Complicated Feeling

"Angel, jangan menangis, mama kamu pasti ikut sedih kalau lihat anaknya yang sedih seperti ini." Anak lelaki yang bernama Azka itu sedang menenangkan sahabat perempuannya yang sedang menangisi kepergian ibunya yang baru saja dimakamkan sejam lalu. Kehilangan memang menyakitkan, apalagi kehilangan untuk selamanya, ini terlalu berat dialami untuk dialami oleh seorang anak perempuan yang bahkan belum memahami tentang kehidupan ini. Ia masih belum paham bahwa setelah ini dunianya tak sama lagi, ada dunia dewasa yang menantinya yang jauh lebih berat. Yang ia tahu sebelum mamanya pergi dunia begitu indah, tetapi sekarang, keindahan itu telah berubah menjadi kenangan pahit yang tidak akan pernah terulang kembali. "Kenapa mama harus pergi sebelum melihatku dewasa, Azka?" Air mata Angel sangat tak tertahankan, yang ia tahu mamanya telah terkubur dalam tanah, yang tidak bisa ia gapai lagi, bahkan senyumannya tak bisa ia lihat secara nyata, yang ia tahu mamanya telah pergi untuk selama-lamanya. Ia tidak tahu bagaimana hidupnya setelah ini, siapa yang akan membuatkannya sarapan lagi, siapa yang akan menyiapkan seragamnya lagi, dan siapa yang menemani setiap langkahnya lagi. Kini Angel hanya berteman denhan kesepian yang entah kapan akan lenyap. Walaupun Azka belum pernah merasakan kehilangan karena kematian, tetapi ia tahu rasanya sangat amat menyiksa. Tidak ada satu orang pun yang akan baik-baik saja kalau orang yang amat berarti di hidup kita pergi untuk selama-lamanya. Ia menatap sendu Angel yang terus menangis tersedu-sedu, yang bisa ia lakukan hanya mengusap punggungnya untuk memberikan ketenangan, tidak ada hal lebih yang bisa ia lakukan, karena ia hanya anak kecil seperti Angel, yang belum paham betul tentang duni ini. Namun, Azka berjanji pada dirinya sendiri akan selalu berada di samping Angel sampai kapan pun, ia akan menjadi sahabat yang tidak pernah meninggalkan sahabatnya dalam suka dan suka. Persahahaban mereka telah dimulai sejak duduk di bangku taman kanak-kanak, dan berakhir pun harus karena kematian. Itu janji Azka pada dirinya sendiri, ia telah menyayangi Angel seperti adiknya sendiri. "Angel ... " Mendengar panggilan itu, membuat Angel dan Azka langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata itu Andriano —Papa Angel—, pandangan Angel tertuju pada kedua perempuan asing yang berada di samping papanya. Mereka masih bisa tersenyum manis, di saat suasana berkabung seperti ini, apalagi pria yang biasa disapa Andri itu menunjukkan bahwa ia baik-baik saja, tidak ada rasa terluka atas kepergian sang istri. Angel terlalu kecil untuk mengerti tentang permasalahan orang dewasa. "Papa, mereka siapa?" tanya Angel dengan isakan tangisnya diganti oleh rasa penasaran yang begitu mendalam. "Mereka calon mama dan saudari tirimu," ujar Andri dengan santai, bisa-bisanya ia memperkenalkan calon istri barunya di saat suasana masih berkabung seperti ini. Benar-benar tidak masuk akal. Dia tidak percaya dengan apa yang  didengarnya, kuburan mamanya belum kering tapi papanya sudah ingin menikah lagi. Benar-benar menyebalkan. "Papa, Papa tahun enggak, kuburan mama masih basah, dan sekarang Papa justru bawa calon istri baru, memamgnya Papa enggak sedih atas kehilangan mama. Dia istri Papa, kenapa Papa tega menyakiti aku dan mama dengan cara seperti ini." Andri mengendikkan bahunya lalu tersenyum tipis. "Angel, Papa enggak minta saran dari kamu, apa pun pendapat kamu itu enggak akan menghalangi niat Papa untuk menikah lagi. Paham? Kamu cukup jadi anak yang manis, dan enggal banyak protes, maka semuanya akan baik-baik saja. Oke, Sayang?" Angel merasa kesal dan marah, ia pun meninggalkan ruamgan itu dan langsung disusul oleh sahabatnya, Azka. Sejak saat itu kehidupan Angel sudah tidak sama lagi, Andri telah mengubah sosok Angel yang penurut menjadi Angel yang keras semenjak kedatangan anggota keluarga baru yang ia tidak terima. Mereka bukan hanya mengambil posisi mamanya Angel, tetapi mengambil juga Andri. Sejak saat itu Angel mengibarkan bendera perang untuk kedua perempuan yang berbeda generasi itu.   ***   Kenangan belasan tahun lalu itu pun melintas begitu saja pada pikiran Angel, kenangan yang mengubah seluruh hidupnya sehingga menjadi semenyedihkan ini. Untuk orang-orang yang hanya kenal Angel dari luarnya saja, mereka akan mengira bahwa perempuan ini hanya sesosok yang keras dan berhati dingin, padahal itu semua hanya topeng untuk menutupi betapa terlukanya Angel, ia benar-benar merasa sendiri saat kepergian mamanya. Sang ayah lebih sibuk sama pekerjaannya, ia juga tidak akrab dengan ibu dan saudara tirinya, dan satu-satunya sahabat yang ia punya sejak kecil ikut-ikutan pergi dari Angel, ia lebih memilih saudara tirinya, Vanessa, dan sekarang mereka telah berpacaran dan dengar-dengar mereka akan menikah, tetapi Angel terlalu masa bodoh perihal itu. Masih banyak hal yang ia lakukan daripada membahas yang tidak penting.   Angel mematikan laptopnya, kemudian ia langsung keluar kamar, rencananya ia ingin jalan-jalan sore mumpung hari minggu, tetapi sial, di ruang tamu ia justru berpapasan dengan orang-orang yang sedang bercengkrama. Namun, Angel masa bodoh sama sekali tidak permisi, tetapi panggilan dari sang ayah membuat perempuan itu mau tidak mau langsung menghentikan langkahnya lalu menoleh, awalnya Angel tidak mau mendengarkan, tetapi ia juga penasaran mengapa dirinya dipanggil.   "Kebetulan kamu di sini, Ngel. Jadi Papa mau kamu yang mendesign gaun pengantin untuk Vanessa, daripada ribet cari designer dari luar, lebih baik pakai jasa kamu, kan? Tenang, untuk masalah harga Papa akan kasih harga yang tinggi, asal kamu merancang gaun yang indah untuk hari bahagianya Vanessa. Gimana, Ngel? Kamu tertarik?"   Angel menggeleng dengan raut wajah yang sama sekali tak menampilkan senyuman. "Maaf, aku enggak bisa, cari saja designer lain."   Jangankan membuatkan gaun pengantin untuk Vanessa, menatap wajahnya saja ia enggan, ia tidak akan lupa dengan kejadian masa lalu yang membuat mamanya meninggal, ia tidak akan pernah lupa dengan kejadian masa lalu yang membuat hidupnya berantakan tanpa kasih sayang dari orang tua, dan sekarang ia harus terjebak bersama orang-orang itu. Angel bisa saja pergi dari rumah ini untuk menghindari mereka yang menjadi penyebab kehancuran keluarganta, tetapi ia tidak mau apa yang menjadi miliknya dikuasai oleh mereka, ia lebih berhak atas aset dan seluruh keluarga ayahnya karena ia adalah putrinya secara sah, sedangkan Vanessa hanya putri yang hadir karena hubungan terlarang, itu yang ada di pikiran Angel. Cukup ayahnya yang mereka ambil, tetapi untuk urusan yang satu ini harus jatuh ke tangan dirinya, bukan matrealistis tetapi hanya memperjuangkan apa yang menjadi miliknya.   Dan satu lagi, calon suami Vanessa adalah Azka, sahabat Angel sedari TK, Vanessa bukan hanya merebut papanya tetapi ia juga merebut satu-satunya orang yang peduli kepada dirinya sejak kecil. Sejak laki-laki itu berpacaran dengan Vanessa, sejak itu pula waktunya tersita hanya untuk perempuan itu, sementara Angel terabaikan. Hati Angel saat sakit, ketika harus kehilangan sahabat yang selalu ada saat suka dan dukanya. Ia ingin marah pada takdir karena telah mengambil orang-orang yang Angel punya, mamanya, kasih sayang papanya, kedekatan Azka, semua terenggut begitu saja tanpa tersisa. Namun, mau meronta pada kenyataan pun tidak akan mengubah apa pun, yang bisa Angel lakukan hanya terus berjalan ke depan, ia ingin buktikan pada dunia kalau ia bisa sukses tanpa mereka, ia ingin orang-orang tahu ia bisa menjadi Angel yang mandiri, ceria, penuh kebahagiaan, walau semua itu hanya topeng untuk menutupi kesakitan yang membelenggu.