Lunturnya rasa benci

1179 Words
Jangan terlalu membenci,kalau kamu tidak mau termakan oleh benci itu sendiri. Benua Raga Angkasa Mungkin pagi ini merupakan pagi yang paling cerah bagi Rere. Jujur, Rere masih memikirkan perilaku Benua yang membawanya kerumah,dan mengenalkan Rere pada keluarganya. Dengan tangan kanan yang membawa sebuah kotak makan berwarna pink, ia terus bersenandung kecil melewati orang-orang disekelilingnya. Tak jarang pula ia menjawab sapaan-sapaan yang ditujukan pada dirinya. Baik itu cowok maupun cewek. Melihat orang yang ia cari itu tidak jauh darinya, ia pun segera memanggil orang tersebut. "Benua," Sontak saja orang yang dipanggil itu menoleh dan mencari sumber suara, karena menurutnya suara itu sangat familiar ditelinga Benua. Benua lantas menghentikan langkahnya dan menghampiri Rere. "Kenapa?" "Nih, gue bawain roti bakar buat Lo," ucapnya sambil memberikan kotak itu kepada Benua. "Buat saya? Kamu lagi ulang tahun?" "Enggak, ini cuma sebagai tanda ucapan terimakasih gue, karena kemarin," senyum Rere tak pernah pudar saat memandang Benua saat ini. "Makasih ya," Tak lama Benua pun melanjutkan ucapannya kembali. "Mau bareng ke kelas? Kebetulan kan kelas saya searah sama kamu," tawar Benua, ia pun sebenarnya sudah yakin kalau ajakannya itu akan ditolak oleh Rere. "Boleh deh, yuk keburu masuk" jawab Rere benar-benar diluar dugaan Benua. Selama ia berjalan berdampingan dengan Rere, tidak ada yang dibicarakan oleh mereka berdua. Mendadak rasa canggung menyelimuti keduanya, sikap urakan Rere tiba-tiba menghilang saat itu juga. Aduh gue kok gini sih! Itu cuma Benua re! Benua! Tak terasa karena mereka berdua terlalu lama berdiam-diaman, mereka sudah berada didepan kelas Rere. "Udah sampe,Sono Lo balik kekelas Lo," ketus Rere pada Benua, untuk menutupi rasa gugupnya saat ini. Benua menyerngit bingung, tapi masa bodoh lah, memang sikap Rere selalu ketus padanya. "Satu lagi, ntar kalo istirahat Lo sama temen-temen Lo mau duduk dimeja kantin gue, gue bolehin. Soalnya hari ini gue mau berbaik hati sama semua orang," Sebenarnya Benua tidak paham pada ucapan Rere, tapi ia hanya menganggukkan kepala sebagai tanda meng-iya kan ucapan Rere itu. Suasana kelas saat itu masih sepi, hanya sekitar sepuluh sampai lima belas anak saja yang baru datang. Tapi Manda dan Karin sudah berada dikelas dan melihat kedekatan Rere dan Benua hari ini. Rere melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas dengan senyum senyum tak jelas seperti orang yang sedang jatuh cinta. Manda segera menghampiri Rere yang sudah duduk di bangkunya itu. "Gak panas kok," tangan Karin menyentuh dahi Rere, untuk memastikan sahabatnya itu sehat atau tidak hari ini. "Ya enggak lah, kan Rere sekarang lagi jatuh cinta," Mendengar ucapan Manda barusan, sontak langsung membuyarkan lamunan Rere. "Enak aja lo, t*i," "Emang bener ya kata quotes quotes, benci dan cinta itu beda tipis," kini giliran Karin yang ikut menyahut. "Terserah Lo pada, terserah," Rere langsung menelungkup kan kepalanya diatas meja, pertanda ia tak mau lagi mendengar ocehan ocehan dari mereka berdua. "Ciee yang ngambek ciee," "Rere udah berani jatuh cinta nih, asiq bentar lagi kita dapet PJ Rin," "Iya nih, ditunggu lo Re" Dan semakin lama ocehan mereka pun tidak terdengar lagi. =Sharena= "Seriusan itu dari Sharen?" "Kok dia jadi baik ke elo?" "Bukannya dia benci banget sama Lo? "Lo yakin dia gak ada maksud lain?" Alvaro dan Andrian langsung menyerbu Benua dengan pertanyaannya. "Iya," jawab Benua, entah itu nyambung atau tidak. "Apanya yang iya?" tanya Alvaro "Pertanyaan kalian," lagi lagi Benua hanya menjawab pertanyaan mereka, entah itu satu kata ataupun dua kata. "Udah tau Benua kayak gitu, malah dikasih pertanyaan yang gak penting," sahut Mario. "Halah, Lo aslinya juga kepo kan? Tapi Lo kagak berani nanya?" Alvaro memperhatikan Mario dengan tatapan menyelidik. "Nyatanya sih gue b ajaa," "Lo beneran suka sama si Sharen?" Giliran Andrian yang berbicara. "Iya," "Sejak kapan?" "Dulu," "Emang Lo udah kenal lama sama Sharen? Kok dia kayak gak kenal sama Lo? Lo kenal dia dimana? Kok gak ngenalin dia ke gue sih," sekarang Andrian benar-benar telah terkena penyakit kepo Alvaro. Alih-alih menjawab, Benua langsung keluar kelas tanpa memperhatikan raut wajah kesal Andrian. "Haha mampus!" Ucap Alvaro dan Mario berbarengan disertai dengan gelak tawa keduanya. Pengumuman bagi seluruh perwakilan kelas sepuluh sampai dengan kelas dua belas, diharapkan untuk segara berkumpul di depan aula sekarang. Terimakasih. Terdengar begitu jelas suara pengumuman yang berasal dari speaker kelas X-2 menggema di seluruh ruangan. Aldrin yang hendak keluar kelas untuk berkumpul tiba-tiba dihentikan oleh seseorang. "Biar gue aja yang ngumpul, tidur aja Sono Lo." "Beneran ren?" "Iye, Sans ae Lo," Selang waktu sekitar lima belas menit kemudian, orang yang ditugaskan untuk berkumpul itu pun segera kembali ke kelas. Hal itu juga berlaku pada Rere, cewek itu mulai memasuki kelas yang sangat gaduh itu. "Woy! Dengerin gue!" Tidak ada sahutan. Braakk Dengan satu kali gebrakan papan tulis mampu membuat suasana menjadi hening seketika, Aldrin pun langsung terbangun dari tidurnya. "Baru diem?" Tanyanya dengan nada santai, tapi mampu membuat anak cewek menunduk. "Hari ini semua kelas free class. Tapi kita ada tugas ngerjain satu bab pelajaran selanjutnya" semua nampak mengangguk. "Tugas dikumpulin ke gue, karena gue males ngerjain nya, semua wajib solid. kalau ada satu orang kelas ini yang ngumpulin tugas secara diem diem ke Bu Rifa, dia bakal habis sama gue," lanjutnya yang terdengar seperti ancaman itu. Keputusan Rere jelas disetujui oleh para troublemaker dikelas, tapi tidak untuk para nerd. Mereka seperti sedang dihadapi oleh buah simalakama sekarang. Disatu sisi jika mereka tidak mengumpulkan tugasnya akan dimarahi habis-habisan oleh Bu Rifa, disisi lain pula jika mereka mengumpulkan maka mereka harus berhadapan dengan Rere. Akhirnya mereka memutuskan untuk memilih opsi yang pertama. Aldrin segara bangkit dari kursinya dan berjalan menuju Rere. "Gue salut sama Lo, bijak banget!" ucapnya dengan menepuk pundak Rere. "Terharu gue," jawabnya sok dramatis sambil mengusap pinggiran matanya. Hari ini sudah pukul sembilan lewat, dan artinya kurang beberapa menit lagi bel istirahat akan terdengar. "Jam berapa re? Lama banget dah perasaan kagak bel bel" "Sabar dikit napa Rin, Lo itung aja sampe lima. Pasti bunyi tuh bel" Dengan bodohnya ia menuruti apa yang barusan dikatakan Rere. Satu Dua Tig- Teett teett teett.. Belum sampai hitungan kelima bel istirahat pun berbunyi. "Gue bilang juga apa" "Serah" Seperti biasa, geng trouble maker berjalan menuju kantin. Tanpa berpikir panjang Rere, Manda, dan Karin langsung duduk diwarjok untuk memesan makanan. Tiba-tiba kantin berubah menjadi sangat gaduh. Dan rata-rata penyebab kegaduhan itu berasal dari teriakan para cewek. Lantaran penasaran dengan sumber kegaduhan, mereka lantas menoleh mengikuti mata para cewek yang memekik tersebut. Dan benar saja, penyebab itu semua adalah kedatangan 4Cogan yang melangkah masuk menuju kantin. "Eh re! Mereka jalan kearah sini" panik Karin. "Gue yang suruh," "Hah?!" Alvaro,Andrian,Mario, dan Benua sekarang sudah duduk bersama dengan dengan geng Rere. Benua datang dengan membawa kotak makan Rere, berniat untuk mengembalikannya. "Makasih ya," ucap Benua sambari menunjukkan senyuman manis yang ia miliki. melihat hal itu, lagi lagi para cewek berteriak histeris karena senyuman Benua. "Iya," "Bantar, berati tadi pagi Lo dikasih bekal sama Rere?" Manda nampak kaget atas perubahan Rere. "Hm," "Dalam rangka apa Lo?" Manda menyenggol lengan Rere. "Karena gue suka," ucapnya tanpa beban. Benua yang saat ini sedang meminum jus lantas menyemburkan nya seketika karena mendengar pengakuan Rere. "Su-suka?" Benua tergagap saat ini juga. "Hm," "Sama siapa?" "Lo," Deg! Waktu terasa terhenti saat ini juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD