23 Pagi ini aku tiba di kampus hanya berselang beberapa detik dari jam masuk. Akibatnya aku harus lari dan menaiki tangga secepat mungkin. Andai saja bisa seperti adegan lari cepat seperti di film-film itu, mungkin aku akan sampai ke kelas dalam hitungan detik. Kala tiba di depan kelas, aku berhenti sambil memegangi pintu yang untungnya masih terbuka, pertanda dosen mata kuliah paling menyulitkan itu belum datang. Alih-alih langsung memasuki kelas, aku justru berpindah ke bangku di seberang kelas dan duduk untuk mengatur napas yang memburu. Bunyi hak sepatu bertemu lantai bergema dari arah tangga. Aku bergegas bangkit dan jalan memasuki kelas serta menempati kursi di belakang Ijan, setelah sebelumnya melakukan gerakan tangan menepuk dengan suara keras pada sahabatku yang kurus itu.