Dia sangat mencintaiku

1185 Words
Abizar dengan cepat merobek kain dan melilitkan ke pergelangan tangan Jovanka untuk menghentikan pendarahan. Mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke dalam mobil. Melajukan mobil dengan cepat menuju rumah sakit. Sesampainya di depan UGD, Abizar menggendong istrinya masuk ke dalam ruangan. “Dokter tolong istri saya…!” ucapnya khawatir. Beberapa tenaga medis yang ada di ruangan dengan sigap membaringkan tubuh Jovanka di atas brankar dan memulai menangani pasien. Abizar diminta untuk menunggu di luar sementara dokter menangani Jovanka. Abizar duduk dengan gelisah di kursi tunggu di depan ruangan UGD. Perasaannya kacau terlebih ia mengetahui jika sang istri yang mencoba mencelakai dirinya sendiri berhubungan dengan permintaan anehnya itu. Abizar mengacak rambutnya frustrasi. Sebenarnya apa yangs sedang terjadi dalam keluarganya? Setelah beberapa lama, dokter keluar dari ruangan. Abizar bangkit dan menghampiri sang dokter. “Bagaimana keadaan istri saya dokter?” tanyanya cemas. “Pasien sudah di tangani dengan baik, sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang perawatan. Bapak bisa masuk sekarang,” sahut dokter. “Terima kasih, dokter.” Abizar masuk ke dalam, ia melihat istrinya masih tertidur. Menghampirinya lalu menggenggam tangannya. “Jovanka, kenapa kau sampai harus seperti ini?” ucapnya putus asa. Hati Abizar begitu sedih melihat istri yang dulu begitu kuat dan tegar menjadi serapuh sekarang hanya karena menginginkan seorang anak kandung darinya. Apa yang harus ia lakukan? “Maaf, Pak. pasien akan di pindahkan ke ruang perawatan.” Salah satu perawat mengingatkan. Abizar melepas genggaman tangannya dan membiarkan kedua perawat itu membawa istrinya keluar dari ruangan. Abizar pun mengikutinya. Mereka memasuki ruang perawatan VVIP yang sudah lebih dulu di siapkan oleh Abizar. Setelah semuanya selesai, kedua perawat itu meninggalkan ruangan. Abizar kembali menghampiri Jovanka yang masih terbaring lemah dengan mata terpejam. Pergelangan tangannya sudah di perban. Abizar menunduk dan mencium lembut kening Jovanka. Mata Jova terbuka, ia melihat suaminya menatap dengan tatapan sedih. Jova mengalihkan pandangannya. “Bagiamana perasaanmu sekarang sayang?” tanya Abizar. Jovanka tidak menjawab, Abizar menghembuskan nafas. “Jovanka, apa kau benar-benar sedang memaksaku melakukan kemauanmu itu? apa kau tidak memikirkan perasaanku sedikitpun? Kenapa kau melakukan ini? kenapa kau menyakiti dirimu sendiri hanya untuk memiliki seorang anak? Aku benar-benar tidak mengerti lagi bagaimana jalan pikiranmu sekarang.” Abizar mengeluarkan keluhan hatinya, tapi Jovanka tetap terdiam. “Kau tidak perlu merawatku di sini Abizar, aku akan baik-baik saja. Ada perawat yang akan menjagaku. Kau pulang saja dan selesaikan urusan di kantormu,” ucap Jovanka masih memunggungi suaminya. “Apa maksudmu, kau tidak ingin aku temani di sini, kenapa?” Hati Abizar bertambah sedih dan sakit melihat sang istrinya menolaknya. Jovanka kembali terdiam. Hanya air matanya saja yang meleleh. Abizar menghembuskan nafas frustrasi. “Jovanka, apakah tidak ada pilihan lain selain menginginkan anak kandung? Di luar sana, banyak pasangan yang tidak bisa memiliki anak dan mereka hidup bahagia dengan anak adopsi mereka. Kita juga bisa seperti itu sayang, tidak akan ada yang berubah jika memiliki anak adopsi. Selain membantu anak yang kurang beruntung, kita juga bisa merasakan kebahagiaan memiliki dan membesarkan anak. Kita akan hidup bahagia bersama anak kita.” Abizar masih berusaha membuat sang istri mengerti, tapi sepertinya Jovanka tidak bisa menerima pendapat apa pun lagi. “Kau tidak bisa mengerti perasaanku Abizar, bagiamana sakit dan sedihnya saat orang-orang menyinggung soal anak kandung. Mereka menyindirku dan membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Anak adopsi yang kau maksud tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Bagaimna jika anak itu sudah dewasa mencari orang tuanya? atau bagaimana jika anak itu memiliki sikap asli bawaan dari orang tua kandungnya yang buruk ? aku tidak ingin membesarkan keturunan orang lain di saat suamiku sendiri bisa menghasilkan keturunan meskipun itu dari wanita lain, aku tidak peduli. Tapi kau sama sekali tidak mau mengerti. Kau juga sudah berubah, tidak ingin memenuhi permintaanku lagi. Padahal aku pikir itu hanya permintaan kecil.” “Apa maksudmu itu adalah permintaan kecil? Aku akan menikahi wanita lain dan berhubungan dengannya sampai dia hamil. Apa kau tidak pernah memikirkan apa yang aku rasakan? Bagaimana aku harus bersikap? Kau memaksaku berhubungan dengan perempuan yang sama sekali tidak aku sukai. Kau pikir aku apa, Jova?!” Abizar kembali mencoba membuat istrinya memahami perasaannya yang kini sedang terluka. “Aku sudah memberitahumu pernikahan bagaimana yang akan kau jalani dan itu tidak sulit menurutku, selama ada gadis yang menginginkan uang menyetujui dan kesepakatan. Orang lain bahkan papa dan mama tidak akan mengetahui hal itu. Kita lakukan ini diam-diam, dan aku jamin tidak akan ada masalah. Tapi kau masih tidak ingin melakukannya. Jadi jika kau ingin terus menerus melihatku kesakitan seperti ini, baiklah. Terserah padamu saja, lakukan apa maumu!” Jovanka berbalik dan memejamkan mata. Ini adalah usahanya yang terakhir, ia sebenarnya juga tidak ingin berbuat sejauh itu, tapi demi meyakinkan suaminya dan mendapatkan apa yang ia mau, Jova akan melakukan apa pun. Meskipun Jovanka tidak menghiraukan suaminya, Abizar terus berusaha merawat istrinya dengan penuh kasih sayang. Ia terus saja berusaha membujuk Jovanka untuk makan karena Jova bahkan mogok makan sebelum adanya persetujuan Abizar mengenai permintaannya. Hal itu membuat Abizar semakin kacau. Ia sangat membenci keinginan istrinya itu, tapi ia juga tidak bisa melihat istrinya menderita. Ia benar-benar tidak berdaya. “Baiklah, jika itu yang akan membuatmu senang. Aku setuju untuk menikah.” Ucapan Abizar sangat pelan dan penuh keputusasaan, tetapi Jovanka masih bisa mendengar itu dengan jelas. Ia berbalik dan bangkit memeluk Abizar dengan erat. Jovanka menatap Abizar dengan mata berbinar senang. “Benarkah apa yang katakana itu, sayang? kau setuju untuk menikah lagi?” seakan ingin memastikan perdengarannya, Jovanka kembali bertanya dengan antusias. Abizar hanya menatap istrinya dengan tatapan tidak berdaya lalu mengangguk lemah. Jovanka senang bukan main, ia kembali memeluk Abizar dengan erat tanpa menyadari jika suaminya itu sudah menitikkan air mata. Beberapa hari berlalu, Jovanka sudah kembali sehat seperti sedia kala. Ia sudah bekerja lagi di butik dan kali ini terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya. “Aku lihat beberapa hari ini ibu begitu bahagia?” ucap salah satu karyawan yang sekaligus sahabatnya. Jova menoleh dan melihat seorang perempuan tersenyum ke arahnya. Jova ikut tersenyum. “Ah, itu hanya perasaanmu saja Nova. Aku seperti biasanya selalu semangat kan? Tapi ya, memang ada sesuatu hal saat ini yang membuatku bahagia,” tuturnya sambil tersenyum. “Oya? Pantas saja, pancaran bahagiamu lebih terlihat. Ini pasti karena sang suami tampanmu itu kan? Kau itu sangat beruntung memiliki Abizar yang cintanya sudah mengalahkan cinta Romeo ke Juliet. Dia itu benar-benar sangat menyayangimu. Aku juga heran, kalian itu sudah 5 tahun menikah, tapi bara cinta di mata suamimu itu selalu berapi-api, dia selalu romantis. Beda dengan suamiku, minta merayakan anniversary saja malah dibilang lebai. Bukankah itu keterlaluan? Jadi saranku, jangan pernah membuatnya patah hati dan tersakiti. Pria seperti dia itu sangat jarang ada lagi di dunia ini. Kau harus jaga suamimu itu baik-baik.” Nova berkomentar panjang lebar sedangkan Jovanka mengangguk-angguk penuh keyakinan. “Iya, Abi memang sangat mencintaiku. Aku juga sangat mencintainya,” sahutnya sambil tersenyum. Ia sangat yakin jika Abizar tidak akan bisa hidup tanpanya karena memang, Jovanka sangat merasakan begitu besarnya cinta Abizar kepadanya. Ia memang wanita yang sangat beruntung di dunia ini. Hal itulah yang membuatnya tidak ragu sedikitpun meminta suaminya itu menikah lagi dengan perempuan lain untuk mendapatkan keturunan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD