Dhara mengelus perut buncitnya. Kehamilannya sudah memasuki usia empat bulan. Masa-masa melelahkan ketika ia susah makan dan mengalami mual muntah di pagi hari sudah berlalu. Meski kehamilannya kali ini lebih menguras tenaganya, tapi dengan Arya yang selalu setia mendampinginya membuat semuanya bisa ia lalui dengan mudah. Ia bahagia menjadi seorang istri dari Arya, seorang lelaki yang begitu meratukan dirinya. Tapi jika ia boleh mengeluh, hatinya sedih. Ia hamil bukan karena berselingkuh, tapi harus menyembunyikannya dari keluarga sang suami membuat hatinya pilu. Ada rasa ingin mendapatkan pengakuan di hatinya. Ia tahu Arya hanya ingin melindungi dirinya, tapi sejujurnya ini semua membuatnya tidak tenang. Tak apa jika ia harus menghadap Ibu mertuanya untuk meminta restu. Toh di samoingnya