Gadis Bercadar, Yuk Nikah!

Gadis Bercadar, Yuk Nikah!

book_age18+
503
FOLLOW
8.3K
READ
HE
arranged marriage
bxg
lighthearted
city
childhood crush
affair
like
intro-logo
Blurb

Rhey Xander Nicholas, seorang pria berusia 32 tahun yang dituntut mencari pasangan hidup oleh kedua orang tuanya. Namun, sudah berkali-kali dikenalkan dengan para wanita, Rhey tak kunjung mendapatkan calon istri yang sesuai dengan kriterianya. Sebab, Rhey menginginkan wanita yang mendekati sempurna. Akhirnya Rhey dijodohkan dengan teman masa kecilnya, Meisha Yara. Siapa sangka, Rhey langsung merasakan getaran cinta saat melihat wajah Meisha. Akan tetapi, menjelang malam pertama, Meisha mengatakan sebuah kejujuran bahwa dirinya belum bisa mencintai Rhey tapi justru mencintai pria lain. Lantas, mampukah Rhey membuat Meisha jatuh cinta padanya dan melupakan cinta Meisha pada lelaki lain? Atau justru, Rhey menyerah dan mengorbankan pernikahannya agar Meisha dapat menikah dengan pria yang dicintainya?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Kok Bercadar?
"Meisha Yara siapa, Mah?" tanya pria bernama Rhey Xander Nicholas–seorang CEO sebuah perusahaan besar berusia 32 tahun. Saat ini, ia tengah dijodohkan dengan seorang gadis bernama Meisha Yara Adhyaksa. "Meisha teman masa kecil kamu dulu, Rhey. Masa kamu lupa." Rhey memejamkan kedua mata, mengingat gadis kecil yang dulu bertetanggaan dengannya. "Yang bener aja, Mah? Meisha itu cengeng banget, manja. Kalau kami menikah, pasti dia gak bisa jauh dari orang tuanya. Enggak deh, Mah." Rhey langsung menolak rencana perjodohannya dengan Meisha. Gadis kecil yang dulu selalu saja mengikuti Rhey ke mana pun pergi. Gadis kecil yang dulu selalu menangis jika Rhey pergi tanpa mengajaknya. Gadis kecil yang dulu selalu manja padanya hingga pacar Rhey ketika itu minta putus. Mengingat Meisha, sedikit pun Rhey tak berminat menikahinya. "Itu kan dulu, Rhey. Sekarang Meisha sudah dewasa. Usianya aja sudah 27 tahun." Rhey menoleh cepat, menegakkan tubuh, menatap lekat wanita yang telah melahirkannya. "27 tahun? Kok udah dewasa?" "Astaghfirullah, Rhey. Kalian kan usianya selisih 5 tahun. Kamu aja udah 32 tahun, wajarlah kalau Meisha udah 27 tahun," tandas Melani–ibu kandung Rhey yang mulai kesal pada anak semata wayangnya. Wanita itu sudah mulai sepuh. Teman-teman arisannya semua sudah punya menantu dan cucu. Hanya Melani yang anaknya belum menikah. Jangankan punya cucu, menantu saja belum punya. "Oh iya, ya, udah lama juga aku gak ketemu dia. Si anak cengeng gimana ya sekarang, apa masih cengeng?" Rhey tertawa mengingat gadis kecil Meisha. Kalau menangis, cairan yang keluar dari hidungnya tak mau berhenti. Meisha kecil berhenti menangis jika Rhey memeluknya. "Makanya Rhey, ketemu aja dulu. Papah yakin Meisha bukan lagi anak yang cengeng dan manja. Meisha itu pernah kuliah di Kairo Mesir. Dia kuliah S1 dan S2 di sana. Meisha sudah terbiasa hidup sendiri dan mandiri. Kamu jangan menilai Meisha yang dulu. Meisha yang dulu dan Meisha yang sekarang berbeda, Rhey." Giliran Daniel–papa kandung Rhey yang angkat bicara. Jika boleh jujur, sebenarnya Melani dan Daniel belum bertemu dengan Meisha lagi. Rencana perjodohan itu baru dibicarakan lewat sambungan telepon. Reza dan Suhana yang tak lain orang tua kandung Meisha, menyambut baik rencana perjodohan itu. "Udahlah, Mah, Pah, gak usah dijodoh-jodohin. Nanti biar aku yang cari sendiri." "Rhey, Mamah udah gak percaya sama kamu lagi. Ingat, Rhey. Usiamu udah kepala tiga. Teman-temanmu rata-rata udah punya anak dan istri. Lihat Mamah dan papah! Kami udah tua, Rhey. Kamu mau, Mamah dan papah mati sebelum lihat kamu menikah, sebelum kamu punya anak-istri? Mau?" Suara Melani penuh luapan emosi. Napasnya naik turun, menatap lekat Rhey. Lelaki itu diam, merunduk dalam. "Rhey, Mamah dan papah ingin melihat kamu menikah, Rhey. Ingin melihatmu punya istri, punya anak. Mamah dan papah ingin punya menantu dan cucu, Rhey." Tangisan Melani akhirnya pecah. Ia sudah hilang kesabaran. Melani benar-benar kesal melihat anaknya masih saja melajang. Rhey putra tunggal mereka. Jika Rhey belum juga menikah, siapa nantinya yang akan meneruskan perusahaan besar Daniel Nicholas? Air mata Melani membasahi pipi. Daniel mendekati Melani, merangkulnya sambil menenangkan. "Sabar, Mah. Jodoh, rezeki, dan mati itu urusan Allah. Enggak bisa dipaksakan atau memaksa. Kalau Rhey gak mau kita jodohin dengan Meisha, kita bisa apa? Jangan memaksa, biar aja dia yang memutuskan sendiri. Mau Rhey menikah atau tidak, terserah dia. Rhey udah sangat dewasa, semestinya dia sudah memikirkan masa depannya sendiri. Yang penting, kita selaku orang tua sudah memberikan yang terbaik untuknya. Seingat Papah, baru kali ini kita meminta sesuatu padanya tapi kalau Rhey gak bisa mengabulkan, ya udah gak apa-apa. Papah gak mau nantinya kita yang disalahkan kalau pernikahan Rhey enggak bahagia." Melani dan Rhey tercenung. Air mata Melani tak kunjung berhenti. Sebagai orang tua, ingin sekali Melani melihat Rhey menikah dan memberi keturunan pada mereka. "Papah benar. Kita gak usah memaksanya. Kalau dia tidak mau kita jodohin, ya udahlah. Mamah mau istirahat dulu." Sesaat Rhey berpikir. Selama ini, kedua orangnya tidak pernah menuntut atau meminta apapun darinya. Melani maupun Daniel justru selalu mendukung apapun yang diinginkan Rhey. Mereka sekarang meminta, hanya meminta dirinya menikah, punya istri dan punya. Permintaan itu pun bukan karena keegoisan Melani atau Daniel tapi untuk kebaikan serta kebahagiaan Rhey sendiri. Justru Rhey yang egois. Hanya karena lima tahun lalu pernah gagal menikah sebab diselingkuhi mantan kekasih, ia lantas menutup hatinya rapat-rapat dari wanita mana pun. "Mah, Pah, tunggu!" Melani dan suaminya yang hendak beranjak dari ruang tamu menghentikan langkah mendengar Rhey memanggil. "Ada apa?" tanya Daniel dingin. Rhey berdiri di hadapan kedua orang tuanya. "Ya udah, aku mau dijodohin sama Meisha. Tapi ... pertemukan kami dulu. Kalau nyaman sama dia, secepatnya kami pasti akan menikah. Kalau aku gak nyaman, maaf aku gak bisa. Mah, Pah, aku ingin menikah satu kali seumur hidup. Aku gak mau salah mencari pendamping hidup. Aku harap Mamah dan Papah mengerti." Senyum Melani seketika mengembang. Ia langsung memeluk tubuh anaknya. Daniel