Meminang!

639 Words
Khumaira memberengut lucu karena ingat kejadian beberapa jam lalu. Dia bersyukur tidak memiliki luka di wajah dan hanya lecet pada pelipis. "Nduk, apa kepalamu sudah tidak berdenyut?" tanya Maryam khawatir sembari mengusap pipi gembil Khumaira. Khumaira tersenyum lalu menjawab, "Alhamdulillah, Khumaira sudah baikkan." "Lain kali hati-hati, Nduk. Ibu sampai tidak kuat melihat dirimu pingsan. Tadi, Masmu datang sembari menggendong dirimu yang tidak sadarkan diri. Ibu sangat khawatir," ungkap Maryam. Khumaira merengkuh Ibunya lembut seraya berkata, "Khumaira, akan hati-hati, Buk. Maaf membuat Ibu khawatir!" "Itu baik, sekarang ayo makan dulu!" "Ngga ah, Buk ....” "Tidak ada penolakan, lagian kamu belum suci, Nduk!" potong Maryam. "Tapi ...." "Ibu, pergi dulu," ujar Maryam. Usai Maryam pergi Khumaira mengambil air untuk minum dan makan dengan tenang. Di lain sisi ada Azzam tampak panik memikirkan kondisi Khumaira. Wajah tampannya tampak jelas raut khawatir. "Le, ada apa?" tanya Aisyah sembari menepuk bahu Azzam. "Ah, tidak ada apa-apa, Bibi," sahut Azzam. "Bohong, ada apa, ayo cerita?!" desak Aisyah. "Mas Azzam, khawatir sama Mbak Khumaira, Ummi," celetuk Syifa. "Hus, ngga boleh meledek Memasmu," tegur Aisyah pada Putrinya seumuran dengan Laila. "Kenyataan, Ummi, Mas Azzam begitu khawatir pada, Mbak Khumaira!" kekeh Syifa. "Syifa!" Sulaiman mulai mendekat. "Abi," rengek Syifa. Azzam mendekat ke arah Syifa lalu menyentil kening sang Adik sepupu. "Yang di bilang, Syifa benar, Bi. Azzam memang mengkhawatirkan, Khumaira," aku Azzam. "Nah kan, benar!" Syifa mengapit lengan kekar Kakaknya. "Kamu terlalu menyayangi, Syifa, Zam. Lihat dia begitu manja," tukas Sulaiman. "Tidak apa, Paman. Lagian Azzam punya 5 Adik jadi terbiasa dengan sikap manja. Tapi, saya nyaris 15 tahun di Kairo dan kurang memperhatikan semua Adikku. Jadi wajar itu semua," papar Azzam. "Iya, Mas Azzam mah gitu, 15 tahun di Kairo pulang ke rumah 5 tahun sekali. Jadi, sekarang harus siap menerima kemanjaan kami," celoteh Syifa. "Kamu ini, Dik. Sepertinya Azzam harus pulang, Bi, Paman dan Syifa. Insya Allah saya akan secepatnya kemari," pamit Azzam. "Mas, serius mau pulang?" tanya Syifa tidak rela. "Serius, Dik." "Hati-hati, Mas!" pesan Syifa. "Insya Allah, Bibi dan Paman terima kasih sudah membolehkan Azzam menginap 5 hari di sini. Assalamualaikum!" pamit Azzam. "Kamu ini kayak apa saja, Zam. Hati-hati di jalan, jangan ngebut dan konsentrasi menyetir. Wa'alaikumssalam!" *** 2 Hari Kemudian! Aisyah dan Sulaiman berkunjung ke rumah Khumaira untuk menyampaikan amanat Azzam. "Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," salam Sulaiman dan Aisyah. "Wa'alaikumssalam Warahmatullahi Wabarakatuh," jawab Zahrana Istri Bahri. Ia mengecup punggung tangan Aisyah dan Sulaiman lalu mempersilakan masuk lalu mempersilakan duduk. "Zahra, siapa yang bertamu sepagi ini?" tanya Bahri sembari menggendong Putranya Dzaki. "Bibi Aisyah dan Paman Sulaiman, Mas," sahut Zahrana lembut. "Bude, maaf tidak menyambut dengan baik," sesal Bahri. Dia meminta Zahrana untuk memanggil Ibu dan Ayahnya di kebun. Sementara Laila sedang mandi dan Khumaira ke toko membeli keperluan. "Tidak apa, Le. Em, Khumaira ada?" tanya Aisyah. "Ada, Bude. Hanya saja sedang di toko, sebentar lagi pulang," sahut Bahri. Mereka mengobrol singkat sebelum Pak Sholikhin dan Ibu Maryam datang. Namun, orang tua Khumaira bersih-bersih dulu sebelum menemui tamu. "Ada gerangan apa, Mbak Aisyah datang kemari?" tanya Maryam. "Hanya main Mbak, sekalian menyampaikan keinginan, Azzam!" sahut Aisyah. Bahri, ikut serta dalam pembicaraan sementara Laila, Zahrana dan Dzaki ada di ruang TV. "Sebenarnya ada apa ini?" tanya Sholikhin. "Begini, apa Khumaira boleh di pinang? Beberapa hari yang lalu keponakan kami Azzam menyuruh kami untuk menyampaikan keinginan dia untuk menikah dengan, Khumaira!" Sulaiman langsung memberitahu maksud tujuan tanpa basa basi. Sontak keluarga Khumaira kaget mendengar perkataan Sulaiman. Mereka saling pandang untuk menanyakan kelebihan ini. "Kami sangat bersyukur mendengar itu terlebih Putri kami hendak di pinang olah, Nak Azzam. Namun, kami tidak bisa langsung menyetujui karena Khumaira sendiri yang menjalani rumah tangga." Sholikhin menjawab dengan tegas penuh wibawa. Dia tidak mungkin membiarkan kehendak membelenggu Putrinya Khumaira. "Assalamu'alaikum," salam Khumaira baru pulang dari toko. "Wa'alaikumssalam, masuk, Nduk!" Khumaira kaget melihat Aisyah dan Sulaiman, ada apa ini, tumben sekali?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD