"Bibi, kita putus persaudaraan jika kamu sampai menerimanya!" Teriakku lantang. Bibi tersentak kaget, ditatapnya aku lama sebelum ia tersenyum sinis. Sikap bibi jadi semakin memuakkan sejak ia berpisah dengan Om Yoga. "Ha. Ha. Ha, tak berhaklah kau ancam bibi kau seperti itu." Om Redi tertawa menatapku, terlihat begitu mencemooh. Ia seperti lelaki tak berperasaan saat menatapku tampak sangat kesal juga benci. Harusnya aku yang menunjukkan ekpresi itu karena dengan seenaknya ia mengajak bibi menikah. Memang aku salah telah membohonginya, tapi kami sekarang sudah menikah, aku telah jadi istrinya. Seharusnya, Om Redi memikirkan perasaanku walau sedikit. "Tak perlu kau pedulikan dia, Na. Kau sudah kuberi tahu dia ternyata kibulin aku. Kibulin kita semua." Om Redi menatapku tak senang. "Le