Femme Fatale

1063 Words
Adalah rencana dan fleksibilitas dalam menerapkan rencana itu sendiri serta menghadapi halangan di depan yang menentukan kemenangan. Kemenangan yang manis dihasilkan dari sesuatu yang tertata, bukan tanpa masalah tentunya, tapi kesempurnaan penyelesaian masalah itu sendiri namun tetap berjalan di jalurnya. Stiker iklan menempel di tiang lampu jalan dan rolling door toko-toko yang sudah tutup. Tulisannya tidak lagi jelas, tapi tetap saja dibiarkan disana karena sudah menempel terlalu lama dan saling menumpuk dengan stiker-stiker yang lebih tua sebelumnya. Saluran got di bawah jalan di depan pertokoan menghembuskan bau lembab dan asam sampai masuk melalui ventilasi udara. Beberapa laki-laki muda yang sedang mabuk tersungkur di depan sebuah nightclub yang terletak di ujung jalan dengan lampu terang dan musik menghentak yang sayup-sayup terdengar ketika pintu terbuka. Sebuah mobil polisi Pontiac sedan berjalan pelan di jalan di depan sebuah club berwarna merah marun tersebut. Sang polisi menatap dua orang berbadan besar yang berjaga di pintu nightclub dengan pandangan seakan mengatakan "Usahakan jangan ada masalah malam ini." Seakan paham apa yang dimaksud, salah satu bouncer alias penjaga atau tukang pukul club ini menyentuh ujung fedoranya serta mengangkat salah satu alisnya menandakan kalimat, "Tentu bos." Di dalam club, terlihat seorang gadis berwajah luar biasa cantik namun dengan garis wajah tegas sedang menenggak segelas martini. Sepasang kaki jenjangnya yang dibalut chino 3/4 dan flat shoes bermodel oxford saddle saling bersilang. Gaya rockabilly nya sangat menonjol. Kemeja swing lengan pendek yang digulung di bagian lengan dan kerah yang dinaikkan diperkuat dengan gaya rambut bandana-wrapped yang menyembunyikan rambut sebahunya sangat mewakili gaya tak acuh sekaligus garangnya. Bibirnya bergincu merah tebal menjepit sebatang rokok yang baru saja dinyalakan. Club milik kelompok buta ini dulunya direbut dari kelompok jin yang 'merger' dengan kelompok gandarwa. Kekuatan kelompok buta memaksa golongan jin dan gandarwa undur diri dari dunia hiburan malam dan lebih memokuskan bisnis mereka dalam diam pada hutang piutang alias rentenir atau korupsi dan penyogokan yang bekerja sama dengan para pejabat atau aparat. Terlihat ada sekitar tujuh sampai delapan orang pengunjung yang menikmati alkohol sambil juga memerhatikan penampilan trio atau tiga orang yang berada di panggung kecil memainkan musik swing jazz lembut sampai bebop yang menderu. Tak lama satu dua orang pengunjung lagi masuk ke club. Tanpa sengaja mata mereka berbenturan dengan pandangan sang gadis. Benturan pandangan mereka ini secara otomatis membuat keduanya melepas fedora dan menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Sang gadis tak acuh sama sekali, hanya menghisap rokoknya lebih dalam. Jelas sekali terlihat bahwa semua orang tahu betapa tinggi dan terhormat posisi gadis tersebut di daerah ini. Padahal sebelumnya gadis ini telah lebih dahulu dikenal dengan beragam image yang disebabkan isu dan gosip yang menggambarkan dirinya sebagai seorang gadis yang kekar nan garang. Ia dikenal memiliki tubuh bongsor dan wajah yang sama sekali tidak rupawan. Memang benar bahwasanya sang gadis memiliki tubuh semampai yang melebihi tinggi rata-rata kaum pria, namun begitu tidaklah bisa dikatakan ia bertubuh bongsor. Tidak hanya penggambaran tingginya yang diceritakan berlebihan dan tidak tepat, ia juga diisukan menggeluti dunia bare knuckle fighting alias pertarungan bebas dengan kepalan, sehingga membuat otot-otot lengan dan bahunya menonjol. Berita yang ini tidaklah salah, juga tidaklah seratus persen tepat. Sebagai anggota elit kelompok buta, sang gadis tentu memiliki kemampuan yang tidak sembarang. Bisnis gelap semacam ini selalu menyerempet nyawa. Perkelahian, pertempuran, percobaan pembunuhan dan penyerangan kelompok lain dengan senjata tajam maupun senjata api adalah makanannya sehari-hari. Apalagi sebagai adik kandung pemimpin klan buta yang menguasai sejumlah besar bisnis di area Wanamarta - disamping bisnis legal yang dikuasai dan dimiliki Astina Enterprise - kekuasaan ini harus dijaga dengan baik. Bisnis pertokoan, hiburan sampai penjualan di daerah ini harus berhubungan dengan klan buta. Sang gadis menenggak rum runner nya dengan bunyi desah kepuasan yang keras. Tanpa disadarinya seorang laki-laki duduk di sampingnya. Tanpa melepas fedora, sang laki-laki mengangkat jari telunjuknya ke arah bartender, "Sama dengan yang Lady ini minum," ujarnya. Sang bartender memandang sang laki-laki dengan mimik heran dan tak percaya, namun begitu tetap saja ia melakukan apa yang orang itu pinta. Sang pengunjung misterius itu sendiri tidak peduli dengan tampang dan tatapan heran sang bartender. Ia meraba kancing double-vested jasnya tanpa membukanya. Sang laki-laki yang bila ditaksir berumur paling tidak hampir melewati lima puluhan tahun itu tanpa malu-malu memalingkan wajahnya ke arah sang gadis serta menatap langsung kedua matanya, "Boleh saya temani, Lady?" "Bila itu yang anda inginkan. Whataver suits you," ujar sang gadis dingin. Sang pria setengah baya itu menghela nafasnya panjang. "Kelompok buta sudah malang melintang di dunia bisnis berpuluh-puluh, bahkan ratusan tahun lamanya. Selama itu pula mereka berpencar, tak dapat menjaga kebersamaan mereka. Well, semua orang punya mimpi bukan? Selama itu pulalah banyak dari anggota klan buta awal yang sukses menguasai bisnis legal maupun, tentu saja, ilegal. Itu sebabnya mereka disebut 'buta' yang artinya 'raksasa.' Mereka menguasai elemen-elemen vital secara finansial atau ekonomi dan bahkan politik. Namun, tidak sedikit pula dari mereka yang tidak begitu beruntung. Lepas dari kawanan membuat mereka mengais-ngais sampah untuk hidup sebagai geng kriminal amatir yang bermodalkan kenekatan dan nama besar keluarga buta. Merampok, membunuh, menjual narkoba skala kecil atau cuma memalak toko-toko kecil." "Lalu, apa hubungannya denganku?" ujar sang gadis masih dengan wajah dingin. "Sebagai pewaris tahta dinasti bisnis Pringgandani, aku penasaran akan dibawa kemana kerajaan kalian. Kakak laki-lakimu punya kecenderungan membangun sebuah kartel drugs bukannya fokus pada bisnis kosmetik dan medis yang sudah dijalankan Priggandani selama bertahun-tahun. Atau mungkin adik-adik laki-lakimu? Entahlah, aku tak begitu paham. Karena mereka juga aku pikir masih lebih menggemari prostitusi bersanding dengan kasino, bar, pub, club semacam ini. Kita sama-sama tahu bahwa bermain-main di belakang bisnis legal sah-sah saja, yah, asal tidak terlalu mencolok. Tapi narkoba?" "Aku tidak mengerti apa maksud anda, bung." "Narada ... Namaku Narada." "Baik ... Bung Narada,” ujar sang gadis sinis, “Sepertinya anda harus kecewa karena sudah berbicara panjang lebar tanpa aku tahu maksudnya." Sang pria yang bernama Narada tersebut mengangguk-angguk sembari meneguk minumannya. Tangannya melambai-lambai di angkasa seakan memperkuat makna bahwa ia paham apa yang sedang terjadi di sini. "Ya, ya, ya ... Aku paham. Arimbi, sebagai adik sang raja raksasa, yaitu Arimba, sudah pasti kau memiliki posisi khusus. Kerahasiaan berjalan bersamaan dengan kenyataan. Semua orang di kota kecil Wanamarta ini paham bahwa you guys own the town. Tapi di satu sisi, tak seorangpun buka mulut dengan segala kegiatan gelap yang terjadi di balik tirai.' Sang gadis tertawa, tak dapat menahan rasa geli di dalam dadanya. Pertama perlahan kemudian mulai mengeras. Kedua anting-anting lebarnya bergoyang-goyang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD