bc

Nafkah Batin Basi

book_age18+
130
FOLLOW
1.7K
READ
HE
badboy
heir/heiress
drama
like
intro-logo
Blurb

Amelia tak pernah diberi nafkah batin oleh suaminya. Penampilan Amelia yang buruk rupa membuat Darfan tak selera. Tujuan Darfan menikahinya hanya untuk harta. Gadis itu adalah pewaris tunggal peternakan milik pengusaha ternak nomor satu di kota Medan. Namun, wanita tak cantik rupa, tapi kaya harta ini bukan perempuan yang bisa diploroti dan dibodohi begitu saja. Dengan harta, Amelia merubah penampilannya. Dia berubah menjadi wanita jelita. Dia bahkan bersiap menghancurkan para parasit yang selama ini menghisap darahnya. Saat itu terjadi, nafkah batin yang ditawarkan sang suami sudah basi baginya.

Bagaimana pembalasan Amelia terhadap keluarga suaminya yang licik? Bagaimana Amelia menjalani pernikahan yang penuh sandiwara? Bagaimana cara Amelia menghadapi keluarga suami yang parasit? Bagaimana kisah asmara Amelia hingga menemukan cinta sejatinya? Ikuti kisah ini di bab-bab selanjutnya. Terima kasih.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Benda Ta*jam Di Malam Pertamaku
======= “Maaf, Mbak, pis*au ini buat apa?” Aku membelalak kaget saat Yati, asisten rumah tangga masuk ke dalam kamar pengantin kami. Sebuah nampan berisi dua gelas minuman hangat beserta sebuah pisau tajam dia letakkan di atas nakas. “Buat kalian, bukankah kalian akan belah duren malam ini?” jawabnya dingin, lalu pergi setelah melirik Mas Dar dengan tajam. Aneh! Kenapa wanita itu terlihat tidak senang dengan pernikahan kami? Orang-orang memang sering menyebut malam pertama dengan istilah ‘BELAH DUREN’. Tetapi tentu saja tak perlu pakai benda tajam, bukan? “Udah, gak usah dipikirin si Yati!” Mas Dar mengunci pintu kamar lalu berjalan mendekatiku. “Hem,” anggukku mulai fokus pada suamiku. “Sayang, terima kasih sudah menikah denganku!” Mas Dar mengecup lembut keningku. “Aku yang terima kasih, Mas,” ucapku menunduk. Serasa jantung ini berdegup tak karuan. Wajahku terasa menghangat. Pasti warnanya memerah sekarang. Sungguh ini adalah pengalaman pertama, seorang pria menyentuh keningku dengan bibirnya. Selama ini aku tak pernah dekat dengan pria manapun. Aku juga tak pernah punya kekasih. Mas Dar adalah pria pertama yang dekat denganku, tanpa berpacaran dia langsung menikahiku. “Aku, dong, Sayang, yang berterima kasih pada kamu. Aku begitu beruntung mendapatkan kamu,” ujarnya mengulas senyum sembari mengelus pipiku, lalu berhenti di bibir. Tentu saja dadaku berdebar makin tak karuan. Aku paham apa yang dia isyaratkan. Sepasang pengantin baru yang barus saja dihalalkan, apa yang akan dilakukan kalau bukan melaksanakan ibadah di malam pertama pernikahan. Kusiapkan diri sepenuhnya untuk menunaikan tugas sebagai seorang istri. Bersiap juga menerima nafkah batin pertama darinya. Meski ada rasa takut yang berkecamuk. Tapi aku harus bisa, aku tak boleh mengecewakan suamiku. “Kenapa, Mas?” tanyaku saat Mas Dar tiba-tiba menghentikan aktivitas lalu melepaskanku. “Gak apa-apa, Sayang!” ucapnya dingin, lalu melangkah mundur. Sorot matanya tampak aneh. Entah apa yang terjadi pada Mas Dar. Sepertinya dia ragu untuk menyentuhku. Kenapa? Bukankah dia telah memulainya? Lalu kenapa tiba-tiba menghentikannya? “Kamu mandi aja dulu, ya! Kamu pasti capek banget setelah seharian jadi ratu? Mana tamu undangan papa kamu banyak banget lagi, iyakan?” usulnya kemudian. “Aku lecek banget, ya? Ya, udah, aku mandi dulu, ya, Mas!” “Iya, Sayang. Tapi, aku boleh pinjam kunci mobil kamu, enggak?” “Lho, Mas mau ke mana?” “Ada urusan sebentar keluar, gak lama, kok. Kamu mandi aja, dulu!” “Baik, Mas.” “Ehm, satu lagi, Sayang.” Mas Dar berbalik, lalu menatapku lembut. “Ya?” tanyaku masih menunduk, tak berani menatap matanya. “Aku boleh minta uang minyak, Sayang? Khawatir bensinnya habis di jalan. Duit di dompet Mas udah tipis. Repot kalau mau ke ATM dulu. Aku terkesiap. Dia menikahiku belum sehari. Kenapa sudah berani minta uang? Kami juga belum lama saling kenal. Baru dua bulan yang lalu. Dia adalah pria yang dikenalkan oleh teman Papa. Papa yang sudah begitu khawatir melihat aku belum menikah di usia yang tak lagi muda, menyetujui perjodohan itu. Meskipun Mas Dar seorang duda. Usiaku hampir kepala tiga, tak juga ada tanda-tanda seorang pria yang suka. Wajar saja, karena aku bukanlah gadis idaman pria. Wajahku biasa saja, tak ada sedikitpun manis-manisnya. Aku juga tak pandai berdandan seperti wanita lain. “Papa sudah tua, Sayang! Papa juga mulai sakit-sakitan, maut kapan saja bisa menjemput. Papa akan merasa tenang meninggalkan kamu, bila kamu sudah berkeluarga. Kamu butuh pendamping untuk menjalankan usaha kita. Darfan itu pria yang baik, setidaknya begitu kata Om Nurdin. Dia sahabat papa, tak mungkin menjerumuskan putri papa, iyakan, Sayang? Mau, ya, Nak, menikah dengan Nak Darfan?” bujuk papa kala itu. Aku menggangguk. Papa semringah. Melihat senyum papa, bahagia menyeruak di dalam kalbu. Setidaknya aku bisa melihat papa bahagia. Semoga dengan pernikahanku, papa bisa tenang, dan penyakitnya segera sembuh. Begitu keputusanku. Bukan inginku terlahir ke dunia ini sebagai seorang wanita yang telat mendapatkan jodoh. Aku juga ingin memiliki seorang suami yang mencintai dan menyayangi. Seorang laki-laki yang mendampingi menyibak hari-hari. Lalu memiliki anak-anak yang lucu dan sehat. Membesarkan dengan penuh cinta dan kasih. Bukan pula inginku memiliki wajah yang tak cantik. Aku juga ingin seperti gadis-gadis lainnya. Memiliki wajah memikat, tubuh seksi dan menjadi idaman para pria. Sayangnya, aku tak memenuhi standart, hingga sampai usia menjelang kepala tiga, tak jua ada seorang pria yang menyatakan suka. Sampai akhirnya lamaran Mas Darfan aku terima. Ijab Kabul pun dilangsungkan tadi pagi dengan penuh suka cita. Papa yang menanggung semua biaya pernikahan, keluaraga Mas Dar hanya menyediakan seperangkat alat salat sebagai mahar. Tak mengapa. Papa rela menangung semua biaya, asal anak gadis satu-satunya bisa berumah tangga seperti gadis-gadis lainnya. Tetapi, kenapa baru beberapa jam ijab qobul dilangsungkan, suamiku sudah meminta uang? Padahal dia sama sekali tak ada uang keluar untuk pernikahan ini. Bahkan baju pengantin yang dia kenakanpun, Papa yang menyediakan. Apakah ada yang salah dengan pernikahan ini? “Sayang, kok malah melamun? Gak usah banyak, sejuta saja. Sekalian buat jaga dompet, siapa tahu ada apa-apa di jalan, iya, kan, Sayang?” Mas Dar menyentuh bahuku. “Baik, Mas. Tapi, kalau boleh tahu, Mas mau ke mana sebenarnya? Ini rumah keluarga Mas Dar. Saya gak enak ditinggal sendirian, saya masih asing di rumah ini,” tanyaku seraya mengeluarkan satu ikat uang kertas berwarna merah dari dalam dompet, lalu kuserahkan padanya. “Makasih, Sayang! Aku ada urusan bisnis. Kalau aku gak jumpai sekarang, pasti dianggap gak professional. Kalau batal, aku bisa rugi ratusan juta. Sebentar saja, kok.” “Gitu, ya?” “Iya, Sayang. Oh, iya, uang kamu pasti aku ganti, kok. Aku pergi dulu, ya, Sayang! Kamu mandi aja, ya! Muaah!” Suamiku mengecup keningku sekali lagi, lalu menyambar jaket yang tergantung di balik pintu. “Tunggu aku pulang, ya!” titahnya sambil berlalu. Kutatap punggungnya hingga menghilang dari pandangan, lalu aku berjalan keluar menuju kamar mandi. Kamar mandi di rumah ini hanya satu. Posisinya ada di dekat dapur. Aku harus keluar dari kamar untuk mencapainya. Tetapi, percakapan di ruang keluarga membuat langkahku terhenti. Kutajamkan pendengaran. Bukan ingin tahu urusan orang, tetapi karena aku curiga dengan pembicaraan mereka. “Lho, kok malah keluar? Kamu mau ke mana?” Itu suara ibu mertuaku. “Yati ngancam, Ma.” Itu jawaban Mas Dar. Aku terkesiap. Yati siapa maksud Mas Dar? Asisten Rumah Tangga itukah? “Ini malam pertama pernikahan kamu, Dar! Kenapa kamu tinggal dia? Setidaknya temani dia satu malam ini!” “Rencana awalnya, sih, gitu, Ma. Aku udah usaha juga, tapi maaf, aku gak selera. Saat aku coba menyentuhnya, tiba-tiba aku merasa geli! Moodku seketika ambyar!” Suara suamiku terdengar seperti orang yang sedang menahan rasa jijik. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
283.9K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
149.1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
149.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
205.9K
bc

TERNODA

read
191.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
221.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook