Hari ini ketika Moza memasuki lobi kantor, tak seperti hari biasanya di mana beberapa orang karyawan tengah sibuk hilir mudik menyiapkan sesuatu yang Moza tak tahu itu apa. Setidak peduli itukah gadis itu pada lingkungan kerjanya, sampai ada acara penting pun dia tidak tahu. Daripada bertanya dengan rekan divisi lain yang kurang dia kenal, ada baiknya Moza bertanya saja pada Mita, sahabatnya. Gegas menaiki anak tangga satu per satu dari lantai satu sampai lantai tiga yang cukup menguras energinya di pagi hati. Padahal pagi ini Moza belum sempat sarapan pagi, tapi dia sudah secapek ini. Diharuskan berolahraga mengeluarkan keringat demi mampu mencapai letak ruang kerjanya berada.
Perusahaan tempatnya bekerja ini bukanlah perusahan berskala kecil, tapi sudah dalam skala internasional karena para pemegang sahamnya berserta kantor pusatnya juga berada di Australia. Sayangnya, keberadaan lift saja di kantor ini tidak ada. Dengan dalih agar para karyawan sehat dan selalu berolahraga dengan menaiki anak tangga adalah alasan acapkali para karyawan memprotes mengenai hal tersebut.
Sampai juga dia di lantai tiga dengan sedikit ngos-ngosan pada saat menjatuhkan tubuh pada kursi kerjanya.
"Mit! Di bawah ada apaan? Kenapa mereka pada sok sibuk."
"Bukan sok sibuk, ish. Mereka memang sibuk beneran. Kau ini!" decakan sebal Mita makin membuat Moza penasaran saja.
"Memang mau ada acara apaan?"
"Haish, Moza. Kau ini selalu saja nggak tahu."
"Ya, memang nggak tahu. Dua hari loh aku nggak ngantor."
"Meski nggak ngantor, setidaknya kan dengar jika ada informasi penting yang terjadi di kantor."
"Kan kamu biasanya yang jadi informanku."
"Dan aku pernah mengatakannya padamu."
"Masak, sih!"
"Ish, dasar! Hari ini sebelum jam makan siang kita diminta kumpul di ruang meeting. Akan ada perkenalan Direktur baru pengganti Pak Gunawan."
"Loh, bukannya baru minggu depan pengganti Pak Gunawan mulai menjabat?"
Mita mengedikkan bahunya. "Entahlah. Mungkin sekalian serah terima."
Moza hanya manggut-manggut dan tak lagi membahas apapun karena pekerjaan telah menanti setelah dua hari lamanya gadis itu sibuk kunjungan di lokasi proyek sehingga pekerjaan di kantor jadi terbengkalai.
••••
Waktu begitu cepat berlalu. Andai perut tak merasa perih karena kelaparan mungkin Moza enggan untuk mengikuti tarikan tangan Mita menuju lantai satu di mana enam puluh menit sebelum memasuki waktu istirahat akan diadakan pengenalan calon direktur baru di perusahaan.
Dengan langkah gontai karena menahan lapar, Moza menuruni anak tangga dengan muka kusutnya.
"Kenapa nggak makan dulu, sih!" celetukan itu Moza lontarkan begitu mereka sampai di depan ruang meeting yang sudah disulap dengan begitu indah dengan aneka bunga sebagai penghias ruangan.
"Di mana-mana jika ada acara pasti makannya belakangan."
"Tapi aku sudah lapar, Mit!"
"Salah sendiri kenapa nggak sarapan tadi. Ingat, ya, Moz. Sarapan itu penting bagi kesehatan lambung. Selain itu agar kerja juga jadi lebih semangat."
"Tadi aku nggak sempat sarapan karena bangun kesiangan."
Banyaknya para karyawan yang memasuki ruang meeting, memaksa langkah kaki Moza mengikuti sang sahabat. Memilih duduk di deretan bagian belakang karena Moza jujur sangat enggan mengikuti acara demikian. Hanya membuat matanya mengantuk saja. Meeting dan pertemuan seperti ini paling membuat Moza malas.
Semua tempat yang disediakan sudah nampak penuh oleh para karyawan. Namun, orang yang ditunggu-tunggu ternyata belum nampak di podium depan.
"Pengganti Pak Gunawan yang mana, Mit?" tanya Moza tidak sabar karena matanya yang mulai menjelajah mencari sosok yang tengah membuatnya penasaran. Dalam pikir Moza saat ini, sosok yang Mita pernah katakan berasal dari luar negeri adalah seorang lelaki bule yang nantinya akan menjadi idola di perusahaan ini. Meski sebenarnya penampakan orang bule di perusahaan bukankah hal yang baru. Merupakan perusahaan Internasional yang memang para petinggi perusahaan yang menjabat beberapa peranan penting dalam perusahaan kebanyakan adalah orang barat yang berasal dari Australia. Jadi sudah tidak heran andai kata nanti pengganti direktur utama juga orang barat. Pak Gunawan sendiri saja juga bukan orang lokal. Namanya saja yang kejawa-jawaan tapi sebenarnya beliau adalah orang Tionghoa bermata sipit dan berkulit putih.
Jika bisa dihitung, hanya beberapa saja orang pribumi yang mendiami perusahaan ini karena hampir sebagian besar berasal dari orang berkulit putih dan bermata sipit.
"Nggak tahu, Moz. Belum kelihatan. Mungkin masih berada di ruangannya Pak Gunawan."
Makin malas saja Moza dibuatnya. Jenuh, bete dan hanya bisa duduk dengan gelisah akibat menahan rasa laparnya. Hingga keheningan yang tercipta menandakan jika seseorang yang tengah mereka sambut sudah tiba. Sayangnya sejak tadi Moza hanya menunduk tidak minat pada acara ini hingga sampai ketika kepalanya mendongak, yang dapat Moza lihat adalah punggung beberapa orang pria yang berjalan menuju depan podium. Di antara beberapa pria dan wanita tersebut ada yang Moza kenal dan ada yang tidak. Dan Moza tak peduli. Kembali sibuk dengan dirinya sendiri dengan pikiran yang terbebani akan rasa lapar juga pekerjaan.
Beberapa saat berlalu karena acara tak kunjung dimulai, Moza yang penasaran pun mendongak. Karena tempatnya duduk ada di baris bagian belakang, hingga untuk mencapai pada podium depan, penglihatannya tak seberapa jelas. Namun, Moza tahu jika salah satu pria yang tak pernah dilihat keberadaannya di sini, Moza tebak adalah direktur utama pengganti Pak Gunawan. Jika dilihat dari postur tubuhnya, pria tinggi besar itu tampak berwibawa dengan jambang menghiasi sebagian pipi dan juga rahangnya. Sedikit menakutkan dan semoga saja pekerjaannya tidak banyak berhubungan dengan orang tersebut. Bisa mati kutu Moza dibuatnya jika harus berurusan dengan para petinggi perusahaan yang tampak menakutkan di matanya.
Hanya saja, ada hal ganjil yang membuat Moza mencondongkan wajah pada sang sahabat yang duduk di sebelahnya. "Mit," panggil Moza menyerupai sebuah bisikan karena tentu saja dia melakukan dengan sangat pelan. Agar tak mengganggu jalannya meeting siang ini dengan keberisikannya.
"Apa?"
"Kau kata pengganti Pak Gunawan berasal dari luar negeri. Tapi itu kayaknya produk lokal deh, Mit." Mengatakan begitu dengan mata masih melirik arah depan di mana seseorang yang Moza maksudkan tampak tengah berbincang dengan sosok Pak Gunawan.
"Memang dari luar negeri."
"Tapi beliau bukan orang bule, Mit! Mata lu siwer kali, ya?"
"Hush! Enak saja. Lagian siapa juga yang mengatakan orang bule. Aku kan hanya mengatakan orangnya dari luar negeri. Dan orang dari luar negeri itu tidak harus bule, kan?"
"Ish!" Moza berdecak lalu kembali mengunci mulutnya karena sepertinya acara akan segera dimulai.
Benar saja. Acara yang dimulai dari pembukaan sampai entah apa pun itu yang tengah dibincangkan soalan kinerja perusahaan tak seberapa menarik minat Moza. Sampai pada akhirnya acara perkenalan itu dilangsungkan, Moza harus dengan seriusnya mendengar dengan jantung yang mendadak deg-degan.
"Selamat siang rekan-rekan semua. Perkenalkan, beliau adalah Bapak Sakha Rahardian. Pengganti Bapak Gunawan sebagai direktur utama perusahaan kita mulai dari sekarang."