3. berdandan

709 Words
Selagi aku kalut dia memelukku dan mendusal-dusal bibirnya di leher serta bahuku, dia mencoba menyentuh tubuhku dan menggoda diri ini. Sebenarnya aku mudah saja tertarik dengan aktivitas itu, tapi entah kenapa aku makin kalut kalau ingat rentetan pesan yang baru k****a tadi, tak habis pikir diri ini kenapa dia dan si misterius itu pakai M-banking. Siapa yang bilang kangen dan bilang kemarin enak itu? Apanya yang enak, coklat? Ataukah mereka habis berkencan dan semuanya nikmat? Astagfirullah, jangan, jangan! Suamiku adalah lelaki baik yang taat agama, serta penuh dengan kejujuran. Dia kesayangan semua orang, kesayangan orang tuanya dan juga orang tuaku, bahkan kalau hari raya dan semua keluarga berkumpul para keponakan dan sepupu-sepupunya yang masih muda akan mengerubunginya saking sayangnya mereka kepada Mas Widi. Suamiku juga lelaki yang lembut dan penuh kasih sayang, dia juga tidak pernah pelit untuk berbagi. Apakah mungkin lelaki itu menghianatiku? Apakah mungkin seseorang yang selalu sibuk di rumah sakit dan pulang dalam keadaan lelah punya waktu untuk melakukan sesuatu yang di luar nalar? Astagfirullah, ratusan kali bibir ini terus menggumamkan kata istighfar. Aku benar-benar shock dan tidak habis pikir. Pertanyaannya sekarang... dari manakah aku akan mulai bertanya pada suamiku tentang topik transferan itu. Apakah dia akan menjawabnya dengan jujur dan bilang kalau semua itu hanya transferan dari pasien penggemar atau orang yang tidak dia kenal. Aku tahu sejauh ini ia banyak membantu orang untuk sembuh sehingga pasien-pasien menjadikan dia sebagai dokter favorit mereka. Tapi kalau sampai saling mentransfer setiap waktu dan bicara secara rahasia se-effort itu. Apakah masih kusebut wajar? "Ayo mandi dan pakai lingerie, aku ingin mencumbu dirimu," ucapnya sambil membisikan itu di telingaku, dia menggigit cuping telingaku sedang aku berusaha menghindarinya karena hatiku benar-benar tidak nyaman. Bagaimana tidak nyaman... kalau suamiku dipanggil sayang oleh orang yang tidak kukenal. Ah, aku kalut dan gemetar. Sepertinya aku harus memastikan sekali lagi apa yang k****a barusan. Tapi ... apakah dia akan memberiku ponsel kedua kalinya setelah terlihat gestur kecurigaan dari raut wajahnya? "Boleh pinjam m-banking-nya sekali lagi tidak aku ingin transfer juga untuk papa di rumah, nanti kuganti." "Tentu saja sayang, orang tuamu adalah orang tuaku juga, kau tidak perlu menggantinya." Dia memelukku lagi. Aku tersenyum lebar dan mengulurkan tangan minta ponsel darinya, tapi dia tiba-tiba menggelengkan kepala. "Tidak, sampai kau mandi dan bercinta denganku," bisiknya sambil mencium bibirku kemudian kabur ke dalam kamar. Ah, siaal. Dia pasti akan mencoba mengubah PIN ATM yang atau mencoba menyembunyikan data transaksi. Tapi bukankah mutasi rekening adalah sesuatu yang tidak bisa dihilangkan dari m-banking, ah, aku harus lebih cerdik dari mas Widi. Tapi tetap saja ... Tuhaaaaaan. Aku lemes melihat pantulan diriku di kaca. Dan meski kusadari kalau aku rapi dan wangi, kenapa suamiku bisa mengirimkan pesan seperti itu kepada orang lain. Siapa dia, apakah dia perempuan? Di mana perempuan itu. Ataukah dia laki-laki?! Astaghfirullah, jangan seperti kejadian perselingkuhan suami seorang selebgram dan viral, suami si publik figur itu berselingkuh dengan oknum dokter yang juga berjenis kelamin sama dengan suaminya. Nauzubillah! Membayangkan saja aku bergidik, astaghfirullah, najis! Tapi tetap saja rasa bimbang, takut dan khawatir Itu berkelindan dihatiku. Pun sensasi penasaran ini rasanya bergejolak dan memuncak-muncak, meluap seperti air mendidih yang tumpah di permukaan panci, aku ingin tahu dan rasa penasaran itu meluber kemana-mana. * Kini aku sudah mandi dan pakai lingeri hitam dengan renda yang terbuat dari sutra yang lembut. Suamiku yang baru selesai mandi juga dan masih melingkarkan handuk di pinggangnya nampak tertantang dengan kehadiran diri ini yang sudah wangi dan cantik. Dia mendekatiku dan langsung mendaratkan ciumannya ke bibir ini, kemudian lelaki bertubuh seksi berisi itu menggendong diri ini ke tempat tidur. Selembut dan seromantis apapun dia memperlakukan diri ini di ranjang, aku tidak bisa menanggapinya dengan serius dan antusias. Pikiranku pusing dan rentetan pesan-pesan nakal di m-bankingnya, membuatku tidak bisa fokus dengan sesi percintaan. Sampai dia selesai menuntaskan hasratnya, aku sama sekali tidak menikmati permainan itu. Hatiku resah gelisah dan aku tidak tahu harus bagaimana, kalau memang dia berselingkuh? Apakah aku sudah siap dengan kenyataan yang ada. Tidak Tuhan, hidupku sudah begitu bahagia dan sempurna dengan kehadiran dua orang anak yang cerdas, suamiku juga lelaki yang baik dan taat agama, kenapa tiba-tiba ada ujian perselingkuhan dan main rahasia-rahasiaan di dalam rumah tangga kami. Ya Allah, Aku harus bagaimana apa yang aku harus lakukan sebentar lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD