"Makasih ya kak?."
"Untuk?."
"Semuanya." Firna memandang dalam mata Fares yang juga menatapnya, kedua nya sedang berada ditepian pantai menikmati sunset yang begitu indah di pandangan mata.
Fares merangkul bahu Firna membawanya untuk bersandar kepadanya. "Kewajiban gue sebagai suami, Na." Ucap Fares mengelus rambut Firna.
Firna menyandarkan kepala nya di bahu Fares menatap lurus kedepan dengan tatapan teduh. "Aku boleh jujur?."
"Emangnya selama ini gak jujur?."
"Bukan kaya gitu."
"Terus?."
Firna menghela nafas pelan. "Tentang omongan mamah."
Fares menelan ludah digenggamnya jemari Firna dengan tangan kanan nya kemudian berucap. "Jangan terlalu dipikirin, gue udah pernah bilang kan semua nya gak perlu dipaksain kalo emang lo sendiri belum siap untuk itu."
Firna tertunduk menatap jemari tangannya yang digenggam oleh Fares. "Aku harap kak Fares bisa sabar." Lirih Firna sedih.
Firna sudah tau tujuan mereka berlibur ke Bali sekarang setelah percakapan Fares dengan mamah nya dari telpon yang tidak sengaja dirinya dengar.
"Na."
"Tolong tunggu sebentar lagi kak." Fares kehilangan kata-kata nya saat bulir air mata jatuh menimpa punggung tangannya.
"Kapan pun itu gue bakalan tunggu, Na." Ucap Fares kemudian memeluk Firna dengan erat.
"Makasih, kak." Lirih Firna dengan suara yang mulai parau.
Fares menepuk-nepuk punggung istri nya itu sambil berbisik pelan mengucapkan kata-kata penenang untuk Firna. Pandangan Fares menatap lurus kedepan dimana matahari yang perlahan mulai hilang terbenam di ujung pantai.
Sebenarnya pembicaraan ini Fares berusaha hindari disaat momen seperti ini tapi entah kenapa Firna bisa tiba-tiba membahas nya.
Meskipun Fares mengharapkan sesuatu yang bertolak belakang dengan Firna tapi jika melihat istri nya seperti ini tentu saja Fares tidak akan tega apalagi harus memaksakan nya.
Akan terkesan sangat egois.
"Kak Fares."
"Hm?" Fares sedikit menunduk menatap wajah Firna.
Firna sedikit ragu menatap suami nya untuk beberapa saat lalu mencoba memberanikan diri untuk memberikan kecupan singkat tepat di bibir Fares.
Bola mata Fares kedua nya mengerjab pelan mendapatkan kecupan mendadak dari Firna tanpa dirinya duga, meskipun hanya kecupan tapi cukup membuat Fares sedikit syok.
Di tatapnya wajah Istri nya yang tanpa dosa itu kemudian berucap lirih. "Na."
"Iya?."
"Boleh sekali lagi?."
Firna menahan senyumannya mendengar ucapan Fares, dengan malu-malu Firna mendekatkan wajah nya lalu mengecup bibir Fares untuk yang ke dua kali nya namun saat dirinya hendak menjauhkan wajahnya tangan Fares lebih dulu menahan belakang leher nya tak membiarkan kecupan itu lepas begitu saja.
Tidak ada pergerakan sama sekali bibir kedua nya hanya menempel tidak lebih hingga setelah beberapa saat Fares melepaskan tangannya membuat Firna segera memundurkan wajahnya yang berubah merona merah.
Firna menggigit bibir bawah nya seraya menunduk menyembunyikan wajah merah nya dari Fares. Kecupan bibir seperti ini justru lebih membuat malu dibandingkan dengan ciuman yang biasanya.
Fares mengangkat dagu Firna dengan telunjuknya mensejajarkan pandangan mereka, dipandangnya setiap inci wajah Firna yang merona kemudian tersenyum tipis.
"Istri gue ternyata cantik banget, ya."
Seketika Firna langsung memalingkan wajah nya dari pandangan Fares menyembunyikan pipi nya yang semakin memerah bagaikan tomat matang karna mendapat pujian dari Fares.
"Kalo malu makin keliatan cantik nya."
"Kak Fares apaan sih." Ucap Firna salah tingkah tidak biasanya suami nya itu memuji nya seperti itu.
"Kok apaan?."
"Jangan-jangan kakak kesambet penunggu pantai sini ya."
