Cinta itu harus

1104 Words
Sudah sekitar seminggu an Jino tinggal bersama Fares dan dalam waktu itu juga Jino memutuskan bekerja tetap di cafe Fares. Karyawan Fares ada empat orang salah satu nya dirinya sendiri, menariknya ada satu karyawan cewek yang bekerja part time disana telah berhasil mencuri perhatian Jino dalam beberapa hari. Jino sempat berkenalan, namanya Diana cewek itu masih kuliah dan bekerja part time di hari weekday saja. Diana adalah type cewek yang terlihat cuek tapi ramah, kadang jutek juga jika ada seseorang yang mengganggu nya seperti Jino contohnya. "Gue mau coba deketin dia, Res." Fares yang sedang menyusun Freshmilk kedalam kulkas menoleh kearah Jino. "Siapa?." Tanya Fares bingung dengan ucapan Jino yang tiba-tiba berucap tanpa ada penjelasan sebelumnya. "Dia." Jino memberikan isyarat lewat mata nya menunjuk Diana yang sedang mengantarkan orderan minuman. Fares mengikuti arah pandang Jino. "Gak usah aneh-aneh, dia gak bakalan mau sama lo." Ujar Fares kembali menyusun Freshmilk hingga dus nya kosong. "Emang type cowok dia kaya gimana?." Tanya Jino penasaran. "Tanya aja." Balas Fares pas sekali dengan Diana yang kembali menaruh tray didepan bar. "Apa?." Tanya cewek itu saat Fares dan Jino menatap kearah nya. "Jino mau nanya katanya." Ucap Fares melipat dus bekas Freshmilk nya lalu pergi keluar meninggalkan dua orang itu. "Nanya apa?." Jino menggaruk pelan belakang leher nya, sialan memang Fares dirinya belum menyiapkan pertanyaan yang pas padahal. "Anu." Satu kata itu yang malah keluar dari mulut Jino. "Apaan deh gak jelas banget lo." Diana melempar tatapan datar nya pada ke tidak jelasan Jino lalu kembali mengantarkan orderan yang siap naik. "Sabar bang, dia emang kek gitu." Ujar Barista cowok yang dari tadi diam nyimak sambil membuat orderan. Jino menghela nafas penjang seperti nya akan sedikit susah untuk mendekati Diana. "Lo punya nomor nya?." Tanya Jino, Barista itu mengangguk. "Bagi gue." "Lo minta aja dah sendiri, ngeri gue kalo ngebagiin nomor dia tanpa izin." "Tenang aja. Nanti gue bilangnya dapet dari Fares, dia gak mungkin bisa marah kalo sama bos sendiri kan." Ucap Jino. Barista itu berpikir sejenak mempertimbangkan lalu mengangguk setuju dan langsung mengirim kontak milik Diana ke nomor Jino melalui w******p. "Udah gue kirim." Ucap nya menyimpan kembali ponsel miliknya. Jino tersenyum puas menepuk bahu Barista itu. "Oke, thanks ya." Di lain sisi Fares sedang duduk di depan cafe nya menikmati sebatang rokok sambil iseng mengecek cctv yang dipasang didepan rumah nya yang telah dihubungkan keponselnya. Sesuai tebakan nya tidak lama di cctv itu muncul Firna yang keluar dari dalam rumah berjalan menuju halaman untuk menyirami bunga dan beberapa tanaman seperti biasanya. Sudut bibir Fares melengkung membentuk senyuman tipis, setelah puas melihat Firna Fares menyudahi pantauannya. Menyimpan kembali ponsel nya menghabiskan rokok nya lalu masuk kedalam cafe melanjutkan aktivitas nya kembali. Begitulah setiap hari nya Fares menikmati waktu break nya, sebenarnya Fares bisa kapan pun untuk break karna dia bos nya namun Fares lebih memilih menyamakan waktu nya dengan karyawan yang lain. ***** "Makan dulu kak." Ajak Firna pada Suami nya yang baru pulang bersama Jino. "Lo makan duluan aja, No. Gue mau ngobrol sama Firna bentar." Ucap Fares menarik tangan Firna membawa nya ke kamar mereka. "Kenapa kak?." Firna duduk dipinggiran kasur menunggu apa yang akan suami nya bicarakan dengannya. Fares mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong jaket nya lalu memberikannya pada Firna tanpa berbicara apapun. Firna berkedip melihat dua tiket pesawat tujuan Jakarta-Bali. "Kita