Part 5 Milik Darren

1103 Words
Tanpa menunggu lama, Darren segara menghubungi Alex-pengacara pribadinya malam itu juga. Laki-laki paruh baya itu, datang berkunjung ke apartemen Darren pukul satu dini hari sambil membawa berkas yang dimaksud bos besarnya. Alex tahu, Darren tidak suka menunggu. Dia suka seseorang yang bekerja efisien dan tepat waktu, karena itu sudah hampir belasan tahun ia bekerja untuk laki-laki ini, sejak Darren berusia 21 tahun ketika ia baru memulai bisnisnya. Darren selalu membayarnya lebih dari cukup, sehingga apapun akan dilakukan Alex demi melayani bosnya ini. Setelah menunggu hampir satu jam akhirnya terdengar suara bel apartemen menggema pukul satu lewat dini hari, orang yang mereka tunggu sudah datang, wajah Bagas tampak secerah cuaca malam ini. Darren beranjak dari posisinya dan membuka pintu. Ia pun mempersilakan Alex duduk dan menjelaskan maksud dari perjanjian yang mereka sebut sebagai kontrak jual beli. Awalnya pria itu mendengarkan penjelasan Darren dengan hati-hati, hingga di akhir penjelasan ia tampak terkejut dan menatap putrinya, cemas. Ia terlihat tidak setuju dengan perjanjian yang melibatkan dirinya, Darren dan Malea. Namun wajah garang Darren menciutkan nyalinya. Ia pun terpaksa menyetujui isi perjanjian tersebut demi cek satu miliar yang akan ia miliki segera. “Kau mengerti?” Ujar Darren, suaranya terdengar lantang di akhir pembicaraan. Alex hendak berkomentar, namun ia mengurungkan niatnya. Ia hanya menganggukkan kepala dan mulai mengeluarkan berlembar-lembar kertas dan menatanya di atas meja. Darren duduk bersandar dengan sikap santai dan tenang, sedangkan Bagas tampak tak sabar menanda-tangani kontrak yang akan membuatnya kaya raya, pikirnya dalam hati. Berbeda dengan dua pria itu, Malea terlihat lemah dan putus asa menatap kertas perjanjian yang mengikat takdirnya. Ia tak pernah membayangkan akan menjadi aset yang dijual oleh ayah kandungnya sendiri. Kemudian Alex membaca pasal demi pasal yang tertera di kontrak tersebut. Kata demi kata dibacanya dengan jelas dan lantang, sehingga tidak ada satupun kata yang terlewat olehnya. Bagas hanya mengangguk-anggukan kepala mengerti tentang pasal perjanjian yang akan mereka sepakati bersama. Selesai membaca sang pengacara menjelaskan maksud dari kontrak ini, berserta sanksi-sanksi yang menjerat kedua belah pihak jika mereka melanggarnya. “Anda setuju?” Tanya Alex yang langsung disetujui oleh pihak dari Bagas tanpa pikir panjang. “Baiklah, kalau begitu tanda-tangani disini.” Alex memberikan instruksi kepada Bagas dimana ia harus memberikan tanda tangannya yang bernilai satu Milliar rupiah. Selesai menandatangi semua berkas yang diperlukan, mata Bagas berbinar terang menatap selembar cek di tangannya. Dengan penuh kegirangan, ia mencium cek itu, mengangkatnya ke udara seperti ia memenangi olimpiade. Darren tersenyum miring melihat tingkah polah Bagas, yang rela menjual putrinya demi keuntungan pribadinya semata. “Kalau begitu, perjanjian kita sudah selesai disepakati, sekarang pergi dan tinggalkan putrimu disini.” “Baiklah.” Bagas menuruti permintaan sang Milyader yang menjadikan dirinya kaya raya. Satu Miliar merupakan nilai yang sangat fantastis yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Bahkan Pranoto saja hanya berani memberinya seratus juta. Tuhan benar-benar baik, ia justru mendapatkan sepuluh kali lipat dari penawaran yang ada. Sebelum pergi dia membalikkan badan dan menatap Malea, “ayah pergi dulu ya Lea, kau baik-baik disini. Kapan-kapan ayah pasti datang berkunjung.” “Ehem,” suara batuk pak Alex mengejutkan Bagas. “Berdasarkan surat perjanjian yang anda tanda-tangani, tertulis kalau anda tidak diperbolehkan berhubungan dengan putri Anda termasuk bertemu atau berkomunikasi sekali pun.” “Apa? Tidak Mungkin!” Bagai petir menyambar di malam hari, Bagas terkejut mendengar pernyataan tersebut. Ia terlihat kebingungan dan segera menyadari kesalahannya. “Lea...” ia menatap putrinya sendu, tahu bahwa apa yang baru saja ia lakukan tak pantas dilakukan seorang ayah pada darah dagingnya sendiei. Malea menangis meratapi nasibnya, ia tak tahu harus berkata apa melihat dirinya dijual ayahnya kepada pria asing yang bahkan tidak dikenalnya. “Sekarang anda boleh keluar dari apartemenku!” Dengan sopan, Darren mengusir Bagas. Ia tak mau melihat pria itu lagi muncul di hadapannya. Alex menuntun Bagas menuju pintu, tapi Bagas bersikeras disana sambil memanggil putrinya dengan nada pilu. “Lea... Lea!” Teriaknya sebelum ia menghilang bersama Alex di balik pintu. *** “Kau baik-baik saja?” Dengan suara lembut Darren bertanya mengenai kondisi Malea. Ia pun mengulurkan tisu kepada gadis yang tak henti-hentinya menangis setelah kepergian ayahnya. “Sudahlah, dia bukan orang tua yang baik!” Darren mencoba menghiburnya. Alih-alih menghibur, justru kata-kata Darren membuat tangis Malea semakin keras. “Ya Tuhan, Lea! Berhentilah menangis!” Bentak Darren tak sabar. Ia tak tahu bagaimana cara menghadapi seorang gadis yang sedang merajuk seperti yang dilakukan Malea saat ini, “Sekarang cepat pergi ke kamar dan ganti bajumu!” Ia memberikan perintah yang mau tak mau harus Malea turuti, karena saat ini ia adalah peliharaan Darren. *** Keesokan paginya, Malea terbangun karena mencium aroma roti panggang dan telur mentega yang menguar hingga ke kamar. Perutnya berbunyi keras, ia pun bergegas keluar kamar dan melihat pria yang menjadi majikannya sedang sibuk memasak di dapur. “Selamat pagi...” senyum Darren tampak cemerlang, persis seperti cuaca cerah pagi ini. “Kau lapar?” Tanyanya sambil sibuk mengaduk s**u hangat di gelas. Ada apa gerangan dengan pria ini? Malea bertanya dalam hati. Kemana sikap dinginnya selama ini? Malea menaruh kecurigaan padanya. Ia pun waspada, takut pria itu menyerangnya tiba-tiba. “Biar kubantu!” Malea berinisiatif membantu. Ia mengambil piring untuk mereka berdua dan menata meja dengan cekatan. “Bagus...!” Darren menarik kursi dan duduk di sebelah Malea. “Kau tidak duduk?” Tanyanya ketika melihat Malea menatap kursi dengan ragu. “Duduklah...!” Perintahnya. Gadis itu menuruti perintah Darren dengan patuh. Benar-benar seperti kucing peliharaan yang manis, yang akan menuruti apa yang dikatakan majikannya. Mereka menyantap sarapan dengan tenang. “Soal perjanjian semalam...” Darren mencoba membuka perbincangan, tapi Malea terlanjur memotong pembicaraannya. “Aku akan mengganti semua uang yang mau keluarkan semalam untuk membeliku!” Ucapan Malea mengejutkan Darren. Ia ingin tahu darimana gadis itu akan mendapatkan uang sebanyak satu Milliar. Berdasarkan informasi yang didapat Darren, Malea hanyalah gadis kecil yang berkerja siang malam hanya untuk menutupi utang ibu dan ayahnya. Ia pun bekerja banting tulang yang tak pernah mencukupi kehidupannya. “Baik, kalau itu maumu!” Kata Darren menerima tantangan Malea. Ia malas kalau harus berdebat dengan Malea pagi ini ketika suasana hatinya terasa baik, setelah memastikan kucing liarnya kembali pulang ke sisinya. “Tapi sekarang aku belum punya uang sebanyak itu. Beri aku waktu, aku janji akan segera melunasi utangku...” “Kalau begitu, aku akan melepaskanmu setelah kau membayar semua uang itu. Tapi selama kau belum bisa mengembalikannya, kau adalah milikku, kau mengerti?” Tidak ada yang bisa Malea lakukan selain menganggukan kepala, menyetujui apa yang dikatakan Darren padanya. Lagipula, ia tak memiliki tempat yang nyaman selain apartemen ini dan laki-laki yang tinggal di dalamnya. Karena ia memang milik Darren. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD