Brian menunduk, akhirnya dia pulang setelah pesta berakhir, tepatnya saat malam tiba. Dia kembali ke rumahnya, menjelaskan untuk kedua kalinya kalau dirinya akan menikahi Anasta yang dia hamili.
Sedari tadi, Brian hanya menunduk mendengarkan perkataan tajam dari Papahnya.
"Minta maaf sama keluarga Pak Ajat, Papah gak izinin kamu nikah sama Anasta kalau kamu gak minta maaf sama mereka."
"Papah mau Brian babak belur?" Tanya pria itu mengadah menatap Kris yang menatapnya tajam, membuatnya kembali menunduk. "Brian cuma mau tanggung jawab sebagai mana Papah ajarin."
"Kalau begitu kamu bertanggung jawab atas kekacauan ini, pergi minta maaf dan jangan pulang sebelum melakukannya."
Brian menelan ludahnya kasar. "Tapikan kita udah tanggung jawab… Papah nikah sama Akila?" Tanya Brian dengan suara yang sangat pelan. "Itu udah fear 'kan? Akila mendapatkan pria yang lebih dari aku."
"Brian."
"Iya, Pah. Brian akan minta maaf," ucap Brian menelan ludahnya kasar.
"Pergi sekarang."
Brian mengangguk dan beranjak dari posisi berlututnya menghadap sang Papah.
Kris memijat kepalanya yang terasa pening, lima belas tahun dia membesarkan Brian, tidak pernah ada hal yang mengecewakan sedikitpun. Yang ada Brian membuatnya bangga. Anaknya selalu menurut, selalu memberikan yang terbaik untuknya. Bahkan Brian selalu ada di sisinya ketika dirinya sedih.
semuanya kini benar benar berubah, tidak ada lagi Brian yang dia banggakan. Padahal sejak dulu Kris selalu menanamkan norma norma dan ajaran yang baik untuk sang anak. seks diluar pernikahan bukanlah hal yang baik, Kris bangga karena Brian berani menikahi Akila, kare Kris pikir keduanya tidak ingin larut dalam dosa. namun kenyataannya? Brian ternyata membuat dosa secara diam diam di belakangnya. sebagai seorang Ayah, jelas Kris merasakan kegagalan dalam mendidiknya.
prestasi, piala yang dibawanya dari sekolah, kini tidak berarti apapun.
Namun itu membuat Kris sadar, kalau Brian juga manusia yang memiliki kesalahan. Dia akan dimaafkan, tapi semuanya juga berproses. Apalagi mengingat apa yang Brian lakukan terhadap keluarga Akila, mereka adalah keluarga baik baik, bahkan Kris sendiri malu untuk menampakan diri di hadapan mereka. Bagaimana dengan anaknya yang telah menghancurkan semuanya? Kris tau anaknya tidak akan baik baik saja.
Namun satu hal lagi, tanggung jawab. Brian akan pulang dengan babak belur? itu proses penanggungjawabannya.
Saat sedang sendirian di perpustaakaannya, Andre sang pengacara pribadi masuk. "Tuan, saya sudah mendaftarkan pernikahan Tuan Brian."
Kris mengangguk, masih memijat pelipisnya dengan lelah.
"Anda baik baik saja?"
"Brian mengecewakanku, Andre. Dia membuatku…. Tuhan, dia bukan pria seperti itu."
"Ini memang tidak dibenarkan, tapi Tuan Brian mengambil keputusan tepat menikahi yang lebih harus dipertanggung jawabkan."
"Ya, tapi sisanya aku harus mengurusnya. Bagaimana Akila?"
"Masih berada di kamar, mengurung diri."
Kembali, Kris dibuat pusing. Pak Ajat memaksa Kris membawa Akila untuk pulang ke rumahnya, karena tetangga akan berbicara hal buruk jika Akila ikut pulang ke rumahnya sendiri. Pak Ajat juga memaksa anaknya itu untuk mencoba menjalani pernikahannya ini.
Yang mana itu membuat Akila membenci Kris. Bahkan dia tidak mau satu mobil dengannya, sekarang pun mereka berpisah ranjang. Akila berada di kamar tamu.
Kris mencoba memahami, Akila hanya anak yang bahkan usianya belum genap 20 tahun.
Sementara itu, Brian dalam perjalanan menuju ke apartemen yang dibelinya untuk Anasta. Dia akan meminta maaf besok saja mengingat ini sudah larut.
"Aku dengar Papahmu yang menikahi pacarmu," ucap Anasta begitu Brian masuk ke kamar.
"Iya."
"Terus gimana? Dia akan menjadi mertuaku? Ibu tirimu? Kamu bilang Papahmu gak akan nikah, jadi kamu ahli waris satu satunya."
"Tenang saja, mereka menikah karena keterpaksaan. Papah tidak akan tertarik, dia akan menceraikannya jika sudah agak lama. Aku tahu bagaimana sifat Papahku. Tenang saja, anak kita tetap akan menjadi pewaris segalanya." meskipun pada kenyataannya, Brian gusar. tapi dia yakin, kalau Papahnya tidak akan suka dengan gadis seperti Akila. mengingat dulu sekretarisnya yang pintar saja ditolak oleh sang Papah.
"Mereka tidak akan bertahan lama, Papahku dan Akila akan segera bercerai."
*****
Sementara itu, Akila tidak bisa berhenti menangis atas semua yang terjadi padanya. Sebelumnya Akila mengintip dan melihat kedatangan Brian. Tapi dia tidak sanggup untuk bahkan sekedar mendekatinya, hatinya terlalu sakit mengetahui kalau Brian dengan tega melakukan hubungan dengan wanita lain.
Dan setahu Akila, alkohol itu membuat pikiran tenang. Maka dari itu dia meminta beberapa botol alkohol dari bartender minibar yang ada di rumah Kris. Akila keluar saat Kris dan Brian sibuk berbicara, dia benar benar membenci semua orang. Orangtuanya tega meninggalkannya di sini, dengan pria yang tidak dia cintai. Dan lebih parahnya, pria yang dicintainya juga satu rumah dengannya.
"Hiks…. Hiks…." Akila terisak sambil membuka penutup botol dan mulai meminumnya langsung dari botol. "Asam," ucapnya sambil meneteskan air matanya.
Tapi karena ingin pikirannya tenang, Akila meneguknya hingga dua botol alkohol itu masuk ke lambungnya.
"Ughh… kembung," gumamnya memejamkan mata dan mulai merasa pusing.
Akila tertunduk di atas karpet sambil sesekali berguman dan tertawa sendiri.
Saat bersamaan, Kris mengetuk pintu kamar Akila.
"Akila? Dek?"
Tidak ada jawaban, Kris Ingin mengetahui keadaannya, untuk memastikan Akila tidur atau belum, Brian membuka pintu yang tidak terkunci.
Dia mendapati Akila sedang duduk sambil menunduk di atas karpet.
"Astaga, Dek. Kamu minum alkohol?"
Akila tertawa saat seseorang menyentuh bahunya. "Om ganteng?"
"Kamu kenapa minum alkohol, ayo berdiri. Alkohol gak baik buat kamu."
"Hehehehe, Om ganteng sih?" Akila menyentuh wajah Kris saat pria itu mencoba membantunya berdiri. "Om katanya… hehehe…. Cowok berumur hebat di ranjang ya? Main yuk sama adek."
"Jangan banyak bergerak, Kila. Berdiri tegak, Dek. Akkhhhh!"
Belum juga Kris menggendongnya, Akila meremas kejantanan milik pria itu.
Membuat Akila terkekeh dan melepaskan pakaiannya setelah mendorong Kris.
"Kamu mau ngapain? Jangan buka baju, Dek."
"Om kan suami adek yang baru, ayo main di ranjang…. Hehehhe… adek pernah liat temen adek nonton film panas, bunyinya akhh…. Gitu."
Kris kewalahan saat Akila terus memegang kejantanannya dan meremasnya. Dia juga berani menarik tengkuk Kris dan menciumnya. "Hehehe… gitu bukan sih kalau ciuman?"
"Dek, udah," ucap Kris mendorong Akila sehingga jatuh ke atas ranjang. Kris menatap kejantanannya yang berdiri tegak. "Kamu mabuk, kita bicara besok."
Saat hendak mencapai gagang pintu, terdengar suara isak tangis. Yang mana membuat Kris membalika badannya.
"Gak ada yang mau sama Akila! Hiks… Om juga gak mau.. hiks… padahal.. Om itu suaminya Akila kan?! Akila ini istrinya Om kan? Hiks.. kenapa gak mau main ranjang?"
"Bukan gitu, kamu mabuk."
Saat Kris mendekat, Akila menyeringai dan kembali meremas kuat kejantanan pria berumur 37 tahun itu.
"Akhhhhh! Akila!"
"Ihhh ngembang kayak roti pake fermipan ya? Hihihi." Akila tertawa dan bermain main dengan benda tersebut. "Squishy bukan sih?" tanya dia dengan raut wajah yang polos.