PART 10

1568 Words
Alecas (Alecas bertubuh Lucas) LuXa (Lucas bertubuh Alexa   "Katakan kau mencintainya, dan cium dia." Alecas langsung menggeleng, dia tidak akan pernah sudi mengatakan cinta pada pria arogan seperti Lucas. Cintanya hanya untuk Devon. "Enggak mau" tolak Alecas. LuXa menggertakan giginya dengan kuat. Cinta? Yang benar saja!. Itu sangat lucu dan memalukan, Lucas pernah berniat membunuh Alexa dan sekarang harus mengatakan cinta?. Perkataan Yura sudah menumpulkan taringnya. "Atau kalian  ingin seperti itu selamanya?" Ucap Yura lagi. Gadis itu berbalik dan membenahi semua alat-alat lukisnya dan berdiri. "Kalian memang tidak saling mencintai.  Tapi kalian membutuhkannya." "Baiklah" LuXa memijat batang hidungnya, menghadap Alecas degan canggung. "Kau duluan Alexa." "Gak mau. Aku hanya mencintai Dev!" Alecas bersedekap dan mengerucutkan bibirnya. "Kau yang duluan." LuXa mengerutkan hidungnya seketika. Dia terdiam beberapa saat, "Aku mencintaimu" bisiknya sambil membuang muka. "Aku.. aku juga mencintaimu" jawab Alecas setengah hati. "Katakan dengan tulus, atau kalian seperti itu selamanya" Yura mengintrupsi, dia berbalik lalu pergi. LuXa membuang nafasnya dengan kasar, menelaah kata-kata yang telah di ucapkan Yura. "Aku mencintamu Alexa" ucap LuXa sekali lagi, menatap mata Alecas dan merendahkan suaranya menjadi lembut. "Aku juga mencintaimu" Alecas terdiam sejenak. "Lucas..." Alecas membungkuk dan memiringkan kepalanya, mengecup bibir LuXa singkat. Tubuh mereka kembali normal . . . Alexa meringis, memeluk dirinya sendiri dan kesakitannya. "Aku ingin pulang" Alexa berjalan tertatih-tatih mendahului Lucas.   ***   Lucas termenung beberap saat, mengingat bagaimana tadi Alexa berjalan mendahuluinya. Alexa terlihat kesakitan dengan tubuhnya. Bahkan ketika dalam perjalanan pulang pun, gadis itu lebih banyak diam dan meringis dengan mata berkaca-kaca. Sekarang Lucas ingat, tadi dia berkelahi dengan tubuh Alexa, dan gadis itu tidak terbiasa. Lucas bergegas keluar menyusul kepergian Alexa. "Tunggu Alexa." "Apa?" Alexa berteriak dan berbalik, menampakan wajahnya yang sudah basah dengan air mata. Alexa menangis. Lucas tidak ikut berteriak kali ini. Dia membungkuk dan menggendong Alexa dan membawanya, "Kau cengeng sekali" bisik Lucas, dia sengaja memancing perdebatan untuk membuat Alexa mengomel atau merajuk, Lucas merasa bersalah bila melihat gadis itu menangis. "b******k.  Aku benci padamu" Alexa memukul dadanya dengan lemah. Lucas mendengus kesal, dia membawanya ke kamar dan membaringkan tubuh Alexa di ranjangnya. Lucas membantu melepaskan sepatunya dan jaketnya. "Ehm.. apa kau butuh dokter?" Tanya Lucas hati-hati. Alexa meneliti tubuhnya, banyak lebam biru di tubuhnya, kakinya lecet kemerahan dan tangannya terdapat goresan. "Menyebalkan. Akan aku laporkan pada ayah" Alexa melepas jaketnya dan melemparnya ke lantai, dia mengangkat kaus yang di kenakannya juga, terdapat lebam lagi di sekitar pinggangnya. "Karena itu aku bertanya, kau butuh dokter atau tidak Alexa?" Bisik Lucas mulai kesal lagi, Alexa mendelikan matanya penuh permusuhan. "Tidak perlu.  Malam ini aku akan pergi berpesta." "Pesta?, dengan siapa?" Tiba-tiba Lucas menuntut. "Apa urusanmu Lucas?." Alexa beranjak dari ranjangnya dan pergi ke kamarnya sendiri. Lucas mematung, mengeryitkan keningnya dengan heran, dia tidak tahu kenapa tiba-tiba dia sedikit jengkel mendengar Alexa akan pergi ke pesta. Lucas pergi ke kamarnya sendiri dengan cemberutan kecil di bibirnya.   ***   "Pesta ulang tahun, tuan" Shwan mengangkat suara lagi setelah menerima informasi dari orang kepercayaannya. "Kemungkinan kekasihnya juga datang." Lucas mengangguk kecil, dia menyesap anggurnya lagi perlahan, melihat ke bawah tepat di lantai satu. Tempat dimana Alexa tengah menelpon seseorang. Gadis itu  memakai gaun putih yang lebih tertutup karena harus menutupi beberapa lebam di tubuhnya. "Aku ingin kau melakukan sesuatu" ucap Lucas dengan serigai misteriusnya. "Apa tuan?." "Suruh seseorang menggoda kekasihnya, buat Alexa melihatnya." Lucas melangkah pelan tanpa suara, dia menuruni tangga dengan elegan dan mendekati Alexa. "Gaun yang bagus Alexa" puji Lucas dengan tulus, melihat Alexa terlihat cantik seperti biasa. "Gara-gara kau, aku tidak dapat memakai gaun sexy." "Kau tetap cantik dengan pakaian itu. Jangan pulang malam-malam Alexa. Kau tahu kan konsekuensinya jika kau ketiduran." "Aku akan menginap di rumah Dev. Terserah kau mau kerepotan atau tidak" Alexa bersedekap dengan angkuh dan segera pergi meninggalkan Lucas yang berdiri di anak tangga terakhir.   Well.. kita lihat saja setelah ini Alexa.   Lucas menyerigai jahat.   ***   "Tuan Lucas, selamat datang" Zhing membungkuk memberi hormat melihat kedatangan Lucas. Lucas melewatinya dengan kepala tegak dan wajah dingin, dia memasuki club malam dan langsung naik ke atas, menuju tempat pribadinya di ruang vvip. Tempat itu membuat dia bisa memantau semua pergerakan orang-orang yang sedang bejudi maupun berpesta di balik jendela. Seorang wanita berambut cokelat datang melenggang dengan anggun, dia langsung duduk di pangkuan Lucas dan memberikan kecupan mesra di pipinya, "hay babe." Lucas tersenyum singkat, irish matanya berkilauan indah, dia kembali melihat ke bawah tepat dimana Alexa dan teman-temannya sedang berpesta. Lucas kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita yang masih berada di pangkuannya itu, "Apa kabar Mel?." Lucas mengusap pipinya dengan lembut, Melby tersenyum lebar nan seksi. "Seperti yang kau lihat sayang. Berjalan di atas catwalk cukup melelahkan" ceritanya dengan antusias, tangannya tidak dapat berhenti untuk tidak menyentuh setiap lekuk bisep Lucas. "Aku senang kau mengundangku kesini." Melby adalah seorang model profesional, kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya adalah anugrah terbaik untuknya dalam masalah pekerjaan. "Aku merindukanmu Lucas" Melby mengecup bibir Lucas sekilas. Lucas menempatkan tangannya di pinggang Melby, mengusap punggungnya membentuk gerakan horizontal. Wanita itu mendesah, Lucas menjilat daun telinganya. "Aku butuh bantuanmu" Lucas berbisik, mulai melancarkan aksinya. Melby mendesah kasar, membuka kedua kakinya lebih lebar, membiarkan tangan Lucas masuk kedalaman miliknya, "Kau butuh ah... apa dariku sayang?." "Goda seseorang, dan biarkan dia masuk kesini" dua jari Lucas masuk kedalam milik Melby, memutar dan memainkannya dengan ahli. Melby mengerang dengan kaki menegang, dia menggigit bibirnya, tangannya mencengkram erat bahu Lucas. "Kau mengerti Mel?" Perintah Lucas dalam siksaan kenikmataannya dan tidak memberikan Melby pelepasan. Lucas menurunkan gaun bagian atas Melby, bibirnya menarik p****g payudaranya dan menghisapnya dengan keras, dengan jari-jarinya yang masih menyiksa di bawah. "Iya. Ah... lebih cepat Lucas!. f**k" Melby mendesah tidak berdaya, merasakan gelombang o*****e yang akan datang. Tiba-tiba Lucas mengeluarkan jarinya,  mulutnya menjauh dari payudaranya, Lucas menghentikan aktifitasnya. "Lanjutkan dengan dia. Mengerti?." Melby mengerang protes, tapi dia tidak berani mengatakannya. Dia adalah salah satu dari wanita yang tergila-gila pada Lucas, dan perintah Lucas tidak akan pernah bisa dia tolak. "Oke" jawabannya singkat, Melby mulai berdiri untuk merapikan penampilannya dan melepaskan celana dalamnya, lalu melemparkannya ke lantai, "Siapa dia?." "Shwan akan memberitahumu."   ***   Alexa meneguk minumannya dengan cepat, dia tertawa riang dalam pelukan Devon dan menikmati kehangatan tubuh pria itu. Sejenak Alexa merasa bebas dan bisa menghilangkan segala kekacauan fikiran tentang kutukan yang menimpa dirinya dan Lucas. "Jangan minum lagi Lex" Devon berteriak dengan senyumannya. Suara musik terlalu keras dan menghentak. Alexa mengangguk patuh, dia memeluk Devon dan mencium bibirnya, Devon memeluk pinggangnya, menarik Alexa lebih dekat untuk menikmati ciuman mereka. "Permisi" Melby muncul di tengah-tengah Alexa dan Devon. Dengan terpaksa Alexa melepaskan ciumannya dengan nafas terengah, Alexa tersenyum setengah terhuyung merasa pusing karena banyak minum. Devon menganga, melihat Melby di hadapannya, walau bagaimana pun dia juga seorang model, jadi tahu siapa wanita yang berdiri di hadapannya. "Oh.. hay" sambut Devon dengan takjub. "Aku ada perlu denganmu. Masalah pekerjaan. Sepertinya agensiku tertarik denganmu" ucap Melby dengan senyuman sensualnya. Alexa langsung cemberut tidak suka melihat melihat reaksi Devon yang antusias, apalagi Melby sangat cantik dan elegan. Sekilas Devon melirik Alexa meminta persetujuannya, "Jika kamu melarang, aku tidak akan bicara Lex." "Pergilah" Alexa mengizinkan dengan senyuman malu-malunnya. Mana mungkin Alexa dapat mengekang Devon hanya karena ada wanita yang ingin berbicara dengannya. "Aku tidak akan lama" Devon membungkuk mencium bibir Alexa sekilas, dia pergi bersama Melby melewati kerumunan orang yang sedang menari. Alexa kembali duduk di kursinya, menunggu Devon sambil memutar-mutar gelas anggur. Teman-temannya masih sibuk menari menikmati pesta yang berlangsung. Sesekali Alexa melihat ke beberapa arah, mencari Devon yang tidak kunjung datang. Padahal pria itu sudah pergi lebih dari dua puluh menit. Alexa turun dari kursinya dan memutuskan untuk menyusul Devon. Alexa menaiki beberapa anak tangga menuju lantai atas, dia melewati beberapa lorong tempat perjudian, suara musik mulai samar-samar tidak terdengar ketika langkahnya semakin jauh. Dengan cermat Alexa melihat satu persatu ruangan, berharapa akan menemukan Devon. Karena ruangan atas sangat privat, Alexa hanya melihat beberapa pegawai club yang lewat membawa nampan minuman. Langkah Alexa terhenti di karpet merah, matanya membulat terkejut, melihat Lucas yang tengah bersalaman dengan seorang pria yang berpakaian resmi, pria asing itu lalu pergi meninggalkan Lucas sendirian. Alexa mendekat dengan ragu "Sedang apa kau disini?" Tanyanya pada Lucas. Lucas berbalik menatap terkejut kehadiran Alexa, Lucas memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya, "Bertemu klien." Alexa tertawa mengejek, "Klien? Di club malam?." "Club ini milikku Alexa. Dan kasino-kasino di bawah Juga," jawab Lucas dengan angkuh, dia tersenyum sinis melihat wajah terkejut Alexa. Lucas mendekatinya dengan beberapa langkah, "Kau sendiri mau apa Alexa?." "Mencari Dev." "Oh.. kekasihmu dengan seorang wanita" Lucas bergumam, nada bicaranya terdengar menggoda. "Aku sudah tahu." Alexa melewatidan mendorong d**a Lucas untuk menjauh, dia melihat ke sekitar ruangan yang semuanya tertutup rapat. Alexa sedikit bingung untuk mencari Devon di dalam ruangan yang mana. "Ruangan lima kosong sembilan" Lucas memberitahu sebelum berbalik dan pergi meninggalkan tempat. Alexa berdiri di depan pintu, dia sedikit ragu untuk masuk dan takut mengganggu pekerjaan Devon, tapi pria itu sudah pergi terlalu lama. Sejenak Alexa merenung dan berfikir, akhirnya Alexa mendorong daun pintu yang langsung terbuka dan tidak di kunci. Kakinya melangkah sedikit berat, berharap Devon tidak marah melihat kedatangannya. Seiring dengan langkah Alexa yang menjauh, samar-samar Alexa mendengar suara desahan di sekitar ruangan. "f**k! Ah.. lebih cepat sayang ah.." rintihan itu terdengar lebih jelas saat Alexa semakin jauh melangkah. Tubuh Alexa menegang kaku, wajahnya pucat pasi, melihat Devon tengah bergerak mengeluar masukan kejantanannya di dalam milik Melby yang menungging dan berpegangan pada meja. "Dev" panggil Alexa dengan suara bergetar, air matanya terjatuh membasahi pipinya. Seketika Devon berhenti, dan mendorong Melby menjauh. "Lex" wajah Devon pucat pasi, rasa bersalah menyeruak di dadanya melihat Alexa menangis, dan menyaksikan dirinya tengah bercinta dengan wanita lain. Alexa menutup mulutnya menahan isak tangisnya. Alexa berlari secepat yang dia bisa, meninggalkan Devon yang masih berdiri di tempat. "b******k!" Devon mengumpat, dia terjatuh ke lantai dan Melby kembali merangkak ke atas tubuhnya, menuntaskan gairahnya yang sempat terganggu. Devon tidak menolak, malah menikmatinya. Obat perangsang yang telah di minumnya terlalu kuat menguasai kesadarannya.    To Be Continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD