Bab 11. Keinginan Sang Ibu

1148 Words
“Aku tidak tahu.” Nick menggeleng sembari meraih jasnya yang tergantung di sandaran kursi kerjanya, kemudian melewati Olivia menuju pintu. “Sudah jam 5, apa kau ingin aku antarkan pulang?" lontarnya dengan tangan terarah ke gagang pintu. "Jadi ini keputusanmu?" Nick melemparkan pandangannya pada Olivia, "Hubungan kita telah berjalan selama dua tahun, apa kau masih tidak mengerti siapa aku?" Olivia menghentakkan kakinya, kemudian bergegas menghampiri Nick. Nick membukakan pintu untuk kekasihnya itu. Tanpa basa-basi, Olivia pergi begitu saja seraya mengoceh panjang lebar. "Aku akan menunggumu, Nick Walt. Tapi ingat! Kesabaranku ada batasnya, jadi segeralah berpisah dengannya sebelum kesabaranku habis." Di belakang Olivia, Nick hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kekasihnya itu. *** Setelah belasan menit melakukan perjalanan dari Apartemen Olivia, Nick akhirnya tiba di mansion kedua orang tuanya. Mobil sedan hitamnya meluncur melewati pintu masuk berpagar tinggi, diikuti oleh gerbang kayu yang megah. Nick menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya yang bergejolak. Selama bertahun-tahun, rumah ini selalu mengingatkannya pada kenangan-kenangan manis dan pahit, kini semua kenangan itu terasa membaur dan hanya menyisakan ketidak adilan untuknya. Kepala pelayan mansion, Mr. Jenkins, menyambutnya dengan senyum ramah saat Nick melewati ambang pintu yang lebar. "Selamat datang, Tuan Nick," ucapnya. "Silakan masuk, Tuan. Orangtua Anda sudah menunggu di ruang tamu." Nick mengangguk singkat dan melangkah masuk. Hatinya berdebar tidak karuan. Ruang tamu yang luas dengan perabotan mewah dan lukisan-lukisan bernilai tinggi menampakkan kesan angkuh dan megah. Namun, sekarang terasa kosong dan muram. Di sana, duduk ayahnya dengan tatapan tajam yang selalu membuatnya merasa seperti anak kecil yang berbuat salah. Sedangkan ibunya, Beverly Walt, terlihat jauh lebih lembut. "Bagaimana pekerjaanmu di perusahaan? Apakah kau masih menghabiskan lebih banyak waktu di sana daripada di luar?" sinis Adam, yang sangat tahu akan kebiasaan Nick. Selain bekerja, putra bungsunya ini sebenarnya jauh lebih banyak membuang waktunya untuk menyenangkan kekasihnya, Olivia Arden. Adam tidak menyukai wanita licik itu, begitu juga istrinya. Rasa tidak sukanya itu karena ulah Olivia sendiri, bisa-bisanya wanita itu mengaku sebagai orang yang telah menyelamatkan kedua putranya dalam kecelakaan lalu lintas dua tahun yang lalu. Sementara, Adam dan Beverly sendiri pergi ke tempat terjadinya peristiwa itu saat mereka mendengar berita tentang kecelakaan itu di televisi. Ketika Adam tiba bersama sang istri, kedua putranya telah dibawa oleh ambulan. Ia sempat bertanya pada petugas kepolisian yang bertugas untuk menyelidiki kecelakaan di tempat itu. Menurut mereka, putranya telah diselamatkan oleh seorang wanita. Wanita itu terkena pecahan kaca mobil saat sedang menyeret kedua putranya menjauhi mobil yang telah terbalik. Naasnya, mobil tiba-tiba meledak, dan wanita itu turut dilarikan ke rumah sakit. "Mereka dikirim kedua rumah sakit berbeda," ujar sang petugas pada Adam. Alih-alih mencemaskan keadaan Mike dan Nick, Adam dan Beverly justru pergi ke rumah sakit tempat di mana wanita yang telah menyelamatkan nyawa kedua putranya mendapatkan perawatan. "Tidak perlu berbasa-basi, Ayah." Nick menghempaskan bokongnya pada sofa yang terdapat di seberang kedua orang tuanya. "Aku pikir aku tidak perlu lagi menjelaskan apa yang sudah Ayah ketahui." Adam menatap Nick dengan tajam, "Ayah hanya tidak ingin pergaulanmu itu sampai mengganggu pekerjaanmu, jika itu sampai terjadi ...." "Yayaya, oh c'mon, Yah," gerutu Nick. Beverly menyentuh lengan suaminya sebelum keributan terjadi antara suaminya itu dengan putra bungsunya. Adam mendengus merasakan sentuhan itu, namun dengan patuh ia mengikuti keinginan sang istri. Setelah melihat Adam sudah tenang, Beverly pun mengalihkan pandangannya pada Nick. "Kau pasti sudah tahu, 'kan mengapa kau dipanggil ke sini?" tanyanya pada putra bungsunya itu. Nick memutar kedua bola matanya dengan sebal. "Katakan saja, Bu. Apa yang Ibu inginkan dariku," kata Nick dengan nada lelah. "Baik, ini tentang Jill. Seharusnya Ayahmu sudah mengatakan apa yang Ibu ingin kau lakukan untuknya." Nick tersenyum sinis, tanpa mengatakan apapun. Hanya menunggu ibunya kembali melanjutkan ucapannya. "Bukan maksud Ayah dan Ibu ingin menambah bebanmu, Nick. Tapi .…" Beverly berusaha menemukan kata-kata yang tepat untuk ia ucapkan pada putra bungsunya. "Jill ... dia sedang berduka. Dia tidak bisa menghadapi kehilangan Mike. Kami pikir, mungkin … jika kau menikahinya, itu bisa membantunya." "Menikahi Jill?" Nick terkekeh pelan, "Bukankah itu tidak masuk akal, Bu. Wanita itu gila, dia juga janda Mike, aku bahkan tidak mengenalnya," sungutnya. Adam melirik Nick dengan tatapan tidak senang. "Mengapa kau tidak bisa bersikap lebih dewasa, Nick? Dia membutuhkan dukungan dari kita semua. Jill bersedih karena Mike menghilang dalam kecelakaan yang mereka alami bersama. Jangan lupa! Kalau Mike sangat mencintaimu dan selalu ada untukmu." "Dan sekarang, kau harus ada untuknya," tambah Beverly. "Ibu sudah menyewa Psikiater untuknya, Eric, tapi Ibu juga ingin kau ikut menjaganya." Nick mencebikkan bibirnya. "Cih, apa istimewanya wanita itu? Mengapa semua orang seolah memikirkan dirinya?" "Dia sangat mencintai saudaramu, Nick Walt." Adam hampir mengatakan bahwa Jillian pernah menyelamatkan nyawa putranya ini, namun ia segera mengurungkannya. "Seharusnya hidupnya terus berjalan. Seperti Mike yang telah rela menjadi cacat demi menyelamatkanmu, dia tidak pernah mengeluh meskipun harus menghabiskan hidupnya di atas kursi roda. Kau pasti ingat dengan kecelakaan itu, bukan? Tanpa Mike, kau mungkin tidak ada di sini sekarang." Nick tentu saja ingat tentang kecelakaan itu yang telah membuat kedua betis saudaranya mengalami patah tulang. Saat itu, ia dan Mike terjebak di dalam mobil yang terbalik. Nick terjepit di bawah atap mobil yang penyok. Mike, saudara lelakinya yang selalu melindunginya, mencoba membebaskan dirinya. Mengabaikan kedua betisnya yang terpaksa harus menanggung akibat dari perbuatannya itu. "Bukankah sudah sepantasnya Mike melakukan hal itu untukku? Aku telah menasehatinya agar tidak mengebut di jalanan, tapi apa? Dia tetap melakukannya, dan mendapatkan perhatian penuh setelahnya. Ayah dan Ibu bahkan mengabaikanku sejak saat itu," cetus Nick. "Nick, Mike membantumu karena dia menyayangimu," ujar Beverly lembut. "Dia juga menyayangi Jill. Jika dia bisa melihat Jill dari atas sana, dia juga pasti tidak akan ingin melihat Jill berjuang sendirian." "Mayatnya belum ditemukan, Bu," tukas Nick emosi. "Dan juga, apa menurut Ibu wanita itu akan bisa segera sembuh jika aku menikahinya? Kita semua tahu jika dia sedang berduka, mengapa tidak biarkan saja dia menyembuhkan dirinya sendiri?" Emosi Beverly sedikit terpancing oleh ucapan putranya itu, "Karena dia tidak bisa melakukannya, Nick! Dia membutuhkan alasan untuk bangkit setiap hari!" tekannya, ada nada putus asa dalam suaranya. "Dan kau ... adalah satu-satunya orang yang kami harapkan bisa membantunya." Nick meringis, baginya tidak ada gunanya jika ia terus bersikeras menentang keinginan kedua orang tuanya. "Baiklah, karena pendapatku tidak diperlukan. Lakukan saja apa yang Ayah dan Ibu inginkan," balasnya dengan nada lelah. Nick beranjak dari sofa, dan tanpa mengatakan apapun lagi— ia pergi begitu saja. Mengacuhkan teriakan Ayahnya yang memintanya untuk tetap duduk. "Nick Walt, kembali! Ayah dan Ibu belum selesai denganmu!" Di luar, hujan mulai turun. Dan saat Nick melihat awan kelabu, hatinya terasa seberat badai. Mr. Jenkins menghampirinya dengan payung yang terbuka lebar, Nick tersenyum kaku pada pria paruh baya itu yang kemudian mengantarnya hingga ke sedannya. "Tuan, sebaiknya pikirkanlah permintaan kedua orang tua Anda. Lagipula aku mengenal Nyonya Jill, dia adalah wanita yang baik," nasehat Mr. Jenkins. "Ya, dia dan Mike adalah orang baik. Di mansion ini penjahatnya hanya aku," cibir Nick.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD