BAB 3

1109 Words
Mark menghentikan langkah kakinya saat ia sudah berada di depan halaman rumahnya, rasanya sangat berat untuk mencoba melanjutkan langkahnya dan membuka pintu rumahnya itu. Kalau ditanya, batinnya sudah lelah berhadapan dengan keluarganya yang seakan tidak terima bahwa Mark hidup dan tenang. Ia ingin pergi, tapi di lain sisi ia kasihan dengan keluarganya itu. Pada akhirnya, Mark menenangkan dirinya dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke halaman rumahnya, tetapi sebuah keanehan terjadi. Mark merasakan aura yang berada di sekitarnya langsung berubah dalam sekejap, ia merasakan dingin yang sangat tidak mengenakkan, tetapi itu justru menenangkannya dan seakan ada memori yang ingin diulik oleh otaknya. Mark yang menyadari keanehan itu mencoba mengedarkan pandangannya melihat sekelilingnya, ia kemudian mendongakkan kepalanya untuk memastikan keadaan cuaca yang ada. Setau Mark, sekarang merupakan musim panas dan tidak ada prediksi bahwa hari ini akan turun hujan, lagipula hal itu mustahil mengingat sekarang sedang musim panas. Saat kepala Mark mendongak, disana ia melihat hal yang benar-benar di luar nalar. Ia melihat burung-burung yang terbang rendah di langit sana seakan berhenti dan tidak bergerak sama sekali. Ting... Ting… Ting…                Suara dentingan antara besi dengan besi terdengar, Mark yakin kalau itu merupakan tukang bakso yang sering keliling di kompleks perumahannya. Mark berbalik dengan cepat melihat ke asal suara itu, di ujung pandangannya, Mark melihat tukang bakso yang membawa gerobaknya sedang berjalan ke arahnya. Disana tukang bakso itu mendorong gerobaknya lurus di pinggir jalanan hingga ia berada tepat di halaman rumah Mark. Mark menganga saat melihat itu, tentu saja kepalanya berpikir tentang perkataan teman-temannya di kantin sekolahnya tadi. Apa ini hal yang dimaksud oleh mereka? “Bakso apa yang ingin kamu pesan, nak?” Tukang bakso itu bertanya kepada Mark dengan nada yang pelan juga senyuman yang kalem. “Maafkan Saya, tapi Saya tidak ada memesan bakso, Mas..” jawab Mark dan menundukkan kepalanya. “Apa kamu yakin?” tanya tukang bakso itu kembali. Mark hanya mengangguk dan semakin bingung dengan keadaan sekarang, ia juga sangat panik. Sekilas, Mark merasakan rasa penasaran yang begitu luar biasa. Ia berubah pikiran dan mencoba mendekati tukang bakso yang ada di pinggir jalan itu, Mark dengan langkah tegapnya melangkah menuju jalanan yang sepi itu. Aura yang semakin berbeda itu terasa nyata dan melekat hingga ke tulang Mark, energy Mark juga terasa sangat terkuras, tetapi anehnya ia tidak merasakan lelah akan hal itu, justru ada sesuatu dari dirinya yang ingin keluar, tetapi tidak tersampaikan. Hal itu seperti tertahan di dalam dirinya. “Apa Kau sekarang berubah pikiran?” Mark terdiam dengan alis sebelahnya yang naik ke atas, “Bisakah kita membicarakan hal ini langsung ke intinya saja?” tanya Mark. “Baiklah, Aku menawarimu untuk bergabung dengan dunia yang diimpikan oleh semua orang, bagaimana? Apa Kau menerima tawaranku, Nak?” tanya tukang bakso yang mengenakan pakaian lusuh itu. “Semua ini … Bagaimana bisa?” tanya Mark seraya tangan kanannya yang berayun-ayun di udara seakan mengisyaratkan kepada tukang bakso itu untuk menatap sekitarnya. “Bukankah pertanyaamu terlalu retoris?” “Baiklah, kalau begitu. Kenapa kalian tertarik dengan anak sepertiku? Aku tau kalian memiliki kriteria khusus untuk membawa seorang anak ke dunia indah yang kalian katakan itu,” ujar Mark. Tukang bakso itu tersenyum misterius dan mengangguk, “Kau benar, Nak! Kami memiliki kriteria khusus. Mungkin remaja dewasa? Memiliki permasalahan social yang menyebabkan banyak kekurangan? Dan pastinya hal paling ditaruhkan adalah kespesialan seorang anak,” jawab tukang bakso itu. “Spesial?” “Kenapa? Apa ada yang aneh dari kata special?” “Tidak sama sekali, hanya saja apa yang spesial dari orang yang memiliki banyak kekurangan?” tanya Mark kembali. Hari ini ia merasa dirinya seperti orang bodoh yang banyak bertanya, tetapi hal itu lebih baik bukan? Daripada pura-pura tahu dan merasa hebat. “Tidak ada yang aneh sama sekali, hanya saja itu bertolak belakang.” Setelah ucapan terakhir dari Mark itu, mereka berdua saling terdiam cukup lama, saling bertatapan seakan saling menyelidiki satu sama lain dengan kemampuan intelektual mereka masing-masing dan pastinya dengan tujuan yang sesuai dengan kata hati mereka. “Apa bayarannya? Aku tau di dunia ini tidak ada hal yang gratis.” “Apalagi? Bayarannya adalah nyawa, bagaimana? Apa kita sekarang sepakat?” tanya tukang bakso itu pada akhirnya. Ia mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat. Mark membuang napasnya secara perlahan dan pada akhirnya ia menjabat tangan tukang bakso itu dengan pikiran yang campur aduk. Ia ingin mencoba dan sangat penasaran, apa yang sebenarnya mereka tawarkan? Kenapa seakan semua hal itu sangat unik dan spesial? Disanalah Mark ingin mendapatkan jawabannya dan ia berharap itu melebihi ekspetasinya sendiri. Saat mereka berdua berjabat tangan. Sebuah cahaya langsung muncul di samping mereka, cahaya itu secara perlahan membesar dan melingkar, dimana diameternya seukuran dua kali tubuh manusia. Mark yang silau akan cahaya itu menutup matanya dan melepaskan jabatan tangannya dari tukang bakso yang ada di depannya. Mark memperhatikan cahaya itu menggelegar seperti merusak dimensi yang ada dan memancarkan energi yang luar biasa hebat dan tidak menentu arahnya. Portal itu seperti membentuk sebuah spiral yang melingkar. Saat Mark ingin bertanya kepada tukang bakso tadi, tukang bakso tersebut sudah pergi meninggalkan Mark. “Apa? Ia tinggalkan gue begitu saja?” gerutu Mark. Tanpa piker panjang lagi, Mark langsung melangkahkan kakinhya masuk ke dalam portal itu. Suasana langsung berubah, Mark merasakan energi yang ada di tubuhnya menjadi kacau dan itu membuat kepalanya pusing bukan main, bahkan ia merasakan gejolak di perutnya dan seperti ada sesuatu yang naik, Mark merasa mual dengan itu. Saat seluruh tubuhnya sudah masuk, tiba-tiba saja dunia seakan berputar dan Mark dalam sekejap sudah berada di sebuah tempat aneh dengan terlempar dengan keras. Tangan kirinya jatuh lebih dahulu dan tertimpa oleh tubuhnya. Mark berpikir itu akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, tetapi kenyataannya ia tidak merasakan hal apapun. “Apa gue jadi memiliki kekuatan super?” celetuk Mark. “Kekuatan super apanya? Lo jatuh di rumput yang empuk,” sahut seseorang yang ada di sampingnya. Mark sedikit tersentak akan hal itu, “Lo siapa? Sejak kapan ada disini?” tanya Mark dengan nada waspadanya. “Ya menurut Lo aja? Gue ngapain disini?” ketus cewek yang kemudian berdiri sendiri itu. “Hai kalian!” ucap seseorang dengan suara serak khas cowok. Mark dan cewek yang berada disana langsung melihat ke asal suara. “Lho masih ada orang lagi?” ucap Mark dan langsung melihat ke kanan kiri, ia hanya menemukan dirinya dan dua orang asing disana. “Kalian baru buat kesepakatan sama tukang bakso juga kah?” tanya cowok yang masih terduduk itu dan tidak berniat berdiri karena ia merasa nyaman disana. Keduanya hanya mengangguk menaggapi kalimat cowok itu tanpa bersuara. Mereka bertiga masih mencerna kejadian yang baru saja terjadi dan saling terdiam bisu antar satu sama lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD