Chapter 1 - Gadis Satu Miliar
“Aku sudah tidak perawan. Ayo tidur denganku!”
Damian Lucas Carter tertegun mendapati dirinya dihampiri seorang gadis bertubuh mungil, mengenakan pakaian seksi yang memamerkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Wajahnya cantik bak seorang peri, namun sayangnya gadis itu sama sekali bukan tipe gadis ideal yang biasa ia kencani.
“Wah, seperti biasa kau memang hebat. Bahkan seorang bidadari seakan jatuh dari langit karena terpikat oleh ketampanmu,” ledek sahabatnya Darren.
“Jangan macam-macam denganku,” omel Lucas mengabaikan gadis yang berdiri gugup di sampingnya.
Lucas meliriknya sekilas, jelas ia sama sekali tidak tertarik dengan gadis itu. Ia menenggak minumannya lagi, lalu berdiri. “Ayo!” ajaknya pada Darren yang termangu. Bingung karena untuk pertama kalinya Lucas mengacuhkan seorang gadis cantik.
Lucas adalah playboy sejati. Itulah karakter sahabatnya yang dia tahu. Dia gemar mengejar-ngejar gadis di kampus, bergonta-ganti pasangan layaknya berganti pakaian tiap harinya.
“Bik, biasa, nanti Papa yang akan membayarnya,” teriak Lucas pada penjaga kantin kampus yang ia datangi di jam istirahatnya siang itu.
“Siap!” sahut wanita bertubuh gempal yang menjadi langgangan Lucas dan temannya biasa nongkrong.
Lucas hendak pergi, tapi gadis itu menarik jaketnya. “Tolong. Aku akan membayar waktumu. Sekali ini saja. Tidurlah denganku!” Ia memohon, suaranya sangat lirih. Kepalanya tertunduk rendah, tak berani menatap lawan jenis yang sedang dirayunya.
Ucapan sang gadis membuat Lucas tertegun. Baru pertama kali, seorang gadis akan membayarnya agar bisa tidr dengannya. Tidakkah gadis itu tahu, berapa banyak uang yang ia miliki. Ia bahkan bisa memberi uang yang lebih banyak dari yang ditawarkan sang gadis.
“Berapa banyak uang yang akan kau tawarkan?” tantang Lucas sengaja. Ia ingin tahu berapa harga yang pantas untuk dirinya.
“Satu miliar. Aku akan membayarmu satu miliar!”
“Apa?”
Bukan hanya Lucas yang terperanjat, Darren yang berdiri di sebelahnya seketika membelalakkan mata, tak percaya. Mendengar sejumlah uang yang ditawarkan gadis itu agar bisa tidur dengan sahabatnya.
“Jangan main-main!” tukas Lucas, marah. Tapi sang gadis hanya menggeleng, “Tidak! Aku serius. Apa perlu kutransfer sekarang?” Dengan gugup ia mengeluarkan ponsel miliknya. Membuka aplikasi perbankan dan siap mengetik nomor rekening pribadi Lucas.
Lucas menatapnya tajam. Jelas gadis itu tidak sedang main-main.
“Sumpah, Luc. Kalau kau tidak mau, aku siap menggantikanmu.”
Gadis itu mengeleng, “Tidak! Aku hanya ingin Lucas,” ujarnya mantap.
“Kenapa harus aku?” tanya Lucas, bingung.
“Karena aku jatuh cinta padamu,” ungkapnya tanpa pikir panjang.
Sekali lagi Lucas terkejut mendengarnya. Jelas ungkapan cinta sama sekali diluar ekspektasinya.
Entah sudah berapa banyak gadis dan wanita yang mengungkapkan isi hatinya. Menyukai Lucas karena ketampanannya, atau karena harta yang melimpah dari kedua orang tuanya.
“Kenapa kau rela memberiku satu miliar?” Bahkan ayahnya takkan pernah memberinya uang sebanyak itu, jika ia merengek sekali pun.
Tapi gadis ini, dengan mudahnya memberinya uang yang bisa mengabulkan impiannya membeli mobil sport baru.
“Karena bagiku, kau lebih berharga dari uang sebanyak apapun.” Jawaban gadis itu diluar pikirannya.
Lucas langsung bertanya, “Kapan dan di hotel mana?”
“Hari Sabtu, di hotel Continental.”
“Ok.” Tanpa pikir panjang, Lucas langsung mengiyakan.
***
“Gila, gila, gila. Gokil!” Darren menepuk tangan dengan sangat keras, terkejut sekaligus takjub oleh pesona sang sahabat yang mampu membuat seorang gadis menggila. “Cuma buat tidur denganmu, dia rela merogoh kocek sebesar itu? Ini gokil sih, nggak masuk diakal. Atau jangan-jangan ini cuma mimpi? Eh, tapi nggak juga!” Sulit bagi Darren mempercayai apa yang baru saja terjadi di hadapannya.
Lucas hanya terdiam, enggan menanggapi celotehan sahabatnya.
“Ah, berisik. Bisa diam nggak kau?” omel Lucas.
“Pokoknya nih, sikat aja. Kapan lagi baia tidur sama cewek. Cantik pula. Terus dapat duit pula. Iya nggak?” Darren terus menggodanya, membuat Lucas semakin risih.
Pemuda itu pun berlalu pergi meninggalkan sahabatnya.
“Eh, mau ke mana?”
“Pulang!” sahut Lucas sambil berjalan cepat.
“Jangan lupa traktir ya kalau udah selesai. Dan kutunggu cerita panasmu tidur dengannya.”
“Tahu, akh!” Lucas kabur. Sengaja menghindar dari sahabatnya yang terus meledeknya.
***
“Apa kau siap?” tanya Lucas meragu saat melihat gadis itu terlihat gugup sambil memegangi jubah tidurnya yang transparan. Lucas bisa melihat siluet bentuk tubuhnya yang menggoda naluri lelakinya.
Sh*t, dia memaki dirinya yang mulai kehilangan kendali. Tubuh sintal gadis itu sangatlah menggoda. Hanya melihatnya saja, kejantanan dirinya berdiri tegak, sulit ia kendalikan.
Gadis itu mengangguk ragu, tampak bingung apa yang harus dilakukannya.
“Apa kau sudah pernah bercinta sebelumnya?” tanya Lucas, merasa heran melihat sikapnya yang seperti seorang perawan.
“Aku hanya gugup. Kau begitu menggoda,” ucapnya mengubur rasa gugup serta takutnya.
Lucas memberinya senyum memesona yang sanggup melelehkan hati semua wanita yang melihatnya. Dia begitu sempurna, seakan-akan Tuhan sedang berbaik hati dengan memberinya anugerah wajah yang rupawan, senyum yang menawan, dan tubuh yang luar biasa sempurna. Otot yang terpahat liat, begitu menggoda. Jelmaan kesempurnaan hakiki.
“Mendekatlah,” perintah Lucas. Ia berbaring santai di sofa, mengenakan celana boxer favoritnya. D*d*nya terpampang nyata, membiarkan gadis itu melahap kesempurnaan bentuk tubuhnya.
Gadis itu mendekat. Berdiri di hadapan Lucas. Bergeming.
Lucas menariknya mendekat. Menghujaninya dengan ciuman-ciuman yang panas, liar, dan menggairahkan. Lucas kehilangan akal sehatnya. Terlebih adik kembarnya menegang meminta pemuasan.
Gadis itu membalas ciumannya. Pelan, dan lembut. Seakan-akan dia tak pernah berciuman sebelumnya. Membuat Lucas mulai meragukan dirinya.
“Apa kau pernah berciuman sebelumnya?” tanya Lucas sambil terus mencumbu sekujur tubuh gadis yang menggeliat di bawahnya.
“Tentu saja,” jawab gadis itu menarik Lucas semakin dekat.
“Sekarang aku akan menunjukkan milikku. Apa kau siap?”
Gadis itu mengangguk penuh keyakinan. Sorot matanya berkabut oleh gairah yang mereka pantik bersama.
Lucas bersiap menembakkan rudal miliknya. Ia membuka paha gadis itu, mulai beraksi.
“Aw,” jeritan keras dan erangan gadis itu membuatnya kaget. Lucas menyadari gadis itu berusaha menahan diri. Dengan kuat ia mencengkeram otot punggung Lucas.
“Sial! Kau masih perawan?” Lucas memucat di atas tubuh gadis itu.
Wajah gadis itu menggelap, rahasianya terkuak.
***