Bab 3 - Koma

1253 Words
Bab 3- Koma Mendengar penjelasan Adnan jelas saja ayah marah besar. “Aku gak akan membiarkan putriku di perlakukan seperti itu. Adnan, laporkan ini semua kepada polisi!” mata ayahnya memerah dengan tangan mengepal. Adnan mengangguk dengan cepat. Dia segera pergi menuju kantor polisi untuk mengurus segalanya. Di tempat lainnya, Jo segera pergi meninggalkan rumah sakit, dia ingin mengurus semua kekacauan yang sudah dibuat oleh Tuannya ini. Bibi Alya memeluk mamanya Kiara dengan sejuta rasa bersalah. “ Maya, maafkan aku. Aku benar-benar gak tau semua ini akan terjadi... Aku telah lalai menjaga putrimu....” Bibi Alya berkata sambil terisak. Kiara sudah seperti putrinya sendiri. Melihat kondisinya seperti ini, hatinya serasa teriris. “Ini bukan salahmu, aku tidak menyalahkan mu Al. Aku hanya tidak terima hidup Kiara Ku hancur. Setelah ini, pria mana yang mau menikahinya. Bahkan, pria itu tidak ada tanggung jawabnya sama sekali...” tangis Bu Maya, mamanya Kiara pecah. Ayah datang menghampiri keduanya. “Apa kata dokter?” tanya ayah. “Kita tunggu sampai Kiara sadar,” jawab Bibi Alya. Ayah menghela napasnya dalam. Ruangan ICU Kiara terbaring dengan mata terpejam. p*********n yang dilakukan Gio secara kasar membuatnya terluka fisik maupun mental. Sejenak matanya terbuka, kilatan bayangan kejadian itu membuatnya tak sanggup menahan sesak di dadanya. Secara tiba-tiba saja napasnya tersengal, seolah itu adalah napas terakhirnya. Perawat yang kebetulan sedang memeriksanya dengan cepat menghubungi dokter. Dengan cepat dokter pun tiba, melakukan beberapa kali pemeriksaan. Ibu, ayah dan Bibi Alya yang berada di sana merasa sangat panik. Beberapa saat kemudian dokter keluar. “Bagaimana keadaan putri saya dokter?” Ibu berkata penuh khawatir, air matanya tak henti mengalir. Ayah tak kalah khawatirnya, namun kemarahannya lebih mendominasi. “Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi sepertinya apa yang di alaminya sangat mengganggu psikisnya. Saat ini nona Kiara mengalami koma,” jelas dokter. Ibu hanya menangis di pelukan Bibi Alya mendengar penjelasan dari dokter perempuan itu. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik untuk putri saya supaya bisa di selamat kan!” dari suara ayah terdengar, kalau dia begitu cemas. “Akan kami usahakan yang terbaik. Tapi, untuk selanjutnya pengobatan dari seorang dokter psikologis, sangat dibutuhkan untuk mengobati traumanya,” jelas dokter kembali. “Lakukan saja, dokter!” Ayah menatap dokter penuh harap. “Tentu saja pak. Tapi, tentu saja itu bisa dilakukan setelah Nona Kiara sadar dari komanya. Untuk sekarang ini, banyak-banyaklah berdoa. Semoga saja ada keajaiban,” dokter segera pergi setelah memberikan banyak penjelasan. Tangis ibu semakin keras mendengar penjelasan dokter. “May, ikhlas kan semua ini. Pasrahkan kepada Tuhan, kita berdoa saja sambil berusaha. Bertawakallah. Ini semua ujian untuk kita, May.” Bibi Alya berkata sambil terisak. Ayah menghampiri ibu dan memeluknya. Tidak lama kemudian terdengar panggilan dari pengeras suara. “ Keluarga nona Kiara, ditunggu di bagian administrasi.” “Ayah ke bagian administrasi dulu ya, Ma,” ucap ayah. Ibu mengangguk pelan. “Alya, tolong temani Maya sebentar.” Pak Darma, ayahnya Kiara berkata kepada Bibi Alya. Bibi Alya mengangguk. Ayah berjalan menuju ruang administrasi. Dia harus mengurusi administrasi perawatan Kiara. Melihat nominal yang begitu besar membuatnya tercengang, mengingat tabungannya saja tidak ada sampai setengahnya dari biaya administrasi. Saat sedang melamun. Petugas bagian administrasi segera menegurnya. “Pak silakan di ambil bukti pembayarannya.” “Bukti p********n, tapi saya belum membayar sepeserpun.” Bapak mengerutkan dahinya. “Semua biaya sudah di lunasi oleh Tuan Jo.” Ucap petugas adm. “Jo siapa?” Bapak merasa tidak punya keluarga bernama Jo. “Asisten dari Tuan Gio Mikel Alfaro. “ Bapak menghela napasnya dalam. Dia mengingat Adnan mengatakan pria itu yang sudah melecehkan Kiara. Kantor Polisi Adnan sudah duduk di dalam kantor polisi. Membuat laporan tentang pelecehan yang terjadi kepada Kiara adiknya. Dan dia yakin kalau Gio yang melakukannya. Adnan menjelaskan, jika sesaat setelah di bawa ke rumah sakit, kiara tersadar. Menatap Adnan dan menyebutkan satu nama dengan lemah dari bibirnya yang pucat. “Gi Gio Mikel Alfaro,” ucap Kiara dengan bibir bergetar. Sesaat kemudian dia terkulai kembali jatuh pingsan. Polisi menulis semua laporan Adnan. “Kami akan melakukan penyelidikan terlebih dahulu. Karena kejadiannya terjadi di luar kota, maka kami akan menghubungi tim yang di sana dan sesegera mungkin melakukan penyelidikan,” ujar polisi. “Tolong beri kami keadilan, pak.” Adnan penuh harap. “Tentu saja, keadilan akan kami tegakkan.” Polisi. Adnan segera kembali ke rumah sakit. Kota A “Bagaimana urusan gadis itu apa sudah selesai?” tanya Gio kepada Jo. Dia berdiri tegak menghadap jendela kaca apartemennya. Dengan kedua tangannya yang masuk ke dalam saku. Matanya menatap tajam lurus ke depan. “Keluarga gadis itu sangat marah. Mereka tidak terima hanya dengan kompensasi berupa uang. Mungkin...” Jo terdiam, tak melanjutkan perkataannya. “Maksudmu, mereka ingin aku menikahi perempuan itu! Hah, yang benar saja!” Gio menaikkan sudut bibirnya. “Tapi menurutku itu yang terbaik,” ucap Jo. “Memangnya aku memintamu pendapat! Lakukan saja sesuai perintah ku!” Berkata dengan suara yang tegas mendominasi. Berbalik menghadap Jo, dengan tatapan elang yang seolah ingin mencengkeram mangsanya. Menatap Jo penuh kemarahan. Jo menghela napas dalam. “ Baiklah tuan.” Dia tak bisa membantah lagi. Jo segera keluar menghubungi beberapa orang untuk membantunya. Membersihkan semua bukti, termasuk menghapus semua rekaman CCTV pada waktu kejadian itu. Memerintahkan semua staf dan petugas hotel untuk menutup mulut mereka dan mengatakan tidak tau apa-apa, jika ada polisi yang bertanya. Sementara itu, Gio langsung terbang ke luar negeri untuk urusan bisnis. Dia akan berlama-lama di sana untuk menenangkan diri. Benar saja polisi mulai memeriksa hotel, memeriksa semua tempat dan para staf serta petugas hotel. Namun semua bersih. Sehingga polisi kesulitan untuk menjerat Gio. Karena kurangnya bukti, apalagi Kiara yang tidak bisa memberikan kesaksian. Karena, sedang koma. Akhirnya pengadilan memutuskan Gio tidak bersalah. Keluarga Kiara hanya bisa menangis. Memang kekuasaan yang sangat besar, membuat pria itu bisa menghilangkan semua jejak atas perbuatannya. Jo kembali menemui keluarga Kiara. Dia membuat janji dengan ayah Kiara, di rumahnya. “Tuan, saya sudah bilang sebelumnya. Tuan Gio sangatlah berkuasa, anda tidak akan menang melawannya. “ Ayah tampak berusaha menahan kesalnya. “Untuk saat ini Tuan Gio masih berbaik hati, meski anda sudah melaporkannya kepada polisi. Dia masih mau membiayai semua pengobatan nona Kiara sampai sembuh,“ ujar Jo. “Jadi, saya harus melupakan kejadian ini! Tidak mungkin, saya akan terus mencari jalan agar Tuanmu yang b******n itu di hukum!” Wajah ayah mulai memerah menahan amarahnya. “Menurut saya, mari berdamai. Apalagi biaya rumah sakit sangatlah mahal, belum lagi kedepannya harus melakukan psikoterapi untuk mengobati trauma nya. Pikirkan baik-baik Pak.” Jo terus berusaha membujuk Pak Darma, ayah dari Kiara. Pak Darma tampak menimbang-nimbang. Apa yang di katakan Jo memang benar adanya. “Saya hanya asisten nya. Saya tidak bermaksud membela yang salah, tapi menurut saya ini adalah solusi terbaik. “ Jo kembali berkata. Akhirnya Pak Darma mengambil keputusan. “Semoga saja keputusan yang kuambil ini tidaklah salah,” gumam Pak Darma. Dia menghela napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Menatap Jo dengan tatapan tidak suka, tapi juga kagum atas kebijaksanaan dari setiap perkataannya. “Bagaimana? Apa anda sudah mengambil keputusan?” tanya Jo. “Iya saya sudah mengambil keputusan,” berkata dengan nada suara yang sedikit kasar, mungkin karena hatinya masih belum rela. “Apa keputusan anda tuan?” pandangannya lurus ke arah Pak Darma. “Saya...”   Bab 4- Sebuah Keputusan “Saya sudah memutuskan untuk menerima tawaran anda.” Pak Darma mengesah kasar. Tak percaya dengan keputusan yang di ambilnya sendiri. “Saya rasa ini adalah keputusan terbaik, tuan. Terimakasih atas kerjasamanya.” Jo mengulurkan tangannya, dengan senyuman
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD