Angel sudah sampai di Angel's House. Butik ini adalah peninggalan mamanya dulu, sempat ditutup semenjak kepergian Fani, dan kembali beroperasi setelah Angel selesai sekolah designer di Australia dua tahun lalu, gadis itu memang meneruskan profesi mamanya, dulu Fani adalah seorang perancang busana yang mendunia, bahkan rancangannya dipakai oleh pejabat-pejabat negeri, artis, dari kalangan sosial yang tinggi maupun yang menengan, dan dari berbagai usia mempercayakan tangan Fani yang merancangnya. Butik ini namanya Fani's House, tetapi sekarang diganti menjadi Angel's House, dan ia berharap bisa seperti mamanya yang menjadi designer andal.
"Selamat pagi, Bu Angel," sapa Eva yang merupakan kasir di butik itu, sekaligus teman Angel yang cukup dekat saat SMA. Eva tetap menghargai Angel sebagai atasannya walaupun mereka cukup dekat. "Oh iya, Bu, ada yang menunggu Ibu dari tadi, pas butik baru dibuka."
"Ya sudah, langsung disuruh ke ruangan aja." Seperti biasa tidak ada senyuman, kemudian ia langsung menuju ruangannya, tempat ia mendesign berbagai macam rancangan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Tak jarang orang-orang penting mempercayakan Angel sebagai designer mereka.
Saat Angel sedang menggerakkan pensil di atas kertas, tiba-tiba terdengar ketukan pintu, ia langsung mempersilakan tamu itu untuk masuk, dan terlihat pria berbadan tegap dan berwajah tampan yang kini ada di hadapannya. Angel cukup terpukau dengan pemandangan di hadapannya, ia langsung mempersilakan pria itu untuk menempati kursi di hadapannya.
"Ada yang bisa dibantu?"
Pria itu berdeham pelan, lalu menatap Angel tanpa seulas senyuman yang terbit di wajahnya, hanya tatapan tajam, dan rahang kokoh yang ia tampilkan. "Perkenalkan nama saya Daniel Orlando, saya datang ke sini, ingin meminta secara khusus agar kamu merancang secara khusus gaun yang akan saya berikan kepada calon tunangan saya, besok saya antar kamu menemui dia untuk mengukur tubuhnya."
Angel mengernyitkan keningnya, baru kali ini mendapat pelanggan yang banyak maunya seperti ini.
"Enggak bisa diajak ke sini, Pak? Biasanya juga kalau ada pelanggan yang mau dirancang gaunnya datang ke sini, bukan saya yang menemui di luar, kerjaan saya juga banyak, jadi saya tidak ada waktu untuk menemui calon tunangan Bapak. Kalau mau, ajak dia ke sini, mohon maaf, Pak."
Daniel menyunggingkan seulas senyum, tetapi itu bukan senyuman tulus, melainkan senyuman miring yang entah apa artinya. Angel menyesal karena mengagumi ketampanannya beberapa waktu lalu, ternyata dia memiliki perilaku yang menyebalkan.
"Saya ke sini itu karena mendapat banyak rekomendasi dari rekan-rekan saya, bahkan dari artikel-artikel internet banyak yang memuji Angel's Home, saya kira itu semua benar, ternyata benar-benar hoax, pemilik butik ternama ini ternyata sangat tidak profesional, saya bisa saja klarifikasi ke media tentang hal ini, agar butik kamu jatuh dan orang-orang tidak akan percaya lagi." Daniel mengeluarkan kartu namanya. "Saya adalah pemilik salah satu stasiun televisi swasta, jadi kapan saja saya bisa menjatuhkan karir kamu. Jadi pilih, karir kamu hancur atau kamu mengikuti kemauan saya?"
Angel menghela napas kesal, bisa-bisanya Daniel mengancam Angel seperti ini, tetapi Daniel bukan biasa, daripada karirnya hancur lebih baik Angel mengikuti kemauan gila dari orang menyebalkan ini.
"Iya, saya bersedia."
Daniel tersenyum penuh kemenangan, semua orang harus takluk kepadanya, tidak ada satu pun orang di dunia ini yang membantahnya. Semua orang harus tunduk dan patuh, termasuk wanita di hadapannya.
Kemudian Daniel mengeluarkan ponselnya. "Tulis nomor hape kamu di ponsel saya, biar besok saya mudah hubungi di mana kamu ketua calon tunangan saya."
Astaga banyak ngatur banget, kalau bukan karena melindungi karir, ogah banget harus tunduk seperti ini, benar-benar sangat menyebalkan.
Setelah menulis nomor ponselnya, Angel langsung mengembalikan ponsel itu ke Daniel. "Jangan kira saya takut sama ancaman Bapak ya, saya cula bersikap profesional."
"Whatever." Daniel langsung beranjak dari tempatnya. "Sampai ketemu besok, Angel Khansa Shanindya." Setelah itu Daniel langsung keluar dari ruangan Angel.
Angel mengacak rambutnya frustasi, bisa-bisanya ia dapat pelanggan arogan seperti itu. Orang berkuasa sama saja, selalu memanfaatkan jabatannya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa memikirkan perasaan orang lain. Sama halnya dengan papa Angel, ia berkuasa, memiliki harta yang melimpah tetapi ia tidak bisa setia, justru menjadi pengkhianat yang berujung membuat mamanya Angel meninggal. Pada akhirnya Angel alergi dengan laki-laki yang berkuasa seperti itu karena mereka bisa saja menjadi orang yang paling menakutkan.
Laki-laki biasa yang tidak memiliki jabatan penting dan tidak berkuasa, yang tugasnya hanya mengobati pasien, justru tidak membalas cinta Angel, ia hanya mencintai Vanessa. Angel sakit hati sama Vanessa karena ia bukan hanya mengambil papanya, tetapi ia juya mengambil Azka darinya.
Ketika pikirannya melayang ke Vanessa, saat itu pula Angel akan marah besar, ia tidak mau kalau Vanessa mengambil Azka juga. Angel mencintai Azka.
***
Seetelah berkeliling mencari cincin, Vanessa mengajak Azka untuk makan siang, ingin membahas perihal kemarin, ia tidak mau kalau Azka terus dekat-dekat dengan Angel karena biar bagaimana pun juga Azka adalah kekasihnya, calon suaminya. Kalau dekat yang sewajarnya saja.
"Ka, aku mau bicara sama kamu. Kamu tahu kan kalau kita ini bentar lagi nikah, aku emang mau pakai gaun rancangan Angel, tapi bukan berarti kamu dengan bebas berpelukan sama dia, aku tahu kalau kalian itu sahabatan, tapi yang sewajarnya, posisilan kamu sebagai calon suami orang, jangan berlaku seperti single yang bebas ngapain aja ke perempuan lain, walaupun hanya sahabat. Tolong jaga perasaan aku, Ka."
Ini salah satu hal yang Azka tidak suka dari Vanessa, ia membatasi pergaulannya, kalau disuruh untuk jaga jarak dengan Angel ia tidak akan bisa, karena biar bagaimana pun juga, Azka dan Angel sudah bersahabat sedari kecil, lagipula Azka tahu batas ia tidak mengkhianati kekasihnya.