Tinggal bareng Jino

1101 Words
Fares menatap Jino yang sedang makan dengan lahap, pakaian cowok itu pun sudah berganti dengan baju milik Fares yang lebih layak. Jino sudah menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya malam ini, dimana Jino yang niatnya hendak ke bandara tiba-tiba ditodong oleh segerombolan begal yang terdiri dari 4 orang laki-laki yang lebih dewasa dari nya membawa senjata tajam merampas habis semua barang, motor dan uang miliknya bahkan pakaiannya pun ikut diambil. Jino yang hanya sendiri tidak akan menang jika melawan hingga berakhir mempasrahkan diri dari pada nyawa nya yang harus melayang sia-sia. Kejadiannya sangat kebetulan terjadi dijalan daerah perumahan rumah Fares, Jino yang sudah putus asa memutuskan untuk mendatangi kediaman Fares meski sudah dini hari karna dirinya bingung akan kemana lagi dengan bermodalkan badan saja. Fares hanya bisa geleng-geleng kepala tidak habis pikir dengan musibah yang dialami sahabat nya, merasa kasihan dan ikut sedih mendengarnya. "Gak habis pikir gue, No." "Sama gue juga." Jino menimpali ucapan Fares disela makan nya. Hanya ada kedua cowok itu di meja makan, Firna sudah kembali tidur beberapa saat yang lalu karna memang sudah jam tiga subuh. Jino selesai dengan makanannya cowok itu langsung membereskannya bekas piring nya lalu kembali ke meja makan. "Akhirnya perut gue kenyang juga." Ucap Jino mengelus perutnya yang sudah terisi. Fares menghela nafas pendek. "Buat sementara lo tinggal disana aja, ada kamar tamu kosong." Ujar Fares. "Makasih, Res, gue bener-bener berhutang banyak sama lo." "Santai, kaya sama siapa aja lo." "Jujur gue gak enak, Res. Apalagi lo udah beristri. Tapi gue juga bingung kalo nolak tawaran lo." "Belagu lo kalo nolak." Cetus Fares, Jino tertawa kecil. "Udah jam setengah empat, gue mau lanjut tidur. Kamar tamu nya disitu, anggap rumah sendiri aja." Fares menunjuk pintu kamar yang berada di samping lemari kaca. "Siap nanti gue ambil surat rumah lo." Gurau Jino. Fares kembali ke kamar nya meninggal Jino yang kini pindah ke sofa depan tv. Fares merebahkan badannya disamping Firna yang terlelap, ditariknya pelan pinggang ramping itu lalu memeluknya membenamkan wajahnya di ceruk leher sang istri menikmati aroma wangi yang begitu memabukan dirinya. Firna menggeliat pelan merasa sesuatu menempel kepadanya dengan begitu erat. "Kak Fares?." Lirih Firna dengan suara serak nya. "Nyaman kaya gini, wangi." Fares memejamkan matanya menikmati aroma tubuh Firna yang begitu khas. "Selamat tidur." Kecupan singkat Fares berikan di ceruk leher Firna. Firna menarik senyuman kecilnya tangannya menyentuh tangan besar Fares yang memeluk erat pinggangnya. "Selamat tidur, kak." ***** "Res, lo sadar?." Jino baru berani bersuara setelah sosok cewek yang sedari tadi mengobrol dengan Fares di cafe pergi ke toilet. "Gue gak mabok." "Anjing, sejak kapan lo balik lagi sama mantan lo?." "Res, Inget istri." "g****k. Dikira gue selingkuh sama Tessa." "Emang belum?." Fares melempar lap kain ke wajah Jino. "Gue cuman ngejaga silaturahmi aja sama dia biar gak canggung-canggung amat." "Biar silaturahmi gak terputus lo kasih aja seratus." "Bego." Hari ini Jino ikut bersama Fares ke cafe, karna belakangan ini cafe Fares katanya sedang ramai dan membuat sedikit kerepotan jadi Jino berniat untuk membantu memberikan tenaga nya menjadi sukarelawan disana. Jino pernah bekerja di restoran luar negeri untuk mencukupi kebutuhannya jadi rasanya tidak akan sulit untuk melakukan nya. Tapi, bukan itu masalahnya sekarang. Jino sudah cukup lama mengenal Fares bahkan Jino juga tau deretan mantan-mantan Fares salah satu nya cewek yang tadi mengobrol dengan Fares. Mereka begitu santai mengobrol, lain hal nya dengan Jino yang diam-diam memperhatikan. Jino tidak mengerti dengan pola pikir Fares kenapa cowok itu bisa-bisa terlihat sangat akrab dengan mantan terindah nya padahal sekarang sudah punya istri. Apa Fares tidak memikirkan bagimana Firna jika melihat hal itu, walaupun hanya sekedar mengobrol tapi Istri mana yang tidak akan cemburu suami nya masih akrab dengan mantan terindah nya. Jino kembali ke dalam bar saat Tessa sudah kembali dari toilet dengan senyuman manisnya. "Cafe lo bener-bener bersih ya, mencerminkan pemiliknya banget." Puji Tessa. "Emang udah seharusnya kaya gitu, Sa." "Btw, nanti lo sore ada mau keluar gak?" "Jam empat gue mau ambil stok kopi sih." "Gue boleh sekalian nebeng lo gak?." "Masih lama banget, Sa. Lo kalo mau balik dianter Jino aja sekarang gimana?." Ujar Fares menawarkan tapi Tessa menggeleng menolak. "Gue masih ada beberapa tugas yang belum dikerjain, cafe lo enak banget buat nugas kalo dirumah gue kaya suntuk gitu gak fokus ditambah lagi ada nyokap gue, lo tau sendiri kan." "Oh gitu, yaudah." "Makasih." Jino yang ternyata mendengarkan obrolan dua orang itu hanya bisa geleng-geleng tanpa berkomentar apapun. Bahaya ini Fares bisa-bisa terjebak oleh Tessa tanpa sadar, tapi Jino beritahunya pun Fares malah begitu. "Banyak-banyak istigfar dah lo Res, Res." ***** "Gimana kata suami kamu?." Tanya Melani pada putri nya yang baru selesai menelpon Fares untuk meminta izin pergi berbelanja dengan nya. Melani memang sesekali akan datang mengunjungi putri nya, melihat Acha yang dirumah hanya sendiri sebenernya membuat Melani tidak tega pernah beberapa kali dirinya menawarkan Firna dan Fares agar ikut tinggal bersama mereka saja agar Firna tidak kesepian jika Fares bekerja. Sayang nya Fares tidak menyutujui itu karna alasan ingin rumah tangga nya mandiri tanpa ikut campur tangan orang tua. "Kak Fares ngizinin, dia ada titip salam juga buat mamah." "Yaudah kamu siap-siap sana, mamah tunggu." Firna segera bersiap ke kamar nya sedangkan Melani duduk santai di sofa bermain ponsel mengabari suami nya. Keluarga Firna bisa dibilang keluarga yang sangat berada, Melodi yang biasanya memanjakan Firna dengan bergelimang harta jujur merasa miris anak nya harus hidup sesederhana sekarang meskipun terbilang cukup tapi tetap saja beda dengan kehidupan mereka dulu. Apalagi diusia Firna yang masih sangat muda menuntutnya menjadi seorang istri dimasa yang seharusnya dipakai untuk sekolah dan bermain dengan teman seusia nya. Sebagai seorang ibu Melodi pasti nya ingin yang terbaik untuk anaknya tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karna suami nya pun melarangnya untuk tidak terlalu ikut campur dalam rumah tangga putri mereka. Bersyukur nya masih ada sisi positif yang membuat Melodi merasa tenang karna Firna mendapatkan suami seperti Fares yang mau bertanggung jawab penuh dan memperlakukan Firna dengan begitu baik. Meskipun awal pernikahan mereka terjadi karna sebuah insiden buruk tapi itu semua hanya lah masalalu karna sekarang hubungan mereka jauh lebih baik. "Mah, kok ngelamun?." Tegur Firna menyentuh bahu mamah nya yang tidak menyaut saat dirinya panggil. "Eh udah sayang." "Mamah mikir apa sampe melamun kaya gitu?." Melodi menggeleng tersenyum lembut pada Firna. "Gapapa, mamah cuman bingung aja besok mau dateng ke acara arisan atau reuni sama temen-temen lama mamah." Ujar Melodi, tentu saja berbohong. "Kamu udah siap kan, ayo berangkat." Firna mengangguk lalu mereka keluar rumah bersama. Firna mengunci pintu rumah lalu menyimpan kunci nya dibawah keset kaki mempermudah Fares untuk masuk kerumah jika pulang lebih dulu dari nya. To be continude
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD