Briana akhirnya tidak menghiraukan munculnya bintik-bintik merah pada tubuhnya. Dia harus segera bersiap untuk pergi ke kampus. Sekali lagi, kebersihan Ian adalah prioritas. Dia menyeret Ian di kursi roda menuju kamar mandi. "Maaf Ian, aku hampir terlambat. Jadi kita mandi bersama aja ya...?" Briana membuka baju menuju pancuran. Sedangkan Ian yang mempertahankan mata tetap terpejam tidak bisa melawan keinginannya untuk membuka mata. Sayangnya pertahanannya tidak mungkin menang dari keinginan yang dilandasi hasrat. Keinginannya melihat istrinya yang basah lebih besar dari pengendalian. Dia pun melakukannya, matanya terbuka untuk mengamati keindahan yang tersaji di depannya. Tubuh basah, melekuk dengan cara yang artistik--' menggoda air liur untuk menetes kapanpun jika terlalu terpesona.