, lalu melihat siapa yang mengirim pesan. “Ya ampun, tetangga gelo ini lagi,” gerutu Giana sambil tangannya membuka pesan dari Erlan. Wajah yang awalnya kesal, tiba-tiba terbentuk senyum dari bibirnya. Bahkan pandangannya tidak lepas dari layar ponsel yang masih menyala. “Lucu banget s