Maria memperhatikan putrinya yang hanya mengaduk-aduk makanan tanpa semangat memasukkan ke dalam mulutnya. Sejak pulang dari toko, wajahnya terlihat sendu dan lelah. Ia yang menemani makan merasa heran, tidak seperti Giana yang biasanya. Bahkan beberapa kali ucapannya tidak mendapat tanggapan dari sang putri. “Kamu nggak suka sama menunya?” tanya Maria. Giana yang tertunduk akhirnya mendongak, “Suka kok, Ma. Kenapa?” “Kalau suka, makannya harus lahap dan wajah bahagia. Ini malah diaduk-aduk tapi nggak dimakan. Kamu sehat?” sindir Maria. Giana menghela napas lelah karena mendengar omelan sang ibu. “Denger Mama ngomel aku jadi kenyang.” “Kamu kenapa sih? Jangan bilang kamu barantem sama Erlan?” tanya Maria gemas. “Nggak ada alasan berantem sama dia, Ma.” “Terus? Kamu galau karna Indra