Fares tertawa pelan. "Apaan sih, Na, gue muji istri gue doang emang salah?." Tanya Fares.
"Tumben banget."
"Salah gue sih, baru sadar ternyata punya istri cantik banget, gue kemana aja ya selama ini." Ujar Fares mendesah pelan diakhir ucapannya sambil mengedipkan sebelah mata nya.
"Kak Fares." Firna memukul pelan d**a suami nya membuat Fares tidak kuasa menahan tawa nya dengan tingkah Firna.
"Ngeselin."
"Tapi suka kan."
Firna langsung memalingkan wajah nya enggan untuk menjawab.
*****
Siang ini dengan matahari yang begitu bersinar terik pasangan suami istri yang sedang berlibur berkunjung ke salah satu Gramedia yang terletak tidak jauh dari hotel penginapan mereka.
Bukan tanpa sebab mereka ada disana dikarenakan sang istri yang tiba-tiba ingin membaca sebuah n****+ setelah menonton sebuah film yang diangkat langsung dari kisah nyata sebuah n****+ membuat nya penasaran dan ingin membeli n****+ itu yang kebetulan telah dipasarkan hampir di seluruh Gramedia Indonesia.
Fares menghela nafas pelan setelah hampir satu jam berkeliling namun istri nya itu tidak kunjung selesai memilih n****+ yang akan dibeli nya padahal ditangannya sudah ada n****+ utama yang dicari nya tapi rupanya Firna tidak cukup puas jika hanya membeli satu.
"Kalo bingung beli aja semua nya." Ujar Fares namun Firna menggeleng menolak.
"Pemborosan kalo kaya gitu, gak bisa."
"Dari pada lo bingung mau yang mana, padahal semua nya suka."
"Baca n****+ tuh cuman mood sesaat aja, kalo semisal aku beli semua tapi nanti gak aku baca kan sayang mending aku pilih yang bener-bener mau aku baca aja."
"Jadi, lo mau baca yang mana?." Tanya Fares mulai gemas dengan kelabilan Firna.
"Semua nya kaya nya bagus, aku penasaran."
"Tinggal pilih aja."
"Kalo semudah itu, mungkin aku gak akan bingung."
Masuk akan juga ucapan Firna.
Fares kembali menghela nafas mata nya jadi ikutan melihat deretan buku-buku dengan berbagai genre itu hingga mata nya tak sengaja salah fokus pada salah satu buku.
"Ini aja nih." Fares mengambil buku itu lalu memberikan nya pada Firna.
"Apa itu cinta?." Firna membaca judul buku itu dengan wajah bertanya pada Fares.
"Ini lebih bermanfaat."
Firna menggeleng. "Kalo kak Fares mau baca beli aja, aku gak mau dan ga minat." Tolak Firna membuat Fares mengkerutkan keningnya.
"Kenapa?."
"Buat apa?." Tidak menjawab pertanya Fares Firna justru balik bertanya kepada suami nya itu.
"Biar lo paham apa itu cinta yang sesungguhnya."
"Cinta itu datangnya dari hati kak, tanpa buku kaya gini aku yakin kita bisa saling memahami meskipun secara perlahan." Ucap Firna menjawab dengan santai.
"Bener." Satu kata itu yang keluar dari mulut Fares, cowok itu kembali menaruh buku nya ke tempatnya lalu menyilangkan tangan nya didepan d**a.
"Jangan mentang-mentang umur aku lebih muda kak Fares mikirnya aku gak ngerti terhadap perasaan aku sendiri ya."
Fares mengangkat bahu nya dengan wajah yang acuh tak acuh. "Gue gak bilang, sih."
Firna menggelengkan kepala nya pelan lalu kembali fokus memilih buku mana yang akan dirinya pilih dan beli tapi sesaat kemudian mulut kecil itu kembali berbicara. "Buku tadi mungkin cocok nya buat kak Fares." Ujar nya tanpa melihat Fares.
"Lebih pantes buat orang yang susah menyadari perasaannya sendiri." Lanjut Firna membuat Fares terenyuh tanpa kata.
"Bersembunyi dari kata kasihan padahal sayang."
"Gue—."
Firna menatap suami nya saat Fares hendak berbicara namun tidak langsung menyelesaikan ucapannya.
Firna menunggu ucapan apa yang akan suami nya itu lontarkan sebagai balasan omongan nya tadi.
Fares berdecak pelan. "f**k lah."
To be continude