pergi ke Bali?." Tanya Firna menatap suami nya. Fares mengangguk. "Liburan berdua, selagi ada Jino yang mau gantiin gue di Cafe." Jawab nya. "Kok mendadak?." "Selagi moment nya pas, Na." "Tapi." "Lo gak mau." Firna menggeleng cepat, bukan begitu maksudnya. "Aku mau. Cuman kenapa, kenapa kak Fares tiba-tiba ajak aku liburan ke Bali?." Tanya Firna bingung karna tidak ada angin tidak ada hujan suami nya yang selalu malas jika keluar dengan nya tiba-tiba mengajaknya liburan, ke Bali pula. Fares menghela nafas panjang. "Salah emang kalo gue pengen menghabiskan waktu berdua sama istri sendiri?." Lagi-lagi Firna menggeleng, memang tidak ada yang salah. "Gue berusaha buat lebih deket sama lo, Na." Firna menatap suami nya. "Kak Fares." "Gue mau kaya pasangan suami istri pada umumnya, kalo gue gak berusaha hubungan kita gak bakalan bisa maju dan tetep kaya gini terus." Ucap Fares. "Aku ngerti.... Maaf kalo aku banyak tanya." Fares mengacak pelan puncak kepala Firna, manik mata kedua nya bertemu. "Tolong bantu gue belajar cinta sama lo ya, Na." Ucapan Fares berhasil membuat Firna tertegum. Jujur selama ini Fares memang menyayangi Firna tapi sejauh ini Fares sama sekali tidak menemukan titik terang perasaannya kepada Firna sebagai seorang suami istri. Jika dibilang sayang Fares begitu sayang kepada Firna tapi jika dibilang cinta Fares sendiri masih ragu untuk sekarang. "Selama ini aku selalu berusaha dengan hal itu, kak. Meskipun aku jauh dari kata sempurna sebagai seorang istri tapi aku selalu melakukan yang terbaik untuk bisa dilihat." Ujar Firna, d**a nya tiba-tiba terasa sesak jika mengingat bagimana dulu sikap Fares yang bisa dibilang cuek kepada nya, meskipun kadang peduli juga. "Dari awal kita menikah, aku udah mutusin untuk belajar mencintai kakak karna bagimana pun juga aku mau pernikahan sekali seumur hidup kak. Aku gak mau dianggap jelek aku takut dibenci aku takut kak Fares bakalan ninggalin aku setelah lahir nya baby Dino dulu." Unek-unek Firna selama ini akhirnya terluapkan ada rasa lega sekaligus sakit didada nya. Dari dulu hingga sekarang dirinya benar-benar berusaha membuat Fares menyukai nya, kadang Firna juga sengaja bersikap kekanakan untuk bisa dimanja Fares, meskipun Fares cuek tapi perhatian cowok itu lah yang berhasil membuat Firna semakin lama semakin mencintai nya. Rasa itu pula lah yang membuat Firna semakin khawatir akan ditinggalkan apalagi Fares tidak pernah sekali pun mengungkapkan perasaan jika dia mencintai Firna. Overthinking menjadi makanan Firna apalagi pekerjaan Fares di dunia F&B tentu nya bersifat publik dimana pasti banyak sekali orang yang ditemui nya setiap hari, hal itu tentu menjadi ketakutan tersendiri untuk Firna bagaimana jika Fares menemukan seseorang yang lebih baik dan lebih dewasa dari nya, apakah dirinya akan ditinggalkan dan menjadi janda diusia nya yang masih muda? Firna terus dihantui rasa khawatir itu sampai lambat laun sikap Fares mulai berubah meski tidak langsung dengan cepat tapi Firna tetap bersyukur. Dan sekarang, ucapan yang dirinya tunggu-tunggu keluar dari mulut Fares, Firna meneteskan air matanya. "Aku akan terus berusaha semampu yang aku bisa, kak." Ucap nya. "Na." Fares dibuat bungkam oleh Firna. Semua ucapan Firna berhasil menusuk ulu hati nya, kenapa selama ini Fares tidak pernah sadar akan hal itu, kenapa pula sangat sulit untuk menyadari perasaannya. Selama ini Fares pikir dengan dirinya tidak macam-macam diluar sana itu sudah cukup untuk Firna tapi ternyata tidak karna dalam hubungan rumah tangga kepercayaan, materi, kasih sayang dan cinta itu sangat berpengaruh. To be continude
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD