19 Bunyi pintu mobil dibuka dan ditutup seakan-akan terdengar seperti suara genderang perang di telingaku. Detik demi detik menunggu kehadiran pria dewasa tersebut membuatku deg-degan. Titik-titik keringat muncul di dahi dan atas bibir. Demikian pula dengan kedua telapak tangan yang spontan berkeringat. Aku tidak berani menengadah ketika mendengar suara pria tersebut menyapa dengan salam yang dibalas teman-temanku dengan semangat. Selanjutnya mereka bergantian menyalami Om Yoga setelah Aleea menyalaminya terlebih dahulu. Pada kesempatan terakhir aku memberanikan diri untuk berdiri dan menyalaminya dengan takzim tanpa sanggup mengucapkan kata-kata. "Ken, bantuin om bawa barang yang di mobil," pintanya yang kubalas dengan anggukan. "Om tunggu di dalam," sambungnya sembari melenggang meni