Bab 19. Apa ingin lagi?

1361 Words
"Bianca!" "Astaga, apa yang harus aku lakukan agar dia pergi?" Robi bingung karena Brian tidak mau mendengar ucapannya. "Tuan, saya mohon untuk segera pergi, jika tidak maka saya yang harus bertanggung jawab atas apa yang Anda lakukan." Bugh! Brian tidak peduli dan terus memukul anak buah Robi yang menghalangi jalannya. "Bodo amat, aku tidak peduli. Aku hanya ingin membawa Bianca dari sini, jadi jika kamu ingin aku pergi dari sini, bawa Bianca keluar." "Ck, mana bisa seperti itu, Tuan. Saat ini Nyonya Bianca dan Tuan Alex tengah membuatkan nyonya besar cicit, mana bisa Anda memanggilnya." "Apa??" Brian mengepalkan tangannya. "Tidak, enggak bisa. Bianca milikku. Bianca!" Dengan terpaksa Jodi memanggil lebih banyak anak buahnya untuk menghadapi Brian. Alex dan Bianca memang seperti tidak diridhoi untuk bersama. Setelah kepergian Melinda, Brian datang dengan misi yang sama yaitu menghancurkan kebersamaan suami istri itu. Dan ternyata Brian pun terhasut oleh ucapan Melinda sehingga Brian segera datang dan ingin membawa Bianca. "Bianca, jangan termakan rayuan pria b******k itu." Brian berteriak memanggil Bianca dengan tangan dan kaki yang terus melawan anak buah Robi. Bianca sendiri tidak tahu jika di bawah sana tengah ada keributan. Bagaimana mungkin Bianca bisa mendengar keributan itu saat dirinya sendiri tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini. Gadis itu hanya bisa pasrah saat Alex mengecupi tubuhnya. "Kak Alex." Bianca menatap Alex dengan mata sayunya. Gadis itu pun menggigit bibir bawahnya saat Alex kembali menyesap lehernya hingga meninggalkan bekas kepemilikan. Satu persatu baju Bianca berhasil Alex lepaskan. Walau Bianca berusaha mempertahankannya, tapi Alex selalu berhasil meyakinkan Bianca dengan kecupan mematikannya. Sampai akhirnya kain terakhir yang menutupi tubuh atasnya pun ingin Alex lepas, Bianca memegangnya begitu erat. "Jangan, Kak. Aku takut, aku takut aku hamil." Alex menatap Bianca sedikit menyeringai, tapi lagi-lagi Alex berhasil membuat Bianca percaya. "Jangan takut, Bi. Kamu adalah isteriku, aku akan bertanggung jawab jika kamu hamil." "Tapi--" Alex tidak membiarkan Bianca banyak bicara lagi. Selain hasratnya tidak tertahankan lagi, Alek juga ingin segera memiliki Bianca seutuhnya. Apalagi Alex sudah tahu jika saat Brian tengah mengacau di rumahnya. "Kamu harus jadi milikku sebelum Brian lebih dulu memilikimu, Bi," batin Alex, dengan terus mengecupi bibir juga leher Bianca dengan tangan yang sibuk berusaha melepas kain terakhir yang menutupi tubuh atas Bianca. "Kak Alex." Bianca menutupi tubuh atasnya dengan kedua tangan saat kain itu sudah berhasil Alex lepas. "Jangan ditutupi, Bi. Ini terlalu indah, aku menyukainya," ujar Alex yang langsung menyingkirkan tangan Bianca dari tubuh atasnya itu sehingga terpampang jelas bagian tubuh atas Bianca yang indah nan polos. Bianca sampai menengadah merasakan apa yang dilakukan oleh Alex pada benda kenyal miliknya. Rasa aneh yang baru Bianca rasakan itu nyatanya mampu membuat Bianca melayang sampai tidak bisa menahan suara indah memabukkannya keluar. Mendengar suara indah memabukkan dari mulut Bianca, membuat Alex semakin bersemangat dan semakin mendalami apa yang dilakukannya. Alex membuka bajunya karena sudah terlalu kegerahan. Setelah itu langsung kembali menyerbu Bianca yang semakin sayu dibuatnya. Suara Bianca kembali terdengar indah saat Alex kembali menyerbu benda kenyalnya. Bianca bahkan meremas d**a bidang Alex yang membuat gadis itu semakin terlena oleh moment itu. "Hhmm, ouh ... Kak Alex." Lagi-lagi suara itu mampu membuat Alex semakin mendalami apa yang dilakukannya. "Kamu menikmatinya?" Alex tersenyum lebar melihat Bianca mengangguk. Pria itu pun membuka semua yang menempel pada tubuhnya. Bianca sampai menelan salivanya karena baru kali ini Bianca melihat tubuh seorang pria dalam keadaan polos. Bianca sampai memalingkan wajahnya seolah tak berani menatap pemandangan itu. Alex ingin sekali tertawa melihat reaksi Bianca. "Aku akan buat kamu semakin melayang, sayang. Mungkin juga kamu akan ketagihan setelah ini." Mata Bianca terbelalak dan ingin sekali memukul Alex jika saja pria itu tidak kembali membuat sensasi luar biasa pada bagian intinya. Bianca sampai tidak sadar dengan suaranya yang melenguh kencang. Namun, bagi Alex suara Bianca lebih kencang lebih baik agar Brian tahu bagaimana Bianca menikmati sentuhan panasnya. "Bianca!" Brian menatap ke arah dimana saat ini Bianca dan Alex menikmati indahnya surga dunia. Setelah kurang lebih satu setengah jam, akhirnya Alex ke luar dari kamarnya. Brian menatap Alex dengan amarah yang tidak terkendali melihat tubuh Alex yang masih bertelanjang d**a. Beberapa tanda merah pun menghiasi d**a Alex sehingga amarah sang adik semakin meledak. "Kurang ngajar kamu, Alex! Apa lagi rencanamu sekarang, hah? Setelah kamu menyakiti dia, kamu pun ingin membuatnya terus berada dalam genggamanmu, begitu? Kau memang sakit, Alex!" Alex menatap Brian yang terus memberontak ingin memukul Alex jika saja Robi dan anak buahnya tidak menghalanginya. "Bianca istriku, aku berhak melakukan apapun padanya termasuk menyentuhnya. Lalu, apa yang salah?" "Argh! Kamu tidak pantas untuk Bianca, b******n! Kamu mencintai Melinda, bukan? Dia sudah kembali, kenapa kamu malah membuat Bianca terus berada dalam genggamanmu? Biarkan Bianca hidup bahagia berada di luar sana, Alex." Alex masih tidak mengerti pada pikiran sang adik. Padahal Alex sudah beberapa kali mengatakan jika dirinya tidak akan menceraikan Bianca. Namun, Brian seperti tidak juga mengerti atau memang tidak ingin mengerti. "Lepaskan Bianca, Alex! Jika tidak--" "Apa yang ingin kamu lakukan jika aku tidak mau melepaskan Bianca?" Brian mengepalkan tangannya. "Aku akan membuatmu menyesal, Alex. Seharusnya kamu tahu jika aku bisa mendapatkan semua yang aku mau. Bahkan jika itu milikmu, aku pastikan aku bisa merebutnya darimu termasuk Bianca." Alex mengepalkan tangannya menatap tajam ke arah Brian. Apa yang dikatakan Brian memang adanya. Alex selalu harus mengalah pada Brian dengan alasan Alex lebih dewasa dari Brian. Namun, tidak untuk kali ini. Alex akan mempertahankan Bianca apapun yang terjadi. "Kamu benar, kamu selalu bisa mengambil apa pun milikku, Brian. Tapi tidak dengan Bianca. Dia istriku, aku memiliki hak sepenuhnya atas Bianca. Aku juga yakin jika Bianca pun merasakan apa yang aku rasakan." Alex beranjak pergi meninggalkan Brian, lalu menutup pintu kamarnya dan mengunci pintu agar Brian tidak bisa masuk. Alex menatap Bianca yang masih terlelap setelah permainan melelahkan mereka. Alex mengusap pipi Bianca, lalu berbaring di sisi sang istri. "Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambilmu dariku, termasuk Brian, Bi." Alex memeluk Bianca dengan erat, lalu ikut terlelap karena Alex pun sebenarnya lelah. Brak!! Prang!! "Aagrh!!" Brian menghancurkan barang-barang yang ada di depannya. "Aku tidak akan membiarkanmu memiliki Bianca, Alex. Dia tidak pantas untukmu!" Brian menghubungi seseorang dengan mata merah padam penuh dendam. "Bagaimana? Apa perusahaan itu mau bekerja sama dengan kita?" Brian menyeringai licik mendengar penuturan dari lawan bicaranya. "Aku tahu kamu bisa melakukan banyak hal karena kamu memiliki kekuasaan, Alex. Maka dari itu aku akan mengambil kekuasaan itu terlebih dahulu, setelah itu aku akan dengan mudah mengambil Bianca." *** "Apa? Brian ngamuk di rumah Alex?" Christina menoleh pada Christie yang juga terkejut mendengar kabar dari asistennya. Christie pun menatap sang ibu dengan cemas. "Ini semua karena gadis itu, Moms. Pelet apa sih yang dia gunakan sehingga Alex dan Brian sampai harus seperti ini." Christina memutar bola matanya. "Jangan lupa jika Brian memang selalu menginginkan milik Alex, Christie. Dan Mommy harap kamu juga tidak lupa jika ini semua karena kamu yang tidak berlaku adil pada mereka." Christie tidak bisa lagi bicara karena apa yang dikatakan oleh Christina memang benar. "Sekarang bagaimana, Moms? Kita tidak mungkin membiarkan mereka terus bermusuhan seperti itu, bukan?" Christina menarik napasnya dalam. "Yang jelas Bianca adalah istri Alex, sudah seharusnya Brian lah yang mengalah kali ini. Dan Mommy rasa kamu mengerti apa maksud Mommy, Christie." Christie mengepalkan tangannya menatap kepergian Christina. "Aku pun tidak sudi memiliki menantu seperti gadis itu. Alex memang cocok dengan gadis itu. Sebaiknya aku cari cara agar Brian melupakan Bianca." Untuk kali ini Christie tidak menentang keinginan Christina untuk menjauhkan Brian dari Bianca. Sebab, menurutnya Bianca memang cocok untuk Alex bukan untuk Brian. Entah apa yang terjadi antara Christie dengan Alex sehingga wanita itu seperti begitu membenci Alex. Padahal, status Christie adalah ibu kandung dari pria malang itu. *** Bianca mengerjapkan matanya merasa sedikit sesak karena pelukan dari tangan Alex. Bianca pun sedikit mendongak menatap wajah Alex yang saat ini masih memeluknya. Walau berasa mimpi, Bianca berharap jika mimpi itu tidak cepat berakhir. Bianca mengusap pipi Alex dengan lembut. "Apa ini sungguh Kak Alex?" Bianca pun tersenyum tipis mengingat apa yang sudah mereka lakukan beberapa jam yang lalu. "Apa yang kamu pikirkan, hem? Apa kamu memikirkan yang tadi?" ujar Alex, membuat Bianca membelalakkan matanya terkejut. "Apa ingin lagi?" ucapnya lagi semakin membuat pipi Bianca memerah menahan malu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD