Happy reading
Fares melirik Firna yang berbaring dengan mata yang masih setia terbuka menatap kosong lelangitan kamar mereka. "Na." Panggil Fares, Firna tidak menjawab ia justru membalikan badannya berbaring memunggungi Fares bersikap seolah-olah mengantuk.
"Dosa loh, Na, munggungin suami yang lagi ngomong." Ujar Fares.
"Aku ngantuk." Dua kata itu terdengar pelan ditelinga Fares. Pandangan Fares beralih pada sepiring makanan diatas nakas yang masih utuh tidak tersentuh sedikit pun.
Fares menghela nafas. "Jangan gini terus, Na. Udah tiga hari lu kaya gini gua gak masalah kalo lu nyuekin gua tapi lu harus sayang sama diri lu sendiri, lu gak makan begadang tiap hari itu bisa bikin kondisi lu makin drop." Ucap Fares bersila dengan wajah putus asa memandang kearah Firna.
Firna semakin memejamkan mata nya berusaha menulikan telinganya untuk tidak mendengar ucapan Fares. Dipeluknya dengan erat guling dalam dekapannya lalu membenamkan wajahnya disana.
"Gua tau lu ngedengerin gua, Na."
"Berisik, kak. Aku gak laper." Ucap Firna tanpa merubah posisi badannya yang masih memunggungi Fares.
"Lu nganggep gua suami lu gak, sih, Na?"
"Aku c*m--"
"Percuma Na, percuma!! Lu mau Dino kembali terus gua harus gimana. Dino udah meninggal gak mungkin bisa hidup lagi, lu harus bisa terima kenyataan!!!" Ucap Fares frustasi.
Mendengar teriakkan Fares badan Firna bergetar kecil, isakan mulai terdengar dalam kamar yang hening itu. Rasa bersalah muncul begitu saja dalam benak Fares karna telah membentak istri nya.
Fares mengusap wajahnya kasar badannya bergeser lebih dekat pada Firna, menarik perlahan badan kecil itu dan memeluknya. "Maafin gua, Na. Gua gak bermaksud buat ngebentak tadi." Ucap Fares mengelus rambut Firna.
"Jujur gua Frustasi banget sekarang gua bingung harus apa, gua benar-benar hilang ide, Na. Gua gak mau lu terus-terusan terpuruk karna kepergian Dino, gini."
Fares diam sejenak dan didetik berikut nya ia kembali melanjutkan ucapannya. "Gua sayang sama lu, Na. Tolong jangan bikin gua khawatir." Ucapnya.
Firna semakin terisak dalam pelukan Fares."aku kangen baby Dino, kak." Lirih Firna dengan isakannya, tangannya mencengkram erat punggung Fares.
Fares mengendurkan sedikit pelukan nya menangkup pipi Firna menghapus jejak air matanya lalu berusaha menarik senyuman tipis saat menatap dalam manik mata indah didepannya itu. "Besok kita ke makam nya Dino, ya?" Ajak Fares. Dengan mata yang berkaca-kaca penuh air mata Firna menatap Fares lalu mengangguk.
"Sekarang lu makan ya, gua masakin mau?" Firna menggeleng pelan.
"Aku nggak laper."
"Jangan bilang gak laper, pilih makan suka rela atau gua cekokin?" Ujar Fares memberi pilihan pada Firna.
"Aku mau makan sate."
"Sate ayam?" Firna menggeleng.
"Sate kelinci."
Kening Fares mengkerut, dimana dirinya bisa mendapatkan sate kelinci di jam segini, dengan otak yang berpikir keras akhirnya Fares mendapatkan Jalan ninja nya. "Gua cari digofood dulu, ya." Firna mengangguk memperhatikan Fares yang sibuk meng-skrol layar ponselnya dengan serius.
"Sate kambing aja mau?" Tawar Fares saat tidak menemukan penjual sate kelinci di pencarian gofoodnya.
"Aku kan mau nya kelinci bukan kambing."
"Kambing sama kelinci sama aja, Na."
Firna menggeleng tidak setuju. "Beda."
"Sama. Nih, gua tanya, kaki kambing ada berapa?" Tanya Fares, Firna dengan polosnya menjawab empat sembari menunjukan empat jari tangannya.
"Terus kalo kaki kelinci?"
"Sama empat juga."
"Nah. Sama aja kan?" Ujar Fares membuat Firna dengan polos mengangguk walau otaknya sedang berpikir keras mencerna pertanyaan Fares yang masih nge-lag dipikirannya.
"Kak ak--"
"Udah gua pesen."
"Tapi--" Ucapan Firna berhenti saat Fares membelai halus pelipisnya seraya menatap lembut kedua manik matanya.
"Yaudah." Pasrah Firna akhirnya.
*****
"Kakak mau kemana?"
Fares yang sedang memakai sepatu menoleh pada Firna yang berdiri diambang pintu rumah mereka.
"Gua keluar sebentar ya, gak akan lama."
"Tapi ini udah malem loh kak, aku gak mau sendirian dirumah, aku takut."
"Sebentar, Na."
"Kak."
Fares menghela nafasnya pelan. "Lu mau ikut?" Firna diam tidak menjawab, kepalanya menunduk menatap pakaian yang dikenakan nya.
Fares mengikuti arah pandang Firna. "Ganti dulu, gua tunggu." Tanpa berbicara apapun lagi Firna langsung bergegas masuk kedalam rumah untuk bersiap-siap dengan cepat.
Selagi menunggu Firna, Fares duduk diatas motor metik nya sambil berbalas chat dengan seseorang yang akan dirinya temui. Setelah memberitahu jika dirinya mengajak istrinya Fares menyimpan ponsel nya dikantong jaket yan dipakainya, menghidupkan mesin motornya bersiap-siap jalan karna Firna juga seperti nya sudah siap.
Firna yang memang sudah dasarnya cantik mau pakai pakaian apapun dan tampil bagaimana pun tetap terlihat sangat cantik. Fares melirik sekilas pakaian yang dikenakan Firna lalu tersenyum tipis, istrinya itu sangat cantik sekaligus imut mengenakan Hoodie oversize yang dibelikannya bulan lalu.
"Udah?" Firna mengangguk setelah merasa posisi duduknya sudah nyaman dibelakang Fares. Fares tidak langsung menjalankan motornya pergi, diliriknya Firna dari kaca spion lalu berucap dengan nada yang acuh. "Tangannya." Ujarnya, Firna dengan peka langsung melingkarkan tangannya di pinggang Fares.
"Udah." Fares langsung menjalankan motornya pergi dengan kecepatan rata-rata, walaupun dirinya sedang buru-buru tapi Fares tetap mengutamakan keselamatan apalagi dirinya membawa Firna bersamanya.
Sepanjang perjalanan Firna terus memeluk erat Fares, kepalanya bersandar pada punggung Fares, tidak tau saja Firna jika saat ini orang yang sedang dipeluknya sedang senam jantung.
Perjalanan tidak berlangsung lama sekitar sepuluh menit perjalanan motor Fares berhenti disalah satu coffe shop yang terlihat ramai.
"Na, tunggu disini ya. Gua gak lama." Ujar Fares turun dari motor seraya melepas helmnya kepada Firna yang masih anteng duduk diatas motor.
Firna mengangguk. Fares segera masuk kedalam coffee shop itu dengan langkah yang lebar, sesekali dirinya melihat keluar jendela melihat Firna dari dalam. Sebenarnya Fares tidak tega meninggalkan Firna walau hanya sebentar tapi dirinya tidak bisa membiarkan Firna melihat siapa orang yang ditemui nya.
Selang beberapa menit setelah Fares masuk ke coffee shop itu tiba-tiba seorang anak kecil dengan pakaian yang sangat lusuh datang menghampiri Firna lalu menyodorkan bekas bungkusan snack yang berisikan beberapa uang receh kedepan Firna.
Firna cukup kaget dengan kemunculan anak kecil itu. Matanya menatap dari atas hingga bawah penampilan anak kecil yang sedang mengemis kepada nya itu.
Satu tangan anak kecil itu bergerak kedepan mulut dan perutnya dengan wajah yang sangat melas mengisyaratkan dirinya sedang kelaparan.
Hati Firna yang memang sangat lemah lembut tergoyahkan, dirinya turun dari motor melepas helmnya lalu berjongkok didepan anak kecil itu mensejajarkan dirinya.
"Kamu mau makan?" Anak kecil itu mengangguk antusias.
Firna terdiam saat sadar bahwa anak kecil itu tidak bisa berbicara, bibirnya langsung tersenyum lembut lalu menggenggam tangan kecil itu. "Kita cari makan buat kamu ya." Sebelum pergi Firna melihat ke coffee shop didepannya, selagi menunggu Fares Firna akan mengajak anak kecil itu makan dulu.
Firna tidak pergi jauh dirinya hanya berjalan beberapa meter dan mampir kepedatang nasi goreng kaki lima. "Kamu duduk disini ya, aku pesen dulu." Anak kecil itu mengangguk dan langsung duduk dengan tenang menaruh tas yang digendongnya dibawah.
Setelah memesan nasi goreng Firna ikut duduk disebelah anak kecil itu memperhatikan nya dengan seksama dan kembali tersenyum, padangan Firna beralih pada bungkus Snack berisi uang receh yang terus dipegang anak kecil itu.
"Kamu setiap hari kaya gini?" Anak kecil itu mengangguk.
"Kamu emang umur berapa?" Tangan anak kecil itu terangkat menunjukkan enam jari nya.
"Mamah papah kamu kemana?" Anak kecil itu tidak menjawab, raut wajah nya langsung berubah murung terlihat sangat sedih ketika Firna bertanya tentang orang tuanya.
"Ah maaf ya, yaudah, kamu makan dulu aja ya." Ujar Firna pas sekali pesanan nasi gorengnya datang diantarkan.
Ketika Firna dan anak kecil itu sedang makan dengan tenang dan santai ternyata Fares sudah keluar dari coffee shop itu dan melihat ke kanan dan kiri mencari keberadaan Firna yang tiba-tiba hilang dari pengawasannya.
Sial, Fares merutuki dirinya sendiri karna telah membiarkan Firna menunggu sendirian di parkiran. Bodohnya dirinya, Fares menggerutu sambil menelpon istrinya yang pergi entah kemana tanpa sepengetahuan dirinya.
"Loh, kamu masih disini, Res?"
To be continued
Maaf banget baru update lagi huhu....
Semoga suka ya...
See u next chapter all.