25. Menjadi Muridnya

2052 Words

“Hahaha…. Sejak kapan kamu peduli pada bidak yang sudah nggak berguna?” Keisha menghela napas, lalu suaranya berubah dingin. “Aku paling benci jika dibantah. Sekarang kamu fokus saja menjadi walikota.” Menyadari suara serius Keisha, Robin menghela napas dan menjawab, “Baiklah.” Menutup sambungan telepon, lantas Keisha mengernyit sangat dalam. Robin memang benar. Dia tidak pernah peduli pada bidak yang sudah tak berguna, tapi kenapa dia merasa dalam kehidupan ini, mereka bukan sekadar bidak? Mereka ada di saat dia tidak punya apa-apa. Mereka patuh dan memercayainya, sekalipun tahu dia hanya memanfaatkan mereka. Bohong jika dia bilang hatinya tidak tergerak. “Ada apa?” Keisha tersentak saat Zidan jongkok di depannya dan memegang tangannya. “Apa kamu nggak tahu kalau Milki telah menguasa

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD