Polikhromatik

2211 Words

“Kemarin hari luar biasa yang bisa saya jalani. Apa perlu saya menandainya di kalender meja saya ya ?” Leivh tiba-tiba duduk dihadapanku dengan kopi kalengnya yang tergenggam ditangan. Pria itu tersenyum padaku lagi. Seperti katanya kemarin kami memang berbincang cukup lama hingga malam tiba. Kemudian aku menyuruhnya pulang meski dirinya sedikit tak rela. Tapi aku juga tak mungkin membiarkannya menginap dirumahku. Dia harus tahu batas, dan jika dia lupa maka aku akan menegaskan pada dia. Hasilnya pria itu terlihat sumringah pagi ini. Beberapa karyawan pun dia sapa satu persatu. Tingkahnya benar-benar seperti seorang anak kecil. Dan kini kami kembali mengulang waktu yang sudah kami habiskan kemarin disini. Di kantin kantor. Sejujurnya aku tak pernah menolak sapa atau obrolan. Namun kebanyak

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD