SILAKAN MARAH SAYA KALAU SAYA SALAH

1165 Words
“Kamu jangan asal ngomong!” bentak Ambu. Dia tak ingin anaknya lancang terhadap imamnya. “Dengarkan saya bicara dulu. Nanti Ambu sama Mamah boleh marah atau mau usir saya saya nggak apa-apa,” kata Nisha berupaya mengatur emosinya. Widya pun berupaya menekan emosinya. Dia juga ingin marah pada menantunya karena anaknya dituduh melakukan hal tak baik. Mendengar Nisha telah bicara seperti itu saat dibentak besan sekaligus sahabatnya maka Widya berupa tenang. “Neng sudah bilang sama Naffa, mungkin hanya wajahnya yang sama. Naffa bilang foto-fotonya itu banyak karena saat itu anak yang punya papa baru namanya Menik itu bawa tiga foto dan memang di situ Kang Fajar yang jadi pengantin.” “Naffa juga memberikan ini, yang didapat dari copy-an kertas berkat!” Nisha mengeluarkan kertas copy-an dan di sana ditulis tanggal pernikahan serta nama pengantinnya Fajar Abyakta Danoeswan. “Bukan mau bela diri, tapi kalau aku punya madu yang lebih muda lebih cantik lebih fresh aku bisa terima. Madu aku lebih tua 8 tahun dari aku karena dia ini pacar Kang Fajar saat masih SMA. Akang sudah diusir orang tuanya karena Akang miskin. Sekarang Akang kembali sama dia. Dan dia ini janda anak lima Ambu, Mamah. Aku kalah dari dia. Jadi Mamah terserah bagaimana. Yang penting aku tidak mau jadi istri tua. Aku ingin kami bercerai sesegera mungkin,” ucap Nisha. “Mamah, Ambu aku sudah kirim foto yang aku buat kemarin,” Nisha mengirimkan 4 foto yang dia buat dari merepro atau mengulang kembali foto yang dibawa oleh Menik. Juga foto Menik memperlihatkan foto pernikahan Fajar dan mamanya tersebut ke kamera dan di sebelahnya ada Naffa. Dua gadis itu memegang foto pernikahannya Fajar dan ibunya Menik. “Silakan Mamah dan Ambu bikin foto kertas ini. Saya sudah punya buktinya. Rupanya setiap pagi dia mengantar Naffa ke sekolah bertemu kembali dengan mamanya Menik dan mereka langsung menikah. Saya menyerah Ambu. Saya menyerah Mamah. Saya tak mau lagi bersama dengan dia. Cukup saya sampai di sini. Tak akan mau saya jadi istri Kang Fajar lagi. Walau dia menceraikan yang sana sekalipun. Saya tak mau.” “Sekarang silakan Ambu dan Amah memarahi saya kalau saya salah,” Nisha telah membongkar semuanya di depan kedua orang tuanya dan juga di depan mertuanya. Dia tak mau bila tak sekalian, karena nanti salah satu bisa berkelit. Ambu tak bisa berkata-kata melihat fakta itu. Mamah diam tak bisa berkata apa pun. Karena memang dia tahu dulu Dhani itu adalah cinta pertamanya Fajar. Tapi Fajar sangat membenci Dhani ketika dia ditendang orang tua Dhani, dimaki-maki dibilang anak miskin yang cari hartanya Dhani. Widya ingat caci maki orang tua Dhani dan sekarang tiba-tiba Daffa kembali menjalin hubungan dengan Dhani. Malah telah menjadikan istrinya. Tentu saja Widya pun tidak setuju terlebih yang minta Nisha menikah dengan Fajar adalah dirinya. Kita mundur di awal kejadian pertemuan kembali Fajar dan Dhani. Hari ini Fajar kesiangan, Naffa sudah siap sejak tadi. Nisha istrinya juga sudah masak untuk sarapan mereka dan tentu sudah memegang Zahran putra kedua keluarga kecil bahagia itu. Fajar kesiangan karena kelelahan. Semalam dia minta dua ronde pada Nisha. Benar-benar memuaskan. Walau dia tak sepenuhnya cinta pada istrinya, tapi wanita penurut dan lembut ini memang tak pernah mengecewakannya. Ya Fajar tak sepenuhnya mencintai Nisha. Satu-satunya perempuan yang Fajar cintai adalah Kusuma Wardhani kekasihnya sejak SMA dulu. Fajar menantinya cukup lama. Ketika Dhani sudah tamat SMA dan Fajar sudah mulai bekerja dia mencoba memberanikan diri memperkenalkan jati dirinya bahwa dia adalah kekasih Dhani. Saat itu Fajar benar-benar seperti anjing kurap yang tak ada harganya. Mama dan papa Dhani memaki-makinya yang berdiri di luar pagar. Tak diperbolehkannya masuk. Semua orang yang lewat disekitar situ juga melihat bagaimana dia diperlakukan. Fajar tak mungkin langsung lari. Tak sopan rasanya. “Kamu itu siapa? Kamu itu modal apa mau pacaran dengan anakku? Kamu mau cari hartanya saja kan? Kamu cuma ingin numpang hidup sebagai benalu sama seperti ayahmu dulu. Numpang hidup pada ibumu. Ibumu memutuskan membuang harta kekayaan orang tuanya demi ayahmu sehingga sekarang masih ibumu pun terlunta-lunta. Membuat dia hanya sebagai perempuan yang tak berguna. Bahkan sebagai anak tunggal kamu sekolah saja harus menjadi sopir di perusahaan percetakan,” ejek mama Dhani kala itu. Fajar memang bekerja sebagai sopir di kota Banten, bukan di desa. Dia tinggal di percetakan tempatnya bekerja, bukan di rumah ibunya di desa. “Aku tak mau anakku dihinggapi benalu seperti kamu, pergi!” teriak papanya Dhani. Fajar ingat kejadian itu. Dia tak bisa menahan malu. Fajar pun balik badan dan melangkah pergi boro-boro naik motor. Naik angkot itu kalau memang jaraknya jauh baru dia bisa naik angkot, karena uang yang tersisa lebih baik dia pergunakan untuk makan. Betul saat itu Fajar hanya driver di percetakan kecil dan penghasilannya dia pergunakan dengan sangat hati-hati agar bisa kuliah nantinya. Dia juga tak ingin nasibnya tidak punya masa depan. Karena itu dia benar-benar ingin kuliah dan mencari beasiswa. “Ibu nggak tahu sampai kapan bertahan hidup. Tapi Mamah ingin mempunyai cucu. Kapan kamu menikah?” itu yang Widya katakan saat Fajar sedang mudik pulang kampung. Kemarin dia baru di wisuda, Fajar mengantar ibunya pulang. Fajar kuliah di Bandung. “Sabarlah Mah, aku baru saja lulus kuliah. Aku cari kerja dulu yang mapan baru aku cari pasangan,” elak Fajar. “Carilah pasangan saat kamu belum mapan, sehingga dia merasakan susahnya hidupmu. Tidak langsung enak-enakan,” balas sang mamah. Esoknya Widya menemui sahabatnya dan minta Fajar mengantar. “Gadis itu manis ya,” kata Widya saat dipersilakan masuk oleh seorang gadis. “Iya,” jawab Fajar datar. “Dia itu juga baru lulus. Usianya baru 18 tahun,” bisik Widya pada Fajar. “Lulus SMA di usia 18?” tanya Fajar basa basi. Tuan rumah belum keluar. “Enggak. Dia lulus S1 di saat usianya 18 tahun. Sejak SD dia selalu ikut akselerasi,” kata Widya lagi. “Sudah cantik, pintar dan sopan pula,” kata Widya memuja gadis anak pemilik rumah. Lalu Widya ngobrol dengan temannya. Fajar duduk di depan. Sebagai anak yang baik dia hanya menunggu sampai mamah selesai ngobrol. “Silakan Kang, diminum,” kata gadis tersebut saat mengeluarkan air minum. “Iya, terima kasih,” jawab Fajar. ‘Memang dia sangat cantik, tapi tak ada getar di hatiku. Cintaku hanya buat Dhani walau sudah bertahun-tahun aku tak bertemu dengannya sejak dia lulus SMA dulu.’ batin Fajar menilai gadis yang menyodorkan minuman di meja. “Fajar sini,” panggil Widya. “Mumpung kamu di sini. Mamah coba bicara sama teman Mamah ini. Kalau kamu mau, kamu bisa memulai hubungan dengan Nisha anak Bu Raihana. Ini kalau memang kalian jodoh boleh menikah, tapi kalau tidak jangan dipaksakan,” begitu yang Widya katakan pada Fajar anak tunggalnya. Tentu saja Fajar kaget sedang Nisha hanya tertunduk malu, dia tak percaya pulang ke kampung malah dijodohkan oleh teman ambunya. Saat itu Nisha juga belum punya pacar karena selama ini dia hanya belajar, belajar dan belajar. Tapi tentu banyak yang menyukainya dan ada satu senior yang dia suka di kampusnya di Singapore sana. Nisha kuliah di Singapore.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD