Bab 6

1201 Words
Zack yang sudah masuk ke apartemen kecil miliknya segera membanting diri ke atas ranjang. Dia tak peduli jika Liana terus memanggilnya tanpa henti. Toh juga gadis itu tak ada hubungan dengannya sama sekali. Kejam dan tak berperasaan, itulah Zack sekarang. Dan Liana hanya bisa bersedih dalam tangisnya. Semenjak pria itu bangkit dari kematian, segala kepribadiannya berubah. Karena begitu mencintainya, gadis tersebut begitu sabar dan gigih. “Aku akan pergi. Besok aku akan menemuimu kembali.” Meskipun getir pahit dari perasaan pahitnya, Liana tetap saja bersekeras untuk bersama dengan Zack. Petra yang melihat kejadian itu dari jauh kesal dan tersenyum secara bersamaan. “Jika kau terus bersamanya, kau akan menjadi seperti ini, Lia.” Mata Petra menyipit, menatap jendela apartemen Zack. Pria yang dihujani tatapan tajam itu sontak membuka kedua matanya. Dia bisa merasakan aura kebencian dari manusia, kecuali penduduk Planet Aques. “Si biang kerok itu begitu menaruh dendam dengan pemilik tubuh ini.” Zack bangkit, menyilahkan gorden jendelanya. Pandnagan mata mereka bertemu satu sama lain, membuat Petra terkejut dan langsung sembunyi. “Dasar pengecut..., selama kau tak berbuat busuk, aku akan tetap diam.” Zack tak akan mengurusi hal yang membuang tenaga dan pikirannya. Sebab tujuan utama untuk saat ini adalah mendekati Justin. “Raja Adeus itu harus berpihak padaku.” Pria itu duduk termenung sepanjang malam, sampai matahari mulai muncul kembali. Tidak lelah dan tidak tidur, bukanlah hal luar biasa, melainkan hal biasa. Itu kerap terjadi padanya sewaktu menjadi naga. Tapi kembali lagi kepada fisik yang dimasukinya, bahwa Zack adalah manusia biasa. Maka dari itu dia membutuhkan tidur untuk istirahat, makan karena lapar, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan manusia. Zack memutuskan untuk segera pergi ke Wilson Caompany. Akan tetapi sayangnya, ketika bangkit mendadak kepalanya pusing dan penglihatannya kabur. Alhasil,, dia pingsan jatuh pas di atas ranjang. Meskipun Ares berusaha keras seperti dulu, tapi dia tak bisa mengendalikan tubuh manusia yang lemah dan tak punya kekuatan sama sekali. Beberapa menit setelah Zack pingsan, Liana datang mengetuk pintu apartemennya berulang kali tapi tak ada jawaban. Karena khawatir, gadis itu pun masuk ke dalam untuk melihat kondisi kekasihnya. Sekantong penuh bawaan yang ada ditangan langsung jatuh ke lantai begitu melihat Zack yang tidur dalam posisi tidak baik. “Apakah dia pingsan?” Gadis itu pun tanpa ragu mendekatinya. “Zack...,” panggil Liana begitu lembut tapi tak ada jawaban. Dia berusaha membawa tubuh Zack ke tengah ranjang, lalu menyelimutinya. “Zack...” Tidak ada jawaban dari pria itu, tapi Liana mendengar dengkuran halus. “Rupanya kau tidur, aku sangat khawatir.” Gadis itu pun mengambil sekantong plastik tersebut untuk dibawanya ke dapur. “Aku akan memasak untukmu. Pasti kau lapar.” Liana begiu baik dan perhatian. Sayangnya kekasih tercinta, Zack Winter sudah tiada. Dia tak tahu kalau Zack yang sekarang bukankah Zack, melainkan Ares. Setelah menyiapkan makanan, Liana kembali ke kamar Zack untuk melihat kondisinya. Tenryata pria itu sudah bangun sambil mengendus-endus sesuatu. Lucunya dia bangun dalam mata tertutup, berjalan melewati Liana begitu saja menuju ke dapur. Tanpa membuka mata, Zack langsung melahap semua makanan di atas meja tanpa tersisa. Liana merasa senang dan tersenyum puas. “Aku akan mengambilkan nasi lagi kepadamu.” Begitu mendengar suara Liana, Zack langsung membuka matanya. Dia sangat terkejut atas tindakan yang dilakukan tanpa sadar. Dengan cepat, pria itu mendorong kursi begitu saja. “Apa yang telah aku lakukan?” Liana hanya menyambut dengan senyuman. “Kau baru saja makan.” Dia menaruh sepiring nasi lagi di atas meja. “Makanlah lagi, aku masak banyak.” “Keluar!” teriak Zack dengan amarah yang meletub-letub. Gadis itu tersentak, dan langsung meneteskan air mata. “Aku bilang keluar..., apa kau tuli, hah!” “Baik..., jaga dirimu. Aku pulang.” Liana pergi setelah di usir oleh Zack. Sungguh gadis yang malang, padahal dia sudah menyiapkan semuanya hanya untuk pria itu. “Sialan! Apa yang baru saja aku lakukan?” tanya Zack tak percaya sambil menatap ke arah meja sisa makanannya. Setelah makan, memang energi Zack jadi terkumpul. Bahkan sekarang sehat bugar. “Kehidupan manusia benar-benar tak cocok untukku.” Pria itu mendesah berulang kali, mendongak ke atas untuk menatap langit ruangan. “Aku harus segera bertindak untuk membuat Justin berpihak padaku.” Zack tanpa mandi ataupun cuci muka segera berjalan keluar apartemennya. Orang mengira dia sangat jorok karena bau. Tapi, pria tersebut tak peduli sama sekali. Sepanjang berjalan, semua mata tertuju padanya, bahkan menutup hidung dengan terang-terangan. Zack yang cuek tidak mempermasalahkan hal itu. Begitu sampai di Wilson Caompany, tak ada yang menegurnya sama sekali. Tapi namanya manusia tentu saja saling bertanya satu sama lain, bergosip menggunjing Zack dari belakang. “Justin!” panggil Zack dengan nada teriak masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi. Bau tak sedaplangsung tercium masuk ke rongga hidung milik Justin dan dua orang yang sedang membahas sesuatu. “Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?” bentak Steve sambil berdiri karena tak terima merusak kerja sama yang sudah lama di incarnya. “Saya permisi dulu.” Pria yang bersama Steve lansgug bergegas pergi meninggalkan mereka. Sedangkan Justin hanya bisa menghela nafas berulang kali. “Apa yang kau inginkan, Zack?” Dia bangkit, tapi tinju Steve melayang lebih dulu ke arah Zack. “Steve!” teriak Justin sambil menghalangi Steve agar tidak memukul Zack lagi. “Beraninya kau memukulku, Steve! Apa kau lupa aku siapa? Aku Ares! Naga pelindungmu!” Aura naga Zack keluar begitu kuat, hingga membuat mereka berdua tercekik, bahkan langsung bersimpuh. Meskipun dia tak punya empat elemen sebagai kekuatannya, tapi Zack masih bisa menggunakan Aura naga untuk mendominasi semua orang. “Zack..., cukup... Kami bisa mati.” Justin berusaha menenangkan Zack. Melihat sang Raja Adeus kesakitan, Zack langsung menyimpan auranya kembali. Seteve pun terlihat kesal, lalu duduk di sofa dengan membuang muka. “Mandi sana! Kau bau.” Zack langsung mencium tubuhnya sendiri. Benar saja, baunya seperti got yang tak pernah dibersihkan sama sekali. “Kua mandilah di sana,” tunjuk Justin ke pintu berwarna coklat tua. “Setelah itu kita bicara.” Zack mengangguk patuh, segera berjalan menuju ke kamar mandi. Setelah dia pergi, Steve langsung angkat suara. “Aku tetap tidak setuju kita kembali.” “Pikirkan tentang Planet Aques, Steve.” Justin sudah pusing, sekarang tambah pusing karena Steve membelot. “Oke. Jika dia bisa membangkitan salah satu elemen miliknya, aku akan setuju. Itupun jika dia bisa. Walau bagaimanapun, dia hanya manusia bumi. Tidak ada dasar elemen ditubuhnya sama sekali.” Steve begitu percaya kalau Zack tak akan bisa membangkitkan kekuatannya, maka dari itu dia percaya diri dengan logika yang ada sejak ribuan tahun lalu. Hanya sedikit manusia bumi yang bisa membangkitkan kekuatan elemen. Itupun karena mereka adalah ras campuran. Separuh dari tubuhnya, mengalir darah penduduk Planet Aques. Dan kemungkinan besar, Zack bukanlah salah satu dari ras campuran. “Kau harus memegang seluruh perkataanmu, Steve. Jika dia berhasil, maka kau harus ikut membantunya membangkitkan seluruh kekuatan Zack.” Justin juga percaya diri kalau Zack bisa membangun kekuatannya sendiri. Dia yakin karena aura naga yang bisa keluar meskipun Zack adalah seorang manusia biasa. Steve mengangguk, dan keduanya sama-sama tersenyum-saling pandang satu sama lain. Bisakah Justin membangkitkan kekuatan Zack? Entahlah karena dia hanya manusia biasa, bukan ras campuran. Meskipun ras campuran, pasti akan sulit untuk membangkitkan kekuatannya. Bersambung 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD