Om Redi menyentak napas saat bersitatap denganku. Tatapannya sama sekali tak bersahabat dan ia terlihat begitu jijik. Itu sungguh membuatku sedih. "Tolong jangan memberitahu ayah, Om." Aku menatapnya memohon, Om Redi memicingkan sebelah mata. Tangannya dengan kasar mengangkat daguku, memaksaku menatapnya. "Lalu, bagaimana cara aku ni bilang pada ayah kau agar bisa kembalikan kau padanya?" Rasa perih merayap ke dadaku. Aku bertahan untuk tak menangis saat berkata, "Kenapa Om harus kembalikan aku pada ayah? Aku gak mau, Om. Aku ingin terus di sini sama Om." Om Redi menggelengkan kepala, menatapku sinis. "Ha. Hahaha. Bangunlah, kau! Kenapa kau ini tidur terus? Masih di tempat, kan, akal kau ini?!" Ia memicingkan sebelah mata, telapak tangan kirinya dengan keras mendarat di keningku. Ak