Frans terus memainkan milik Andin, dia tidak peduli dengan air mata dan teriakan gadis itu, sesekali Frans menggerakkan juniornya yang menegang ke perut Andin.Hingga akhirnya Andin mencapai o*****e yang pertama, akibat permainan lidah Frans dimiliknya, tubuh gadis itu mengelejang merasakan sensasi luar biasa pada tubuhnya, yang baru pertama kali dia rasakan.Frans mengangkat kepalanya dari milik Andin, kemudian dia mengelap mulutnya yang penuh dengan cairan surgawi milik Andin.
"Hem, gimana Sayang? kamu menginginkan lebih?hahaha ... jangan harap! kamu pikir aku dengan mudahnya bercinta dengan jalang sepertimu! tidak aka pernah, camkan itu!!!" Frans meninggalkan Andin begitu saja yang masih dalam keadaan terikat. Andin terus berontak untuk melepas ikatan ditanganinya, bahkan kini pergelangan tanganya sudah memerah akibat gesekan tali yang cukup kuat, nafasnya memburu, matanya menatap tajam penuh amarah, hingga dia merasa frustasi dengan ikatannya dan rasa lelah yang luar biasa akibat ulah suaminya, membuat gadis itu tertidur.
Frans mengumpati dirinya dan juniornya yang dari tadi mengeras, bahkan dia harus pergi ke kamar mandi untuk menjinakkan juniornya, mungkin kalau dia tidak menyadari kebencian nya kepada Andin, semua bisa terjadi di luar kendalinya.Tiba-tiba saja dia teringat tangan Andin yang masih terikat, setelah membersihkan dirinya, dia segera menuju ke kamar Andin yang tak jauh dari kamarnya, dari luar sudah tidak terdengar suara Andin yang meronta-ronta, Frans sempat berpikir apakah gadis itu pingsan, atau terjadi sesuatu dengannya, pria itu langsung menerobos masuk, sungguh hatinya merasa iba, karena dia sudah memperlakukan Andin dengan tidak manusiawinya, gadis itu tertidur dengan tangan yang masih terikat, bahkan tubuhnya yang toples tidak ditutupi sehelai benang pun.
Frans mendekati Andin, dia menyelimuti tubuh itu, kemudian melepas ikatan tangannya, sungguh pemandangan yang memilukan, pergelangan tangan Andin memerah akibat gesekan tali yang mengikatnya, setelah mengobati luka pada lengan Andin, Frans pergi kekamarnya, sama seperti Andin diapun langsung tertidur pulas di kamarnya, karena rasa lelah yang luar biasa.
Keesokan nya Andin terbangun, dia heran karena mendapati dirinya sudah tidak terikat lagi, bahkan memar dibpergelangan tangan nya sudah hilang, dia segera menuju ke kamar mandi dengan selimut melilit di tubuhnya, walau hatinya terasa sakit akibat ulah suaminya tadi malam, gadis itu berusaha tegar dan profesional, karena hari ini dia masih harus mengurusi proyek yang dia kerjakan bersama suaminya.
Ahirnya setelah satu jam di kamar mandi, gadis itu selesai juga dengan ritual mandinya.
Tok! tok! tok!
Pintu kamar Andin di ketuk dari luar, dia diam beberapa saat karena dia pikir, suaminya yang mengetuk pintu.
"Nona! Non Andin! buka pintu nya! ini ada titipan baju dari Mamanya Non." Ternyata suara asisten rumah tangga yang mengantar baju ganti serta peralatan make upnya Andin. Dengan hanya berbalut handuk, Andin membukakan pintu untuk asisten Rumah tangganya Frans.
"Selamat pagi Non, saya bi Imah, asisten rumah tangga di sini, ini ada titipan dari Mama Non." Bi Imah tersenyum ramah ke arah Andin, dia memang sengaja di pekerjaan oleh Frans pada siang hari, malamnya dia
akan kembali ke rumahnya.
"Oh, ya. Makasih banyak Bi." Andin menerima koper yang diberikan oleh bi Imah.
"Apa perlu saya siapkan sarapan untuk Non?"
"Tidak perlu repot-repot Bi. Aku mau langsung berangkat aja." Kemudia Andin menutup daun pintu itu, dia kembali ke dalam kamar untuk mengganti bajunya, mamanya memang paling pengertian, sehingga dia menyiapkan keperluan Andin.Gadis itu berdiri di depan cermin, ada bekas-bekas merah di sekitar gunung kembarnya, sejenak air matanya menetes, mengingat perlakuan Frans tadi malam, bahkan pria itu memperlakukannya dengan keji, tangannya mengepal karena rasa marah, benci, kecewa, menjadi satu, kemudian gadis itu meninju tembok yang ada di depannya, tangan ya memerah akibat kerasnya pukulan yang dia layangkan pada tembok, sakit di tangannya tidak seberapa dengan penghinaan yang dilakukan oleh Frans, dia menikah dengan Frans, semata-mata untuk memenuhi keinginan terakhir Sarah. Tapi dia harus menanggung hinaan dan cacian dari suaminya.
Setelah beberapa menit, Andin sudah selesai dengan ritual dandanannya, hari ini dia terlihat begitu cantik dan elegan dengan setelan baju kantornya yang modis, dia memang sengaja berangkat sangat pagi, supaya tidak bertemu dengan Frans.
***
Pukul 7.00 WIB, Frans terbangun dari tidurnya untuk pergi ke kantor, hari ini ada meeting penting mengenai proyek yang dia kerjakan bersama Andin, pria itu tersenyum simpul mengingat kejadian tadi malam, memang dia akui, perbuatannya kepada Andin sungguh biadab, tidak dipungkiri dia masih teringat kemolekan tubuh istrinya. Frans membuang jauh-jauh pikiran mesumnya, baginya Andin adalah perusak impiannya untuk hidup bahagia bersama kekasihnya Nisa, setelah acara ganti baju dan mandi selesai. Frans seperti biasanya pergi ke ruang makan untuk sekedar sarapan, ketika dia melewati kamar Andin, kamar itu terlihat sunyi, sepertinya gadis itu sudah bangun.
"Selamat pagi Tuan," sapa bi Imah kepada Frans, setelah pria itu duduk di depan meja makan.
"Pagi juga, Bi. Oh, ya! Andin dimana Bi? "
"Maaf Tuan, Non Andin sudah berangkat dari pukul enam tadi pagi Tuan. "
"Apa dia sudah sarapan? "
"Belum Tuan, katanya dia mau langsung berangkat ke kantor saja "
"Oh, ya Bi. Tolong rahasia kan sama Mama kalau kita berdua tidur terpisah."
"Baik Tuan."
Setelah selesai sarapan Frans segera
berangkat ke kantornya, kebetulan dia harus ke kantor Permana Company untuk melengkapi beberapa dokumen yang masih kurang.Frans melakukan mobil sportnya menuju Permana Company.
Beberapa saat kemudian mobilnya telah sampai di sebuah gedung megah milik Permana Company.Frans memarkirkan mobilnya, kemudian buru-buru dia masuk ke dalam gedung itu, dia langsung berjalan menuju lift.
***
Andin yang baru selesai sarapan di kantin bermaksud menemui papanya di lantai paling atas dari gedung itu, gadis cantik itu berjalan menuju lift, ketika tangannya mulai menekan tombol lift, tiba-tiba saja seseorang menekan tombol lift secara bersamaan sehinga tangan ke duanya menyatu, Andin menoleh ke belakang siapa orang yang berdiri di belakangnya. Alangkah terkejutnya dia, mendapati Frans berdiri tepat di belakangnya, Andin segera menarik tangan nya yang masih dipegang oleh Frans, setelah pintu lift terbuka Andin segera masuk ke dalam lift yang di ikuti Frans dari belakang, kini tinggal mereka berdua dalam Lift tersebut, Andin menggeser tubuhnya untuk menjauh dari Frans, gadis itu diam seribu bahasa tanpa sedikitpun menoleh ke arah Frans, beda dengan Frans yang diam diam mencuri pandang dari Andin.Tidak di pungkiri Andin begitu membenci Frans, dia muak dengan apa yang telah Frans lakukan kepadanya...