bernapas lega, pada akhirnya Rhey mau menemui Meisha. "Besok jam 10 pagi kita ke rumah Meisha," ujar Melani melepaskan pelukan. "Besok pagi? Enggak bisa Minggu depan, Mah?" "Enggak bisa. Pokoknya besok jam 10 pagi kita ke rumah Meisha. Titik." *** Tepat jam 10 pagi, keluarga Nicholas bersiap-siap mendatangi kediaman Reza Adhyaksa, teman kuliah Daniel dahulu. Sepanjang jalan, Melani tak henti menceritakan Meisha yang sekarang. "Kata Jeng Suhana, Meisha itu gadis yang pandai memasak, cantik, kulitnya mulus, pandai beres-beres rumah, dan suka anak kecil. Hm, Mamah sih yakin kalau kamu pasti mau nikah sama dia. Yakin seribu persen, ya gak, Pah?" Melani menepuk pundak suaminya yang duduk di depan, samping kemudi. "Iya, semoga aja, Mah." Rhey tidak menanggapi. Ia justru khawatir kalau Meisha tidak seperti dulu lagi. Tidak sesuai idamannya. Sampai di rumah Reza Adhyaksa, kedatangan mereka disambut penuh suka cita. Keluarga Nicholas dipersilakan menunggu ke ruang tamu. Semalam sewaktu mendengar kabar keluarga Nicholas akan bersilaturrahmi ke rumahnya. Apalagi mereka berencana ingin menjodohkan Meisha dan Rhey, hati Suhana yang tak lain ibu kandung Meisha sangat bahagia. Suhana dan Reza pun sempat mencemaskan putri semata wayangnya yang tak juga menikah di usianya yang sudah menginjak 27 tahun. Oleh karena itu, ketika semalam Daniel menyampaikan rencana perjodohan anak mereka, Reza dan Suhana sangat bahagia. "Sebentar ya Jeng Melani, saya panggilin Meisha dulu." "Iya, Jeng, silakan!” Suhana pun beranjak, menuju kamar Meisha yang terletak di lantai dua. Sepuluh menit kemudian, Suhana kembali masuk ke ruang tamu bersama seorang gadis yang mengenakan cadar. Rhey sangat terkejut, tidak menyangka kalau gadis yang akan dijodohkannya adalah gadis bercadar. "Mah, itu Meisha?" tanya Rhey berbisik pada Melani. "Iya." "Kok dia make cadar? Kalau mukanya jelek gimana?" bisik Rhey yang duduk di samping mamahnya. Melani terkejut mendengar bisikan anak tunggalnya. "Gak mungkin jelek, Rhey. Dari kecil kita udah tau kalau Meisha cantik." "Ya kan itu dulu, Mah. Emang muka orang gak berubah apa? Siapa tahu sekarang mukanya banyak jerawat makanya dia bercadar gitu karena malu? Duh, ini mah udah kaya beli kucing dalam karung, belum lihat mukanya, tapi aku harus nikahi dia." Rhey masih protes, berbisik di dekat telinga Melani. "Udah kamu tenang aja! Kalau pun berubah gak akan beda jauh. Buktinya kamu, dari kecil ganteng, sekarang tambah ganteng. Iya, 'kan? Udah deh kamu diam aja! Jangan banyak protes, nanti mereka dengar lagi kan jadi nggak enak!" Rhey pun seketika terdiam. Pandangannya masih tegak lurus menatap wajah Meisha yang tertutup cadar. Hanya dua bulu mata lentiknya saja yang terlihat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.0K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.3K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
290.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
211.0K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
162.8K
bc

TERNODA

read
192.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
224.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook