BAB 34

1073 Words
“Gue beneran udah sehat kan?” tanya Radiant masih ragu dengan kesehatan dirinya sedangkan teman-temannya itu sudah menariknya karena team survival akan dimulai. “Lo setakut itu sama masalah kesehatan Lo?” tanya Olfie merasa Radiant memiliki masalah mental di bagian itu karena dari pandangan sihirnya tubuh Radiant sangat sehat sekarang hanya saja ia merasakan aura pekat yang begitu kuat dari pikirannya. Olfie sendiri bisa melihat itu semua karena ia merupakan black code dimana ia terhubung dengan kegelapan yang berarti emosi negatif, rasa sakit, putus asa, kesedihan, dan hal buruk lainnya. Meski Olfie mengambil sumber kekuatan dari hal seperti itu bukan berarti ia merupakan seorang jahat yang suka menyiksa orang-orang, tetapi kebalikannya justru ia orang yang tenang dan penuh dengan ke optimisan. Radiant menatap Olfie sembari mereka berlari kecil, “Bisa dibilang gue memiliki gangguan kecemasan yang sangat unik, gue juga gatau kenapa, tapi asal ia kambuh gue ngerasa tubuh gue seakan kaya sakit berat dan harus disembuhkan meskipun sebenarnya gue sangat sangat sehat,” ucap Radiant. Mereka berhenti setelah sampai di hutan terlarang yang berbeda dengan tempat biasa mereka masuki. Tempat ini ada jauh dari Assamble Academy dan berada di sisi tenggara Assamble Academy, tentu saja ini lebih luas dari yang dikira dan emang sengaja dipelihara kekuatan alamnya dan keasriannya untuk kompetisi tiap tahunnya. Alana memeluk Radiant dari depan dan mengelus-elus pundak Radiant, “Lo tenang aja ya? Lo nggak bakal kenapa-kenapa kok sekarang karena ada gue, oke? Jadi Lo ga perlu khawatir berlebih lagi, kalau ada ngerasa hal yang sangat berat langsung bilang aja dan anggap semua yang Lo rasakan ini Cuma karena pikiran buruk Lo.” Alana berusaha menenangkan Radiant dan itu berhasil karena Radiant mulai terlihat tenang kembali itu diketahui Alana karena Alana dapat merasakan ketegangan tubuh Radiant yang sudah mulai berkurang dan kembali rileks. “Saya langsung menjelaskan saja apa yang akan kalian lakukan sekarang. Kalian masuk ke dalam hutan ini dan akan saling menyerang juga bertambah antar satu sama lain. Kalian harus tanpa ragu mencoba untuk membunuh tim lain supaya dapat bertahan hidup.” Suara itu terdengar menjelaskan dan berasal dari langit karena mereka tidak tau asal sebenarnya dari mana. Saat semuanya mendengar kata saling membunuh itu sudah membuat beberapa dari mereka lemas dan merasa cemas yang berlebihan sampai muntah saat itu juga. Beberapa juga protes, tetapi beberapa dari mereka juga mengingatkan untuk berpikir rasional karena hal seperti itu tidak mungkin dilakukan tanpa alasan yang jelas. “Tenang saja, ini merupakan wilayah sihir yang dipenuhi oleh sihir kepala sekolah di mana saat kalian masuk nyawa kalian akan aman walaupun kalian dibunuh berkali-kali sekalipun karena terdapat sihir waktu, ruang, dan alam di dalamnya. Sehingga ini bisa dikatakan seperti simulasi nyata bagi murid Assamble Academy, kalian juga tidak akan merasakan sakit yang luar biasa ketika terluka, tetapi sakit yang wajar. Baiklah, selamat bertempur dan masuk, lalu keluar sebagai pemenang utama!” seru suara itu menyemangati. “Gila! Apa ini sungguhan? Sebenarnya apa yang akademi ini rencanakan?” Alana bertanya-tanya dengan pandangan tidak percayanya. “Ayo kita masuk!” ucap Alana. Olfie dan Radiamt hanya mengikuti saja. Mereka menembus sebuah dinding tipis seperti selaput lendir mungkin itu pembatas sihirnya. Bagaimanapun juga kemampuan kepala sekolah pasti ada batasannya sehingga ia tidak bisa menyelimuti seluruh sekolah. “Tapi hutan ini bukankah sangat besar? Gue jadi penasaran sehebat apa kepala sekolah kita sampai bisa melindungi tempat seluas ini-“ Perkataan Radiant terputus saat ada sebuah pisau lewat dengan cepat di depan matanya dan berjarak sejauh 1 cm itu membuat Radiant benar-benar kaget bukan main dan merasakan palpitasi setelahnya. “Sialan! Apa itu tadi?” ucap Radiant dan memegang pohon besar di sampingnya untuk menumpukan badannya agar tidak terjatuh. “Serangan biasa dari arah barat, kita belum menyusun rencana. Gue akan buat perlindungan dahulu sebelum itu dilakukan. Selama ada gue kita bakal aman, tapi tetap saja kita harus melawan tim terakhir,” ujar Olfie. “Pasti kita akan melawan tim Mark, lebih baik kita menyerah lebih awal bukan sih?” Alana berujar karena setelah dipikir-pikir mereka akan sangat lelah dan membuang-buang waktu jika terlalu lama di dalam. “Tidak bisa! Jika kita tidak bertahan selama tiga hari, kita akan dihukum untuk membersihkan seluruh akademi selama sebulan. Apakah kalian ingin hal itu terjadi?” Olfie bertanya dengan wajah datar dan tentu tidak sukanya jika disuruh membersihkan akademi. “Gak! Gue gak mau! Kalau begitu ayo kita sembunyi saja atau lebih baik kalau kita saja yang menyerang?” Alana menanyakan dua opsi kepada kedua temannya itu. “Gue opsi kedua,” jawab Radiant. “Gue juga,” sahut Olfie. “Gue nggak menyangka kalian sedikit psikopat untuk memilih opsi kedua, tapi baiklah. Gue akan mengabulkannya, kita akan menyerang saja dan gue rasa... Itu cukup diserahkan ke gue saja. Lagipula gue kebal,” ucap Alana. Alana saat itu juga langsung pergi dari kubah Olfie dan mulai mencari mangsa, “Ya! Lo mau ke mana? Bahaya kalau pergi sendirian! Ck!” Olfie mendecih saat melihat sikap keras kepala Alana. “Tapi bukankah lebih baik jika kita berpencar saja? Lagipula kekuatan kita bertiga sangat hebat kan? Lo bisa jaga diri dan juga nyerang, karena black code gue jadi nggak perlu terlalu khawatir. Sedangkan gue ga mungkin bisa mereka tembus karena gue punya kekuatan alam, alam gak bakal ngijinin mereka nyerang gue begitu aja.” Radiant memberikan usul yang membuat Olfie melihatnya dengan wajah yang semakin datar dan lelah. “Maksud Lo apa tentang alam ga ngijinin?” tanya Olfie. “Kaya pisau tadi, itu seharusnya mengenai otak gue, tapi gue gak ada gerak untuk menghindarinya kan? Sedangkan pisau itu sendiri langsung berbelok karena ada energi alam yang gabisa ditembus. Gimana? Gue pergi sekarang ya, dah!” seru Radiant dan pada akhirnya meninggalkan Oldie sendiri. Olfie hanya bisa diam dan menghelakan napasnya karena ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengendalikan kedua temannya itu. Mereka bertiga sama-sama memiliki sifat yang dominan sehingga tidak bisa saling mempengaruhi satu sama lain. Tapi setidaknya kemandirian dan kecerdasan mereka membuat mereka tidak perlu mengkhawatirkan satu sama lain. “Baiklah! Daripada berlama-lama di sini mending gue cari mangsa juga,” gumam Olfie dan langsung terbang karena ia malas berjalan itu membuat kakinya lelah. Olfie membuat dirinya transparan dan mencari yang lain dengan kemampuan sihir radar miliknya. Kemudian ia langsung melemparkan pisau es ke banyak titik dan itu teap mengenai, tetapi anehnya mereka hidup kembali sampai Olfie jadi bingung bagaimana cara mengalahkan dan menang di Medan tempur ini jika ternyata yang sudah mati dapat hidup kembali?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD