Episode 1

2071 Words
Pagi ini Devany berjalan gontai di koridor sekolah. Matanya masih tertarik minta tidur.Semalam dirinya begadang demi menghafal biologi supaya nanti waktu disuruh maju bisa jadi yang pertama. "Hooaaaaeeenm.." Devany menguap besar setelah sampai di kursinya. Ia menelungkupkan kepala di atas meja dengan mata tertutup. Kelas masih sunyi! Belum ada temen sekelas yang datang.Mungkin aja rumah mereka deket sekolah. Karena pada umumnya,orang yang sering terlambat datang ke sekolah adalah orang yang rumahnya paling deket. Lah kalau Devany,udah jauh,nyambung angkot dua kali dan angkotnya padet pula. Tak lama,gadis itu mendongakkan kepalanya. Dia membuka buku lalu menghafal kembali. Beberapa menit kemudian teman sekelasnya berdatangan lalu bel masuk berbunyi. Bu Endang masuk lalu menyuruh siswanya menghafal luar kepala dan maju kedepan. Seperti dugaan! Hanya Devany yang sudah hafal dan iapun maju kedepan kelas sambil membawa pulpen bertutup. Jaga-jaga kalau misalnya ada yang gangguin, Devany bisa membuka tutup pulpen itu supaya sedikit tenang. Tapi ingat! Jaga-jaga saja. "Sistem peredaran darah manusia.." Ketika Devany mulai berbicara,tiba-tiba mahkluk kasatmata berdiri dibangku yang paling ujung dan mengganggunya. Mahkluk itu menarik wajah dan hidungnya keatas,kebawah,dan kesamping. Matanya ia tarik keatas sampai yang terlihat hanyalah warna putih dengan garisan merah ditengah-tengah. Setelah itu, dia mendorong hidungnya keatas. Lalu matanya ditarik kebawah. Seperti satu dari sekian hewan yang sering dipotong oleh orang Batak. Warnanya pink muda dan rumahnya disebut kandang. Devany masih mencoba sabar dan fokus."Kemudian disalurkan lewat jantung dan..." Pikirannya mendadak kacau! Yang dihafalnya semalaman berlarian kesana-kemari. Semakin lama mahkluk itu memiringkan bibirnya, melipat tangan kedekat d**a dan mengeluarkan sedikit lidahnya. Tak lupa dia memincangkan jalannya lalu kepalanya miring sampai mengenai bahu. Macam yang kena penyakit stroke aja dianya. Akhirnya teman sekelas pun pada tertawa. Devany menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Namun,pikiran Devany makin berkecamuk, semakin lama lidahnya semakin latah. Tetapi mahluk tadi tetap memperagakan adegan itu bahkan sempat bertingkah seperti topeng monyet. Apalagi dia menggerak-gerakkan tangannya sambil memasang ekspresi gila. "Ddeeevvaannyyy" Ucapnya lambat sambil memutar bola matanya keatas.  Dia selalu punya cara ajaib untuk menganggu konsentrasi Devany. "Huahahaaahahah.." Suasana kelas makin heboh. Kesabaran gue udah habis! Devany membuka tutup pulpennya makin cepat dan keras. Mencoba kembali fokus dan berusaha keras untuk tetap tenang. Tik..tok...tik.. tok.. Tapi suasana kelas masih aja ricuh, gara-gara pertunjukan show langka dalam kelas. Merasa sudah tak tahan,dia menunduk geram.Tiba-tiba Devany berteriak keras sambil melemparkan pulpen ditangannya. "CIKKKKKOOOOOO......" Pulpen itu berputar kencang. Waktu seakan diperlambat,dan semua orang bergerak lambat. Putaran angin dari pulpen yang berputar itu seperti mempunyai kekuatan. Tap.. Bushhh Pulpen itu mengenai tepat di jidat Ciko. Dia meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya yang pusing. Waktu kembali normal. Semua siswa kembali tertawa heboh. Ketika Ciko membuka tangan yang tadinya dipakai untuk menutup kepala, semua orang tertawa, termasuk Bu Endang. "Kenapa? Apa yang salah sama muka gue? Gue gak stroke beneran kan?" Tanyanya kebingungan. Nessa,cewek paling centil seipa dua memberikan kacanya kepada Ciko. Ciko mengambilnya lalu melihat wajahnya. Orang-orang semakin tertawa sewaktu Ciko dengan ekspresi datar menatap kearah Devany. "Lo apain wajah gue?" Ucapnya seraya menunjukkan jidat yang bengkak berwarna merah berbentuk bulat. Tepat ditengah tengah keningnya. Membuatnya mirip seperti gadis India. Devany tidak peduli dan malah melanjutkan hafalannya. Setelah selesai, semua orang bertepuk tangan dan Devany duduk kembali ke bangkunya dengan santai. Seakan tidak terjadi apa-apa. Sedangkan Ciko masih menatapnya gak percaya atas apa yang udah Devany lakukan. Kalau dibilang tembak jitu,nih cewek kayaknya cocok deh. "Ada lagi yang mau maju?" Tanya Bu Endang kepada para siswa yang pada sok menghafal kayak lagi baca mantra. Ada yang pegangin kepalanya. Ada yang berpikir keras padahal di bawahnya atau dalam laci ada n****+ terpampang jelas. Ada yang sok menghafal dengan tatapan fokus,tapi di bawah dia bales chat doi yang nyatanya pengangguran. Dan terkahir ada tipe manusia yang kayak Ciko dengan tingkat absurd yang luar biasa hebat dengan ketidakpeduliannya kepada pelajaran. Bisa-bisanya dalam keadaan kelas yang riuh akan siswa yang menghafal,dia malah main game online di pojokan. "Ada lagi?" Beberapa menit,tidak ada juga yang mau maju. Akhirnya Bu Endang memutuskan untuk melanjutkan hafalannya Minggu depan. Sontak semua siswa berteriak kegirangan. Memang modus anak sekolahan.kalau ada tugas hafalan disengaja mengulur waktu biar lama juga disuruh majunya. "Selanjutnya kita mencatat. Catat mulai halaman 78 sampai 84." Ucap Bu Endang. Seisi kelas mulai mencatat,selain satu orang. Dia sibuk mencari pulpen dan tidak menulis,padahal semua orang udah pada sibuk. Siapa yang mungkin seperti itu?bukan. Bukan Ciko orangnya,melainkan.... Devany. "Pulpen gue mana ya?" Tanyanya kepada Suji,teman sebangkunya. Suji menggaruk kepalanya malas. "Pulpen yang mana?Yang elo bawa ke depan tadi?" Tanyanya balik. Devany mengangguk cepat. "Iya,kemana ya tadi?" Balasnya dengan tangan masih meraba-raba meja dan laci. Suji menunjuk kebelakang dengan dagunya, " Tadikan lo lempar ke Ciko. Mungkin udah pindah kepemilikan kali," Ucapnya santai. Devany melirik kearah Ciko, dan bommmm matanya tertangkap basah oleh cowok itu. Ciko menyeringai lalu menggigit tutup pulpen ditangannya dengan ganas. "Mati gue,udah tuh pulpen harganya goceng,bakalan gak balik lagi deh pastinya!" Gumamnya lalu perlahan-lahan menghadap ke depan. Akhirnya Ia mengambil pulpen lainnya.Untung Devany membawa cadangan,kalau tidak!!                              Mata Ciko tidak terlepas dari Devany. Setelah bel tadi dia tetap dikelas dan membuat sekelasnya pade bingung. Apa jangan-jangan karna jidatnya masih merah?Makanya dia agak gimana gitu? Saat kelas sepi,Ciko berjalan ke meja seseorang. Ia membuka tas berwarna pink dan mengambil tempat alat tulisnya. Tangannya ligat mengambil semua pulpen dari dalam lalu meletakkannya kedalam laci miliknya.                              Bel masuk berbunyi.Ketika hendak belajar, Devany tidak menemukan satupun pulpen di kotak alat tulisnya. Dia mulai meraba-raba kembali. Meraba meja dan laci! Devany makin heboh karena ternyata semuanya kosong. Dia menghela nafas kasar. Hanya ada satu nama yang terlintas dipikiran Devany. Ia memutar bola matanya dengan malas kearah sudut. "Ciko,elo ada --" Teriakannya terputus karena yang dicarinya tidak ada ditempat. "Loh,dia kemana ya? Gue yakin,yang ambil pulpen gue pasti dia..Awas aja nanti kalo jumpa," Ucapnya sadis. Kemudian dia meminjam pulpen Suji. Untung juga Suji orangnya gak pelit. "Ji,pinjem pulpen Lo." "Loh emang pulpen Lo kemana semua? Jogging siang?" "Enggak,udah ditelan bumi." Suji mengangguk-angguk mengerti. Dia menoleh kearah sudut dan terkejut karena sang pemilik kursi tak ada ditempatnya. "Widihh.. Bener kelewat tuh anak. Padahal guru udah masuk, dianya malah bolos. Ciko....Ciko...." Lalu menghadap guru dan kembali belajar. Sedangkan ditempat lain,Ciko dengan jiwanya yang selalu santai sedang sibuk menggambar sesuatu disebuah buku gambar. Dengan hati tak gentar meskipun dirinya sedang bolos les.Pagi ini Devany berjalan gontai di koridor sekolah. Matanya masih tertarik minta tidur.Semalam dirinya begadang demi menghafal biologi supaya nanti waktu disuruh maju bisa jadi yang pertama. "Hooaaaaeeenm.." Devany menguap besar setelah sampai di kursinya. Ia menelungkupkan kepala di atas meja dengan mata tertutup. Kelas masih sunyi! Belum ada temen sekelas yang datang.Mungkin aja rumah mereka deket sekolah. Karena pada umumnya,orang yang sering terlambat datang ke sekolah adalah orang yang rumahnya paling deket. Lah kalau Devany,udah jauh,nyambung angkot dua kali dan angkotnya padet pula. Tak lama,gadis itu mendongakkan kepalanya. Dia membuka buku lalu menghafal kembali. Beberapa menit kemudian teman sekelasnya berdatangan lalu bel masuk berbunyi. Bu Endang masuk lalu menyuruh siswanya menghafal luar kepala dan maju kedepan. Seperti dugaan! Hanya Devany yang sudah hafal dan iapun maju kedepan kelas sambil membawa pulpen bertutup. Jaga-jaga kalau misalnya ada yang gangguin, Devany bisa membuka tutup pulpen itu supaya sedikit tenang. Tapi ingat! Jaga-jaga saja. "Sistem peredaran darah manusia.." Ketika Devany mulai berbicara,tiba-tiba mahkluk kasatmata berdiri dibangku yang paling ujung dan mengganggunya. Mahkluk itu menarik wajah dan hidungnya keatas,kebawah,dan kesamping. Matanya ia tarik keatas sampai yang terlihat hanyalah warna putih dengan garisan merah ditengah-tengah. Setelah itu, dia mendorong hidungnya keatas. Lalu matanya ditarik kebawah. Seperti satu dari sekian hewan yang sering dipotong oleh orang Batak. Warnanya pink muda dan rumahnya disebut kandang. Devany masih mencoba sabar dan fokus."Kemudian disalurkan lewat jantung dan..." Pikirannya mendadak kacau! Yang dihafalnya semalaman berlarian kesana-kemari. Semakin lama mahkluk itu memiringkan bibirnya, melipat tangan kedadat d**a dan mengeluarkan sedikit lidahnya. Tak lupa dia memincangkan jalannya lalu kepalanya miring sampai mengenai bahu. Macam yang kena penyakit stroke aja dianya. Akhirnya teman sekelas pun pada tertawa. Devany menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Namun,pikiran Devany makin berkecamuk, semakin lama lidahnya semakin latah. Tetapi mahluk tadi tetap memperagakan adegan itu bahkan sempat bertingkah seperti topeng monyet. Apalagi dia menggerak-gerakkan tangannya sambil memasang eksgilai gila. "Ddeeevvaannyyy" Ucapnya lambat sambil memutar bola matanya keatas.  Dia selalu punya cara ajaib untuk menganggu konsentrasi Devany. "Huahahaaahahah.." Suasana kelas makin heboh. Kesabaran gue udah habis! Devany membuka tutup pulpennya makin cepat dan keras. Mencoba kembali fokus dan berusaha keras untuk tetap tenang. Tik..tok...tik.. tok.. Tapi suasana kelas masih aja ricuh, gara-gara pertunjukan show langka dalam kelas. Merasa sudah tak tahan,dia menunduk geram.Tiba-tiba Devany berteriak keras sambil melemparkan pulpen ditangannya. "CIKKKKKOOOOOO......" Pulpen itu berputar kencang. Waktu seakan diperlambat,dan semua orang bergerak lambat. Putaran angin dari pulpen yang berputar itu seperti mempunyai kekuatan. Tap.. Bushhh Pulpen itu mengenai tepat di jidat Ciko. Dia meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya yang pusing. Waktu kembali normal. Semua siswa kembali tertawa heboh. Ketika Ciko membuka tangan yang tadinya dipakai untuk menutup kepala, semua orang tertawa, termasuk Bu Endang. "Kenapa? Apa yang salah sama muka gue? Gue gak stroke beneran kan?" Tanyanya kebingungan. Nessa,cewek paling centil seipa dua memberikan kacanya kepada Ciko. Ciko mengambilnya lalu melihat wajahnya. Orang-orang semakin tertawa sewaktu Ciko dengan ekspresi datar menatap kearah Devany. "Lo apain wajah gue?" Ucapnya seraya menunjukkan jidat yang bengkak berwarna merah berbentuk bulat. Tepat ditengah tengah keningnya. Membuatnya mirip seperti gadis India. Devany tidak peduli dan malah melanjutkan hafalannya. Setelah selesai, semua orang bertepuk tangan dan Devany duduk kembali ke bangkunya dengan santai. Seakan tidak terjadi apa-apa. Sedangkan Ciko masih menatapnya gak percaya atas apa yang udah Devany lakukan. Kalau dibilang tembak jitu,nih cewek kayaknya cocok deh. "Ada lagi yang mau maju?" Tanya Bu Endang kepada para siswa yang pada sok menghafal kayak lagi baca mantra. Ada yang pegangin kepalanya. Ada yang berpikir keras padahal di bawahnya atau dalam laci ada n****+ terpampang jelas. Ada yang sok menghafal dengan tatapan fokus,tapi di bawah dia bales chat doi yang nyatanya pengangguran. Dan terkahir ada tipe manusia yang kayak Ciko dengan tingkat absurd yang luar biasa hebat dengan ketidakpeduliannya kepada pelajaran. Bisa-bisanya dalam keadaan kelas yang riuh akan siswa yang menghafal,dia malah main game online di pojokan. "Ada lagi?" Beberapa menit,tidak ada juga yang mau maju. Akhirnya Bu Endang memutuskan untuk melanjutkan hafalannya Minggu depan. Sontak semua siswa berteriak kegirangan. Memang modus anak sekolahan.kalau ada tugas hafalan disengaja mengulur waktu biar lama juga disuruh majunya. "Selanjutnya kita mencatat. Catat mulai halaman 78 sampai 84." Ucap Bu Endang. Seisi kelas mulai mencatat,selain satu orang. Dia sibuk mencari pulpen dan tidak menulis,padahal semua orang udah pada sibuk. Siapa yang mungkin seperti itu?bukan. Bukan Ciko orangnya,melainkan.... Devany. "Pulpen gue mana ya?" Tanyanya kepada Suji,teman sebangkunya. Suji menggaruk kepalanya malas. "Pulpen yang mana?Yang elo bawa ke depan tadi?" Tanyanya balik. Devany mengangguk cepat. "Iya,kemana ya tadi?" Balasnya dengan tangan masih meraba-raba meja dan laci. Suji menunjuk kebelakang dengan dagunya, " Tadikan lo lempar ke Ciko. Mungkin udah pindah kepemilikan kali," Ucapnya santai. Devany melirik kearah Ciko, dan bommmm matanya tertangkap basah oleh cowok itu. Ciko menyeringai lalu menggigit tutup pulpen ditangannya dengan ganas. "Mati gue,udah tuh pulpen harganya goceng,bakalan gak balik lagi deh pastinya!" Gumamnya lalu perlahan-lahan menghadap ke depan. Akhirnya Ia mengambil pulpen lainnya.Untung Devany membawa cadangan,kalau tidak!!                              Mata Ciko tidak terlepas dari Devany. Setelah bel tadi dia tetap dikelas dan membuat sekelasnya pade bingung. Apa jangan-jangan karna jidatnya masih merah?Makanya dia agak gimana gitu? Saat kelas sepi,Ciko berjalan ke meja seseorang. Ia membuka tas berwarna pink dan mengambil tempat alat tulisnya. Tangannya ligat mengambil semua pulpen dari dalam lalu meletakkannya kedalam laci miliknya.                              Bel masuk berbunyi.Ketika hendak belajar, Devany tidak menemukan satupun pulpen di kotak alat tulisnya. Dia mulai meraba-raba kembali. Meraba meja dan laci! Devany makin heboh karena ternyata semuanya kosong. Dia menghela nafas kasar. Hanya ada satu nama yang terlintas dipikiran Devany. Ia memutar bola matanya dengan malas kearah sudut. "Ciko,elo ada --" Teriakannya terputus karena yang dicarinya tidak ada ditempat. "Loh,dia kemana ya? Gue yakin,yang ambil pulpen gue pasti dia..Awas aja nanti kalo jumpa," Ucapnya sadis. Kemudian dia meminjam pulpen Suji. Untung juga Suji orangnya gak pelit. "Ji,pinjem pulpen Lo." "Loh emang pulpen Lo kemana semua? Jogging siang?" "Enggak,udah ditelan bumi." Suji mengangguk-angguk mengerti. Dia menoleh kearah sudut dan terkejut karena sang pemilik kursi tak ada ditempatnya. "Widihh.. Bener kelewat tuh anak. Padahal guru udah masuk, dianya malah bolos. Ciko....Ciko...." Lalu menghadap guru dan kembali belajar. Sedangkan ditempat lain,Ciko dengan jiwanya yang selalu santai sedang sibuk menggambar sesuatu disebuah buku gambar. Dengan hati tak gentar meskipun dirinya sedang bolos kelas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD