Setelah mendekam di rumah berminggu-minggu, akhirnya Kala masuk sekolah, ia rindu dengan suasana kelas dan sekolahnya, meskipun ia tidak memiliki banyak teman. Saat sampai di sekolah, orang-orang memandang Kala dengan tatapan jijik, seolah yang mereka lihat adalah sampah, bahkan lebih buruk dari itu. Kala bisa mendengar bisikan mereka yang mengatakan dirinya sudah tidak perawan lagi. Ia hanya bisa menarik napas untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya. Sementara Biru terus menggenggam tangan Kala untuk memberikan kekuatan, bahwa semua akan baik-baik saja. "Enggak nyangka sih kelihatan polos tapi udah pernah dipakai." "Udah jangan keras-keras nanti orangnya dengar, apalagi ada kembarannya itu." "Lo yakin Kala kembarannya Biru? Kok beda banget! Atau jangan-jangan dia anak pungut? Mana