bc

Menikahi untuk Balas Dendam

book_age16+
88
FOLLOW
1K
READ
HE
boss
stepfather
drama
bxg
musclebear
affair
brutal
like
intro-logo
Blurb

Kiara harus menelan pil pahit, ketika mempelai pria yang gagal menikah tiba-tiba saja menyeretnya masuk ke dalam kamar hotel.Pria yang sedang patah hati itu mabuk , hingga tanpa ampun meruda paksanya.Karena kejadian itu, Kiara jadi depresi. Hingga seorang dokter tampan menolongnya.Bukan hanya itu, dokter tampan itu bahkan melamar dan mempertemukannya dengan pria jahat yang sudah mengambil kesuciannya.Niatnya hanya satu, BALAS DENDAM KEPADA PRIA b******k ITU!"Dia wanita itu, wanita yang...." Gio, menatap wanita cantik yang duduk di samping adiknya, dr. Rama."Pria itu! Aku tak akan membiarkanmu begitu saja!" Kiara meremas pahanya sendiri, menatap tidak suka kepada Kakak sang kekasih."Ada apa?" dr. Rama merasakan ada kegelisahan dari gadis yang sedang duduk di sampingnya, Kiara kekasihnya.Akankah Kiara berhasil balas dendam?Ataukah malah jatuh cinta kepada PRIA b******k ITU?Lalu bagaimana hubungannya dengan sang dokter baik?Simak ceritanya hanya di mirastory ?

chap-preview
Free preview
Bab 1 & 2 : Bab 1 - Pernikahan yang Gagal dan Bab 2 - Hari yang Menakutkan
BAB 1- GAGAL MENIKAH Seseorang membisikkan sesuatu di telinga Gio. "Sial! Kenapa begitu!" berkata sambil merapatkan giginya. Dengan cepat berjalan menuju ruangan khusus, tangannya mengepal, raut wajahnya terlihat kaku dengan rahang yang mengeras. Duduk di kursi berdua dengan asisten pribadinya. "Kenapa bisa begitu?" matanya menatap tajam menghunus ke arah asistennya itu. "Tadi pihak keluarga Selena menghubungi, mereka tidak akan datang. Selena melarikan diri ke luar negeri pagi ini. Mereka tidak bisa mengejar, pesawatnya sudah berangkat." Berkata dengan Mengesah. "Kenapa Se? Kenapa kamu lakukan semua ini? Bukankah kita saling mencintai?" Tiba-tiba saja matanya berembun. Sekuat tenaga Gio menahan air matanya agar tidak tumpah. 2 tahun berhubungan dengan Selena, gadis itu begitu dia cintai. Tapi kenapa di hari pernikahannya, dia malah kabur. Gio Mengesah. "Cari tau alasan kepergiannya!" berkata dengan tajam. Berjalan menuju ballroom meninggalkan sang asisten. Sebelumnya, "Hah hari yang sangat cerah, tapi kenapa rasanya hatiku mendung begini ya!" Desah gadis belia berusia 17 tahun, Kiara. "Kia, kia...!" Mamanya memanggil dari ruang makan. "Iya mam, aku datang!" tak kalah berteriak. Kiara berjalan dari kamarnya menuju ruang makan. Duduk di samping mamanya. "Tumben lama, biasanya untuk urusan makan kamu nomer satu!" Adnan kakaknya, mengusek rambut adiknya gemas. "Ah, kak! Kusut lagi dong rambut Aku!" Mencebikkan bibirnya, kesal. Lalu membenarkan rambutnya yang di buat kusut oleh kakaknya itu. "Ayo mulai makan, jangan bercanda terus!" Sang ayah mulai berkata tegas. Kalau ayah sudah ikut bicara, semua diam dan mulai fokus dengan makanannya. Setelah berdoa, mereka mulai makan dengan lahap. "Kamu yakin ikut kerja sampingan di tempatnya Bibi Alya?" menatap Kiara, putrinya. "Iya mam, sekalian untuk pengalaman. Sambil nunggu liburan selesai, daripada bosen di rumah." Kiara tersenyum. "Tapi kali ini tempatnya cukup jauh, pesanan katering akan di adakan di hotel yang ada di kota A, loh." Adnan sedikit tidak suka akan keputusan adik perempuan satu-satunya itu. "Iya, Ki. Coba pikirkan lagi, selama ini kamu belum pernah pergi ke luar kota loh." Bapak mulai ikut nimbrung. Kiara tampak berpikir, jari telunjuknya berputar-putar di meja makan "Ki, perasaan ibu juga kurang enak. Sebaiknya kamu batalkan saja rencanamu itu." Ibu menyentuh kepala Kiara lembut. Kiara menatap ibunya, kemudian satu persatu anggota keluarga yang lain. "Kiara akan tetap ikut, maaf." Dari sorot matanya terpancar berjuta permohonan maaf. "Ki!" Ibunya menatapnya lembut. Karena ini keputusan putrinya, akhirnya mereka mengizinkannya. Kiara akan ikut bibi Alya ke kota A, untuk mengurus katering pesanan acara pernikahan pengusaha muda sukses Gio Alfaro. Di tempat lainnya, di sebuah hotel besar. Tampak dekorasi mewah dan megah sudah selesai. Nuansa putih lebih mendominasi dekorasi, karena itu permintaan dari mempelai wanita. "Apa semuanya sudah lengkap?" Tanya seorang pria tampan berwajah tegas yang terlihat sedikit kaku. Dia adalah Gio Alfaro, mempelai pria. "Sudah sembilan puluh sembilan persen tuan, kita tinggal menunggu Bagian katering. Siang ini akan tiba di sini." Dengan sopannya menjawab. "Pastikan semua berjalan lancar! 2 hari lagi pesta di laksanakan!" Berkata dengan dingin lalu pergi meninggalkan asistennya. "Gio!" Seorang wanita cantik bertubuh tinggi menyapanya. Gio tersenyum hangat, wajah kaku dan dinginnya memudar. "Se, kamu datang sayang?" merengkuh bahunya, mengecup pipinya sekilas. Dia adalah Selena calon istrinya. Selena tersenyum, melingkarkan tangannya di pinggang Gio. "Bagaimana kamu suka?" tanya Gio dengan lembut. Selena mengedarkan pandangannya menelisik semua ballroom. "Suka sekali, semua sesuai keinginanku." Mengecup pipi Gio sekilas. Mereka berjalan mengelilingi ballroom, memeriksa semua persiapan pernikahan 2 hari lagi. Hari yang di nanti telah tiba. Namun kegaduhan yang terjadi. Satu jam berlalu mempelai wanita tak kunjung terlihat. "Gi, ada apa? Mana Selena?" tanya mamanya dengan gelisah. Gio tersenyum tipis menyembunyikan kemarahan dan kesedihannya. "Tenanglah mam," menggenggam tangan mamanya. "Kak!" sapa Rama adiknya. Gio menghela napasnya panjang. Berdiri menghadap semua tamu dan berkata. "Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, acara pernikahan batal. Kalian bisa pulang, atau silakan nikmati hidangannya, agar tidak terbuang sia-sia." Gio terlihat sangat tegar, berkata seperti tanpa beban. Namun di dalam hati terdalam, dia sangat marah dan kecewa. Berjalan ke ruangan khusus. Air matanya menetes tanpa bisa di tahan. Sekuat apa pun pria ini, hatinya tetap retak karena seorang wanita. Lima jam berlalu. Gio masih sendiri, tak membiarkan seorang pun masuk. Termasuk adik dan orang tuanya. Dia ingin sendiri, memikirkan kenapa Selena pergi. Sebotol minuman beralkohol sudah habis dia teguk dalam kemarahannya. Dia memang peminum, sehingga dia tidak terlalu mabuk meski menghabiskan banyak minuman. Berjalan menuju ballroom yang sudah sepi, hanya ada beberapa petugas katering yang masih membereskan hidangan yang hanya sedikit tersentuh. "Kia ayo semuanya udah beres kan?" Seorang rekan kerja memanggil Kiara. "Iya, sebentar," tak sengaja matanya melirik seorang pria tampan dengan mata memerah yang tampak sendu. "Itu kan calon pengantin pria." Gumamnya dalam hati. Kiara menghampiri temannya itu. "Aku ke toilet dulu sebentar ya." "Iya, aku menunggumu di mobil, oke," jawab temannya. Kiara mengangguk, lalu dia pergi ke toilet. Beberapa menit kemudian, dia keluar dari toilet. Berjalan kembali menuju ballroom untuk mengambil tasnya yang di tinggalkan saat pergi ke toilet. "Pria itu masih di sana!" gumamnya. Berjalan melewati Gio dengan sedikit menundukkan pandangannya, dia takut karena hanya ada mereka berdua di sana. "Greppp!" tiba-tiba saja Gio mencengkeram tangannya. "Pak, lepasin Pak!" pekik Kiara berusaha memberontak. _______ Bab 2 - Hari yang Menakutkan Gio menyeret Kiara membawanya masuk ke dalam kamarnya. Tak ada satu pun yang berani melawannya, meski beberapa orang staf tak sengaja berpapasan. Gio adalah pemilik hotel ini, dia terkenal dingin kaku dan tak segan-segan memecat siapa pun yang berani melawannya, tanpa hormat. Dan sudah dipastikan, siapa pun yang dipecat akan kesulitan bekerja di tempat lainnya. Karena, akan mendapatkan daftar hitam. Di dalam sebuah kamar Gio menghempaskan tubuh mungil Kiara ke atas kasur bertabur kelopak bunga. Kamar ini seharusnya, menjadi tempat malam pertamanya dengan Selena. Tapi, semua tak sesuai harapan. Selena pergi meninggalkannya, menyisakan luka dan kekecewaan. "Pak, apa yang Anda lakukan. Lepaskan saya..." suara Kiara terdengar mengiba. Tubuhnya gemetaran, dan seakan udara semakin dingin. Dia ketakutan. Tapi, Gio tak peduli. Dia menutup rapat-rapat pintu kamar dan menguncinya. Matanya merah tanda alkohol menguasai, sekilas wajah Kiara tampak seperti wajah Selena. "Kenapa Se, kenapa kamu melakukan ini semua?" bertanya dengan suara yang keras bergema di seluruh ruangan. "A aku Kiara. Aku bukan calon istrimu," suaranya terbata-bata, dia ketakutan. "Hahaha! Kamu mau membantah! Kamu mau melarikan diri dariku lagi!" Naik ke atas kasur, mencengkeram erat tangan Kiara, hingga meringis kesakitan. "Pak, tolong biarkan saya pergi!" Kiara terisak. Tapi Gio seperti kesetanan. Dia dengan kasar menarik pakaian Kiara hingga polos. Wanita itu ketakutan. Memberontak sekuat tenaga, namun gagal. Dengan kasar Gio melepaskan segala yang menempel di tubuhnya dan tubuh Kiara. Melakukan penyatuan tanpa sadar, karena dia di kuasai amarah dan kekecewaan. Kiara memekik, menangis, merintih kesakitan. Namun, Gio tidak peduli. Dia melakukannya terus menerus dengan kasar. Hingga tubuh Kiara dipenuhi tanda merah keunguan. Rasa itu sungguh menyakitkan, bagi seorang perawan seperti Kiara. Apalagi, diperlakukan secara kasar dan brutal. "Huuu huuu huuuu." Tangisan memilukan pecah dari bibir Kiara. Hingga akhirnya, dia terkulai jatuh pingsan. Gio tertidur di sampingnya. Setelah melakukan pergumulan panas yang menyiksa Kiara, gadis polos 17 tahun yang baru lulus SMA. Di tempat lainnya. "Kiara mana? kenapa belum keluar juga?" Bibi Alya bertanya kepada beberapa teman Kiara. "Tadi katanya ke toilet dulu," Jawab teman Kiara. "Baiklah, kalau begitu mobil yang mengangkut barang bisa duluan, semua sudah lengkap," perintah Bibi Alya. Mobil yang membawa barang-barang perlengkapan katering pun pergi. Disusul dengan mobil yang membawa para karyawan katering. Tinggal Bibi Alya dan dua orang karyawan pria yang masih menunggu Kiara. Satu jam berlalu. "Di mana anak itu!" gerutu Bibi Alya kesal. Dia berjalan memasuki lobi hotel dan mulai bertanya kepada beberapa orang di sana. Namun, mereka tidak tau. Bibi Alya semakin gelisah. Di dalam kamar Gio Gio terbangun setelah dua jam tertidur. Menatap seorang gadis belia yang terkulai di sampingnya dengan wajah yang terlihat pucat dan mata yang sembab. Menarik selimutnya kasar. Terlihat jelas noda darah di atas seprai putih itu. "Sial, aku sudah membuat kesalahan. Ini bisa menjadi skandal besar!" Gio menggusar wajahnya kasar. Menatap gadis kecil yang tak berdaya itu. Meraih ponselnya cepat, menghubungi asistennya. "Cepat kesini! Bereskan semua kekacauan yang sudah kubuat!" suaranya terdengar berat mengintimidasi. Menutup panggilannya. Dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia sudah berpenampilan rapi kembali. Tidak lama kemudian asistennya datang bersama seorang wanita, untuk memakaikan kembali pakaian Kiara. Sementara, Gio langsung melesat keluar dari hotel. Seorang dokter memeriksa keadaan Kiara. "Ini buruk Jo! Wanita ini syok, Gio bisa terjerat hukum," ucap dokter Al. Jo, asisten dari Gio mengesah. Memikirkan harus berbuat apa. Sementara itu Bibi Alya sudah sangat resah mencari Kiara di sekeliling hotel. "Anda mencari seorang gadis?" Seseorang tiba-tiba bertanya kepada Bibi Alya, dia adalah Jo. "Iya, apa Anda tau di mana dia?" Bibi Alya penuh harap. Wajahnya terlihat jelas sangat cemas. "Ikuti saya." Bibi Alya mengikuti Jo dengan cepat. Sampai di kamar Gio. Bibi terkejut melihat Kiara yang terbaring pucat. Tentu saja keadaan kamar sudah rapi dan tak meninggalkan jejak. "Kia, kamu kenapa sayang?" jerit Bibi Alya dengan histeris. Kiara membuka matanya, tapi kaku dan tak merespons lewat gerakan lainnya. Air matanya mengalir deras keluar dari pelupuk matanya, namun mulutnya tak bisa bersuara, meski dia ingin berkata-kata. "Dia kenapa tuan? Bagaimana saya mempertanggungjawabkannya kepada orang tuanya." Bibi Alya menangis terisak memeluk Kiara. Jo menghela napasnya dalam-dalam. Dia tak bisa memberikan penjelasan. Matanya saling menatap dengan dokter Al, dokter keluarga Gio. Akhirnya Kiara di bawa pulang ke kotanya. Dia di masukkan ke sebuah rumah sakit besar di sana. Adnan yang mendapat penjelasan dari Jo, langsung murka. "Sial, siapa yang sudah melecehkan Adikku!" pekik Adnan, memukul Jo. "Bukkk" Jo yang mendapatkan pukulan mendadak, sedikit terhuyung. Lalu kembali menegakkan tubuhnya. Menyeka, sudut bibirnya yang berdarah. Jo menyerahkan sebuah amplop tebal berwarna coklat, dan berkata dengan datar. "Saya mohon maaf atas kejadian ini, tapi kami akan bertanggung jawab. Untuk semua biaya pengobatan akan kami tanggung sampai nona Kiara sembuh total. Dan uang dalam amplop ini sebagai salah satu kompensasi dari kami." Adnan melotot tajam mendengarnya. Bagaimana mungkin ada manusia tak berperasaan seperti ini, setelah membuat adiknya terpuruk, beraninya hanya memberikan uang sebagai kompensasi. Lalu, bagaimana dengan masa depannya dan trauma yang di deritanya, pikir Adnan. "Kalian orang kaya memang sialan!" Tangannya terangkat hendak memukul lagi. Tapi, kali ini Jo menahannya. Ayah dan ibu yang baru datang langsung memberondong Adnan dan Alya. "Apa yang terjadi pada Kiara?" Ibu sudah tak bisa menahan tangisnya. Ayah menatap tajam kepada Adnan dan Alya. "Ada apa?" suaranya terdengar begitu berat. Adnan memeluk ayahnya, membawanya ke tempat yang lebih sepi. Butuh ketenangan untuk mengatakan tragedi yang menimpa Kiara. Sedangkan bibi Alya, memeluk ibu Kiara dengan penuh rasa bersalah.

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook