13. Gadis yang Cerdas

1044 Words
Reno akhirnya meninggalkan ruangan Evan karena tidak mau dicecar oleh laki-laki itu. Biar bagaimana pun mereka sudah berteman sangat lama. Meski terlihat cuek dan tidak peduli, nyatanya, Evan paham bagaimana sifat Reno. Hanya saja, Evan memilih diam saat ini. Seluruh staf HSE saat ini sedang sibuk berkutat dengan pekerjaan masing-masing. Pun dengan Almira yang membuat bagaimana mempermudah regulasi yang diinginkan pemerintah dengan keadaan kantor. Almira memikirkan cara itu masak-masak agar kantor ini tidak mendapatkan peringatan dari pemerintah. Almira memang cerdas dan bisa membuat cara itu dengan mudah. "Mir, makan siang mau makan di mana?" tanya Arlin; salah satu staf HSE yang kebetulan satu tim dengan Almira saat ini. Pertanyaan itu membuat Almira menoleh lalu tersenyum. Baru kali ini ada rekan kerja yang bersikap baik padanya meski usia mereka berbeda dua tahun. Almira merasa punya teman meski hanya satu orang saja. Hal yang tak kalah mengejutkan, tempat indekos mereka sangatlah dekat. "Aku sedang puasa, Mbak. Nanti kalo jam istirahat mungkin aku di musala kantor saja," jawab Almira menolak halus ajakan itu. "Oh ... ya, sudah. Nanti kita diskusi lagi dengan anggota tim yang lain setelah jam makan siang," kata Arlin yang kini beranjak dari duduknya dan bersiap untuk pergi ke kantin. Almira memang sedang puasa. Ia sengaja keluar paling terakhir karena ingin melihat Reno. Semalam, Almira sudah membuka flasdisk yang ditemukan di bawah meja kerjanya itu. Pemilik benda berbentuk persegi panjang berukuran kecil itu tak lain adalah Reno. "Kenapa liatin aku kaya gitu? Ada masalah apa? Sini cerita sama senior. Siapa tahu, aku bisa memperkeruh masalah kamu," kata Reno sambil tersenyum sinis dan menghina Almira. "Tidak ada masalah. Semua pekerjaan saya baik-baik saja. Hanya saja saya menemukam fakta yang bisa membuat Anda dipecat karena melakukan pelanggaran berat. Apa Anda sudah siap menjadi pengangguran?" Almira menatap tajam ke arah Reno yang kini terkejut. Reno tidak menyangka jika gadis muda di depannya bisa berubah. Almira jelas sedang mengancamnya dan tidak main-main. Reno bahkan tidak menyadari apa kecerobohan yang sudah dilakukannya itu. Suatu saat, kecerobohan itu bisa menjadi bumerang yang akan membuatnya terjatuh. "Kamu pikir bisa menjatuhkanku dengan cara rendahan itu? Tidak! Aku Reno, sudah bekerja hampir sepuluh tahun lebih di kantor ini," jawab Reno yang saat ini tidak tahu telah meninggalkan flash disk keramat itu. "Kita lihat saja, Pak Reno." Almira sama sekali tidak takut pada Reno. "Satu hal, jangan pernah menyentuh komputer pegawai lain jika tidak ingin dipecat dengan tidak terhormat," kata Almira memberikan sedikit clue pada Reno. Reno terkejut, tetapi tidak sadar sama sekali dengan kecerobohannya. Ia menarik kasar lengan Almira dan membuat gadis muda itu terhuyung ke belakang. Almira hampir saja jatuh. Beruntung, ada pegawai lain yang menahan tubuh Almira. "Ma-maaf, Kak," kata Almira dengan wajah menahan amarah pada Reno. "Tidak apa-apa. Kamu baik-baik saja?" tanya pegawai itu dengan ramah dan tampak sangat khawatir. "Ya, saya baik-baik saja," jawab Almira lalu meninggalkan Reno dan pegawai itu. Reno menatap staf itu dan memberikan isyarat agar segera pergi. Seperti biasa, ia akan membuat Almira kesulitan. Reno kali ini mencoba membuka komputer di meja Almira. Ia tidak menyadari sesuatu. Satu jam setelah waktu jam makan siang, semua pegawai kali ini sudah masuk. Pun dengan Almira yang wajahnya tampak lebih segar. Ia tersenyum saat melihat ponsel yang disembunyikan di salah satu sudut meja kerja. Benda pipih itu merekam aktivitas Reno yang berusaha mengutak-atik komputer miliknya. Almira tetap berusaha tenang dan tidak menunjukkan gelagat apa pun. Ia telah mengubah sandi komputer kerjanya itu. Reno tampak sangat frustasi dalam rekaman video yang ada di ponselnya itu. Almira sangat ingin tertawa untuk menertawakan kebodohan Reno. "Mir, lagi lihat video apa?" tanya Arlin dan membuat Almira sangat terkejut. "Oh, enggak. Hanya kiriman video dari teman kuliah dulu," dusta Almira karena tidak ingin membuat kehebohan. Mereka pun berdiskusi dan menemukan kata mufakat. Almira mencatat poin-poin penting hasil diskusi mereka sebelum membuatnya menjadi sebuah laporan. Nantinya, laporan itu akan langsung diserahkan pada Pak Rudi tanpa melalui Evan. Tujuh orang tim Almira kini menyadari jika sosok gadis muda itu sangat cerdas. "Semoga ide dari kita langsung di acc oleh Pak Rudi. Dengan begitu, kita punya banyak waktu untuk istirahat sejenak." Salah satu tim Almira memang merasakan kelelahan luar biasa saat harus melakukan revisi hasil diskusi tim. "Aamiin ya Allah. Semoga saja kita semua diberikan kelancaran juga kemudahan. Kapan kita akan menyerahkan pada Pak Rudi?" Almira meminta pendapat pada semua tim-nya itu. "Secepatnya saja. Kalo bisa sore ini sebelum jam pulang kantor, maka kita akan tahu bagaimana hasilnya besok pagi," kata salah satu dari mereka dengan sangat antusias. "Baiklah. Biar saya ketik cepat hasil diskusi kita. Jika sudah selesai, nanti saya kirim pada kalian semua untuk dibaca dan disimpan agar tahu apa saja isi dari hasil diskusi ini." Almira kali ini berusaha meringankan kerja ketua tim yang lebih senior. Diskusi itu berakhir dan Almira mengetik semua hasil diskusi dengan cepat. Ia lalu menyimpan file itu pada surel pribadi dan juga komputer kantor. Tak lupa, Almira juga mengirimkan pada semua teman-teman diskusinya tadi. Balasan mereka pun datang dengan cepat dan setuju jika diserahkan sore ini. "Kamu mau cetak apa?" tanya Reno yang kebetulan juga hendak memakai printer kantor. "Oh, hanya cetak cv milik saya karena diminta oleh Pak Rudi." Almira sengaja berbohong pada Reno. Kebohongan Almira lumayan masuk akal saat ini. Pegawai baru memang harus mengumpulkan cv pada pimpinan mereka. Reno akhirnya mengalah lalu kembali ke ruangan. Ia tidak sadar jika sudah melakukan kecerobohan yang kedua. Almira segera membuat komputer kerjanya mode stand by. Pasword sengaja diganti karena tidak ingin ada kejadian seperti kemarin. Ia mendapatkan amukan dari Evan atas kecerobohannya. Kali ini, ia tidak mau mengalami hal yang sama. "Selamat sore, Pak. Maaf, saya Almira. Saya datang ke sini untuk menyerahkan laporan ini. Ini hasil diskusi kami hari ini." Almira kali ini sudah masuk di ruangan Rudi. "Oh, cepat juga, ya. Taruh dulu di atas meja. Sebentar lagi saya cek."Rudi memang sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya saat ini. "Kamu boleh tinggalkan ruangan saya. Jika ada yang perlu direvisi, pasti akan saya kabari," kata Rudi tanpa melihat ke arah Almira. "Baik, Pak, saya pamit." Almira lantas meninggalkan ruangan sang bos besar. Almira memberikan kode 'oke' pada setiap teman diskusinya tadi. Wajah gadis muda itu tampak sangat sumringah saat ini. Setidaknya, setelah dirundung di kantor ini, ia masih bisa menunjukkan prestasi. Semoga saja ada bonus untuk pekerjaannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD