BAB 26

1197 Words
Seluruh murid di Assamble Academy sekarang dikumpulkan di sebuah arena yang sangat besar dan mampu menampung ribuan orang, dimana di setiap penjuru bangunan juga terdapat layar monitor besar berupa hologram dengan kualitas layarnya yang sangat tinggi, monitor hologram itu menampilkan acara utama yang terjadi di tengah arena untuk mereka yang jauh dari pertengahan arena masih dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi nantinya. Tepat sekarang pukul jam 7 pagi, semuanya sudah berkumpul tanpa ada yang telat satupun. Bahkan katanya hari ini murid dari tingkatan atas lainnya akan ikut untuk bertanding kembali untuk melihat perkembangan skill mereka. Mark, Alan, dan Dave duduk berdekatan di pinggiran arena karena mereka tidak kebagian berada untuk duduk di tengah arena, banyak sekali dari mereka yang sebenarnya sudah datang sejak jam 5 pagi hanya untuk mengambil tempat, tentunya mereka tidak akan bosan karena mereka juga menunggu sembari makan atau membaca sebuah buku, bahkan ada yang menonton film dahulu. Tempat duduk arena yang mereka duduki sekarang terasa sangat nyaman dan tidak membuat tubuh sakit, mungkin itu faktor kenapa banyak yang sudah menunggu lebih awal untuk mengambil bagian tempat terbaiknya. “Selamat pagi anak-anakku!” seru seorang pria yang muncul di tengah arena. Ia terlihat sangat antusias dengan mukanya yang cerah, ditambah lagi pria itu sangat tampan sampai membuat mayoritas siswi di sini kegirangan melihat kehadirannya. “Ia siapa?” tanya Mark yang tidak mengetahuinya. “Entahlah, gue juga nggak tau siapa. Lo tau lan?” Dave melontarkan pertanyaan Mark kepada Alan. “Siapa ya? Kalau nggak salah gue pernah dengar namanya deh..” Alan berpikir dahulu sebelum melanjutkan perkataannya, ia berdehem sembari mengingat siapa nama pria yang ada di depannya, “Ah iya! Dia wakil kepala akademi ini, kalau tidak salah namanya itu Pak Zein?” lanjut Alan setelah ia ingat. “Wakil kesiswaan?” tanya Mark kembali. “Sepertinya iya,” jawab Alan. Mark mengangguk karena ia sudah memahaminya, pantas saja sikap orang di depannya itu sangat ramah dan benar-benar dapat membangun suasana, kalau diperhatikan lagi sepertinya orang yang sekarang berdiri di tengah arena itu memiliki kemampuan yang dapat memikat banyak orang. Zein yang berdiri di tengah-tengah itu memperhatikan sekeliling, “Baiklah sebelum itu bapak akan coba meengabsen kalian dahulu ya!” serunya. “Baik, pak!” jawab semuanya serentak kecuali murid yang baru saja datang ke akademi tersebut karena tidak ada yang paham dengan situasi yang sedang terjadi. Zein menciptakan sesuatu berbentuk persis seperti mata dan itu sangat banyak, ia kemudian menerbangkannya ke seluruh penjuru arena. Kemudian Zein juga mengeluarkan sebuah kertas tebal yang terisi nama murid di akademi itu, Zein mulai konsentrasi dan mengecek satu per satu wajah yang ada di arena dengan ribuan mata yang sudah terbang itu, lalu menceklis nama murid yang ada di daftar satu per satu. Setelah semenit berjalan, semua mata dan kertas yang ada di depannya itu langsung menghilang seketika. “Semuanya hadir, kalian sangat tepat waktu seperti biasanya. Baiklah, mari kita mulai acara kita pada hari ini. Ada yang tau kita ingin apa pada hari ini?” Zein mencoba basa-basi dengan bertanya kembali hal yang akan mereka lakukan kepada muridnya itu. “Pertandingan pembuka!” jawab semuanya serentak. Mark yang mendengar itu menimbang-nimbang kenapa iu disebut pertandingan pembuka, tapi itu sepertinya karena pertandingan ini dilakukan setiap tahunnya ketika semuanya naik ke tingkat yang lebih tinggi dan murid baru dari bumi pun akan bertambah di sini. Mark merasa itu cukup menarik dan tidak sabar menyaksikan apa yang terjadi selanutnya. “Sekarang, menjelang pertandingan akan dimulai saat jam 8 pagi nanti, kalian dipersilahkan untuk mengisi energi kalan dahulu. Kami sudah menyiapkan makanan pembuka gratis seperti biasanya yang dapat mengisi energi sihir kalian dan kalian bisa juga bermeditasi setelahnya, jadi jangan terlalu ribut ya!” Zein memberikan mereka arahan dan setelah ia selesai mengucapkan perkataannya, ia langsung menghilang kembali disusul dengan sebuah bento box yang muncul di hadapan mereka semua masing-masing. “Asik makanan gratis lagi!” seru Alan. Mark yang mendengarnya merasa sepertinya Alan merupakan orang yang cukup pelit dan sangat hemat, tetapi hal itu sangat bagus, karena Mark juga melihat sisi strategi Alan yang sangat baik karena sikapnya itu, berarti Alan selalu memperhitungkan segala sesuatu dengan menimbang-nimbang keuntungan dan kerugian yang akan terjadi setiap waktu. Mark membuka bento box itu dan mencoba memakan makanan yang ada di sana. Makanan yang ada pun seperti pada umumnya, ada d**a ayam, nasi bubur, dan beberapa sayuran dan juga s**u untuk diminum. Mark mulai mencoba suapan pertamanya, saat itu juga Mark merasakan tenggorokannya yang cukup kering tadi langsung segar dan basah. Ia juga merasakan tubuhnya seperti sehat kembali dan benar-benar energinya kembali terisi dengan penuh. “Pantesan saja banyak yang senang mendapatkan makananan ini,” ucap Mark. “Tapi bagaimana ini bisa benar-benar mengisi energi? Sedangkan makanan yang kita beli di kafetaria tidak sebaik ini dalam mengisi energi?” tanya Dave. “Gue rasa karena ini dibuat khusu dan sengaja diberi sihir di makanannya? Mungkin Blue code,” jawab Alan. “Lo ada benarnya juga, makanannya jadi terasa lebih nikmat dan penuh energi. Sekarang gue paham kenapa semuanya antusias karena pertandingannya mungkin sangat menarik,” ujar Dave. Setelah pembicaraan singkat tersebut, ketiganya kembali fokus untuk menghabiskan makanan mereka sampai tidak tersisa, karena tidak baik membuang makanan. Mark yang penasaran di mana Olfie berada mengangkat kepalanya, ia mencoba menatap sekelilingnya, tentu saja Mark tidak bisa melihat apa-apa dikarenakan matanya yang rabun itu. “Dave? Lo punya kemampuan untuk melihat seseorang yang jauh tidak?” tanya Mark asal dan tiba-tiba. “Sepertinya bisa? Kenapa? Siapa yang pengen lo lihat?” “Lo sepertinya kenal dengan Radiant? Kalau tidak salah dia satu kode sama dengan lo,” ungkap Mark. “Radiant ya? Iya benar gue kenal dia, soalnya dia langsung menarik perhatian senior saat sebaik kami memulai orientasi karena kekuatannya yang luar biasa. Kalau begitu sebentar, gue coba cari dahulu, entah gue bisa atau enggak, tapi seharusnya itu mudah dilakukan.” Dave menegak sisa susunya sampai habis, ia memejamkan matanya untuk dapat membuatnya konsentrasi. Menyebutkan nama Radiant di dalam kepalanya dan membayangkan bagaimana wajah Radiant untuk memperjelas target yang ingin dicarinya, sebuah terowongan putih langsung muncul dan Dave seakan melewati terowongan itu dengan cepat, tidak lama ia langsung dapat melihat Radiant dengan jelas sedang duduk bersama dengan temannya yang lain. Di sana Radiant sudah menghabiskan bento box miliknya, ia sekarang sedang membaca sebuah buku fiksi dengan sampul buku bewarna hijau mudah. Dave yang memperhatikan kegiatan Radiant itu selama beberapa detik memilih untuk kembali ke dunia miliknya sendiri, karena sangat aneh baginya menerawang seperti yang baru saja dilakukannya itu. Dave berkosentrasi kembali untuk dapat kembali ke kesadarannya yang asli. Dave membayangkan terowongan putih itu lagi dan ia langsung tersentak seketika saat melihat cahaya putih yang terangnya bukan main. “Lo kenapa?” tanya Alan panik karena Dave terlihat terengah-engah. Dave mengalihkan pandangannya ke Alan, ia baru sadar penglihatannya belum normal sama sekali karena melihat banyak sekali kunang-kunang di matanya. “Gue menemukan di mana Radiant, ia berada di pertengahan arena ujung sana!” Dave menunjuk Arena sebelah kiri yang berada di seberang mereka. “Oh oke, terima kasih,” ucap Mark. “Lo kenapa ingin tahu keberadaan Radiant?” tanya Dave. “Hanya ingin bertanya saja sekalian untuk mengetes kemampuan lo,” jawab Mark.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD