When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Danisa sudah bersiap untuk memelototi laptopnya ketika panggilan telepon masuk memecah keheningan. Kristo is calling. Hmm... ada apa ya pagi-pagi begini? "Stanny bilang kamu sudah di Bali lagi." Seperti biasa, Kristo langsung bicara tanpa basa-basi. "Hu um." "Terus ini dokumennya gimana?" Danisa sedikit kebingungan. "Eh, dokumen apa?" "Hari Minggu kan aku texting kamu. Ada dokumen yang harus ditandatangani Erik. Aku mau nitip supaya kamu bawa, karena sepertinya minggu ini aku nggak bisa mampir ke Bali." "Iya gitu? Kok aku lupa, ya?" "Kamu balas chatku... Bilang kangen apa ini? Kantor kok dikangeni. Nggak ada yang menarik di sini, cuma Stanny, Bu Lena, Dicky, standar kayak biasanya." Kristo tertawa mengejek. "Eh, masak sih, Kris? Aku lupa pernah balas begitu." "Ya sudah, ini dok