“Cel! Boncel!” Gadis itu tetap berjalan. Vanya sangat hafal siapa pemilik suara itu. Dan hanya satu di sekolah ini yang memanggilnya seperti itu. “Elah Cel, tunggu!” tangan Vanya dicekal membuat Vanya tidak bisa melanjutkan langkahnya. Gadis itu pun berbalik. Menatap laki-laki di depannya. “Apaan sih lo! Pagi-pagi udah rusak mood gue tahu nggak!” ketus Vanya. Ardan melepas tasnya dari bahu. Menyodorkannya kearah Vanya. “Nih, bawain tas gue ke kelas.” Vanya menatap Ardan tak percaya. “Hah? Dih! Males! Bawa aja sendiri sana! Tangan lo masih normal tuh!” “Ingat.. lo itu babu gue!” “Bodo!” setelah itu Vanya berbalik kemudian pergi meninggalkan Ardan. “Cel! Boncel!” panggil Ardan