Setelah mendengar penuturan Lusi, Frans bertekad untuk memperjuangkan Andin, karena dia memang pantas untuk di perjuangkan, kini Pria itu melajukan mobilnya ke rumah mewahnya, setelah sebelumnya dia berpamitan kepada Lusi. Sekarang dia tau, itulah sebabnya mengapa selama ini Edo tidak pernah mempunyai kekasih, bahkan sahabatnya itu tidak akan pernah membiarkan wanita manapun mendekatinya, ternyata pria itu benar-benar tidak bisa melupakan Andin.
***
Edo berdiri mematung di sebuah ruangan yang penuh dengan foto Andin, bisa terlihat dari tatapan matanya yang menyimpan sebuah kesedihan dan penyesalan yang mendalam, sesekali dia mengusap wajahnya dengan kasar, kadang dia menjambak rambutnya frustasi.
"Kamu tau, setelah dua tahun berlalu, hari ini ... aku bertatap muka langsung denganmu, bahkan aku bisa mencium aroma darimu yang sangat aku rindukan, perasaanku masih sama Andin, aku mencintaimu Andin ..." Sambil terisak, Edo mengusap foto Andin, kemudian mencium foto itu dalam.
****
Frans sudah sampai di pekarangan rumahnya, dia sudah tidak sabar untuk menemui istri cantiknya, hal pertama yang harus ia lakukan adalah merebut hati Andin, kemudian membuat istrinya jatuh cinta padanya, Frans akan menunggu hari itu tiba, hari di mana Andin akan mencintainya dengan sepenuh hati, dia akan selalu bersabar datangnya hari itu.
Perlahan Frans masuk ke dalam rumah mewahnya, dia berjalan ke lantai atas rumah itu, menuju kamar Andin, dengan hati-hati dia membuka kamar istrinya, ternyata Andin sedang berdiri di balkon rumahnya, semilir angin sore menerpa wajah Andin yang cantik, sesekali gadis itu membetulkan rambutnya yang menerpa wajahnya, sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan, dengan berbalut dress putih di atas lutut, gadis itu tampak terlihat seperti bidadari, tanpa dia sadari Frans terpana dengan kecantikan Andin yang alami, walaupun tanpa make up dia terlihat begitu mempesona, Frans masih berdiri mematung memandangi wajah cantik istrinya, hingga tanpa sengaja Andin menoleh karena merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya, gadis itu tersenyum melihat siapa yang datang.
"Frans ...? kamu sudah pulang?" Andin bertanya ketika melihat siapa yang sedang memperhatikannya.
"Eh, iya. Gimana keadaan kamu, apa sudah sedikit baik?" Frans tersentak dari lamunannya, kemudian dia bertanya dengan lembut, tidak seperti biasanya yang bersikap kasar kepada Andin, bukan alih-alih menjawab pertanyaan Frans, Andin mengernyitkan keningnya, memandang heran ke arah Frans.
"Ada apa denganmu? apa kamu sedang kesambet?" Frans yang mendengar pertanyaan Andin sontak tertawa, bagaimana mungkin Andin menanyakan pertanyaan konyol itu.
"Tentu saja aku nggak kesambet, kamu tuh ada-ada aja."
"Frans ... soal yang tadi di kantor, maafin aku ya ... aku tidak bermaksud membuat semuanya berantakan, aku benar-benar tidak tau kalau sahabat kamu itu Edoardo Emmanuel."
"Tidak apa, lagian aku tidak akan melanjutkan kerjasama ini dengannya, aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh milikku!!" ucap Frans penuh penekanan.
"Apa maksud perkataan kamu?"
"Maaf, tanpa memberitahukan kamu, aku diam-diam baru saja menemui Lusi, tentang hubunganmu dan Edo di masa lalu, Lusi sudah memberitahukan segalanya."
Andin menunduk, ada rasa sakit yang luar biasa menghantam dadanya, gadis itu sudah tidak tahan lagi membendung air matanya, dia tampak begitu rapuh. .
"Maaf, harusnya aku bisa mengendalikan diriku," ucap Andin penuh sesal.
"Tenanglah, aku tau itu semua berat bagimu, tapi percayalah, kamu berhak bahagia, tanpa harus di bayang-bayangi dengan masa lalu."
"Terima kasih Frans."
"Tidak masalah, lagian kamu 'kan istriku, sudah kewajiban aku untuk menjagamu." Mendengar perkataan Frans, tiba-tiba saja Andin merasa malu.
Frans berjalan mendekat ke arah Andin, kemudian dia menarik tangan Andin dan membawanya masuk ke dalam.
"Ada apa ini Frans? kenapa tiba-tiba kamu menarik tanganku?"
"Bersiaplah, aku akan membawamu ke suatu tempat, aku yakin kamu menyukainya. Aku akan mandi dulu, kita akan berangkat dalam waktu sepuluh menit," ucap Frans sambil berlalu meninggalkan Andin.
Andin tersenyum melihat kepergian Frans, inikah sisi lain dari Frans, ternyata dia bukanlah pria yang buruk. Bahkan akhir-akhir ini suaminya terlihat begitu manis. Entah kenapa, ada semacam getaran aneh di dadanya setiap laki-laki itu mendekatinya.
Frans sudah siap untuk berangkat ke suatu tempat bersama istrinya, hari ini dia terlihat begitu tampan, dengan bercelana jeans yang di padukan dengan kaos yang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang atletis, semakin menambah ketampananya, dia tampak seperti anak remaja ABG, yang berdebar-debar menantikan kencan pertamanya, kira-kira seperti itulah pemikiran Frans, pria itu sudah berada di depan kamar Andin, ketika dia hampir membuka pintu itu, pintu sudah terbuka dari dalam. Frans terkesima melihat penampilan Andin, lihat! istrinya terlihat seperti remaja SMA yang berusia tujuh belas tahun, Andin memakai rok mini yang berbahan jeans, di padukan dengan atasan dari bahan kaos, tidak lupa sepatu kets yang dia kenakan, Andin sesaat juga terpukau dengan ketampanan suaminya, mereka berdua saling mengagumi satu sama lain.
"Sudah siap?" Frans bertanya kepada Andin.
"Sudah. Ayo kita berangkat!" Frans menarik tangan Andin, membawanya menuju mobil sport kesayangannya, para asisten rumah Frans kebetulan belum pulang, mereka sangat senang menyaksikan kekompakan majikannya, mereka berdua terlihat begitu serasi.
Setelah ke duanya masuk ke dalam mobil, Frans segera melajukan mobilnya menuju suatu tempat. Sesekali Frans mencuri pandang istrinya lewat kaca spion depan.
"Kita mau kemana Frans?"
"Karena ini kejutan, aku tidak akan memberi tahunya," ucap Frans yang berhasil membuat Andi jengkel.
"Apa susahnya katakan saja," protes Andin.
Frans melirik Andin melaui kaca spion depan. Satu kata buat Andin 'cantik'.
Andin melirik Frans. "Kenapa, Frans?" tanya Andin. Ngerasa aja, dari tadi di perhatikan oleh Frans.
Frans gugup. "Eh, enggak kok. Cuman sayang di lewatkan begitu aja, hehehe ..."
Andin mengernyit heran. Tumben banget, Frans yang sekarang banyak bicara. Nih orang, kira-kira kesambet apa ya ... apa jangan-jangan habis ketemu ceweknya, makanya seneng banget kek gini. Ini menurut kata hati Andin.
"Hei! kok ngelamun? jangan kebanyakan ngelamun, entar cepet kriput!"
Andin menahan tawanya. "Apa hubungannya ngelamun sama keriput? nggak nyambung!" ucap Andin.
Frans menyunggingkan senyumnya. "Ya, ada lah, orang ngelamun itu, banyak pikiran. Nah kalau dah gitu, bakalan cepet tua dan keriput. Paham?"
Andin nyengir, ternyata Frans nggak begitu membosankan, seperti pemikiran Andin. Bahkan ternyata, Frans sangat asyik dan humoris.
Andin tersenyum, "Bisa aja kamu ..."
"Ya bisalah ... apa sih yang nggak bisa, untuk cewek secantik kamu," ucap Frans.
Andin melotot, sejak kapan? Frans mulai bisa gombalin dia. "Jan gombal! nggak lucu!"
"Ishhh! orang sini serius, di bilang gombal! buat apa gombalin istri sendiri, kurang kerjaan!"
"Udah, ah! fokus nyetir aja, jalanan rame lho!"
Andin berusaha mengalihkan pembicaraan mereka. Tapi emang iya sih, jalanan sangat rame ...