Kau Cantik Hari Ini

1224 Words
Hai, Geno, bagaimana kabarmu hari ini? Apakah kau masih ingat denganku? Mungkin kalimat itu yang akan sering terucap di surat-surat yang entah akan terkirim kepadamu atau tidak ini. Aku sebenarnya ingin bersedih, tetapi saat mengingat kenangan-kenangan menyenangkan bersamamu, rasa sedih itu perlahan berubah menjadi rasa rindu. Geno, sejatinya kau bukanlah orang jahat, kau bukan orang yang buruk, bukan pula orang yang tidak bisa menghargai orang lain. Kau hanya, hanya orang yang takut kehilangan. Rasa takut yang kau miliki, perlahan membunuhmu, membunuhku, dan membunuh kita. Rasa takut bahwa aku akan berpaling, rasa takut akan adanya orang lain yang mampu membuatku nyaman. Padahal tidak, aku tidak berani sesumbar jika tidak pernah ada orang yang mencoba menyamankan diri padaku. Aku hanya, hanya ingin kau tahu bahwa selama ini hanya kau satu-satunya orang yang aku pertahankan. Tapi entahlah, Geno, kau tidak pernah percaya kepadaku. Ah! Pembahasan ini sudah terlalu jauh. Padahal aku ingin membahas kenangan manis yang ada di awal-awal perkenalan kita. Kenangan yang sangat sayang untuk aku lupakan. Kenangan yang… sangat berharga untukku. Mengingatmu di masa lalu ketika semua masih berjalan manis, lalu kenangan tentang kepahitan bersamamu yang muncul bersamaan, seakan meneguk satu cangkir kopi tanpa gula. Pahit, namun masih bisa aku nikmati. Hadirmu bukanlah sebagai obat yang membuatku sembuh dari luka. Hadirmu ibarat kopi, yang akan menyakiti jika diminum dalam keadaan perut kosong, yang akan membuat terjaga meski raga telah lelah, namun bisa menjadi candu dan kadang tumbuh rasa rindu. Kenangan ketika kita baru pertama kenal, benar-benar mampu menghanyutkanku. Membuatku mampu bermimpi, berangan-angan tentang indahnya menjalani hari-hari bersamamu. Saat itu meskipun kita baru beberapa saat saling mengenal, aku dapat merasakan sebuah getaran yang menjadi tanda jika kau memang untukku. Saat itu, mungkin aku sedang buta. Mungkin juga, kala itu aku belum mengenal apa itu cinta, sehingga salah mengartikan segala rasa tertarik menjadi sebuah rasa suci yang tidak boleh ternoda. Kepolosanku, bertemu dengan buaian indah yang keluar dari mulutmu setiap kali kita beradu kata dalam panggilan yang mulai menjadi candu, perlahan membuatku terlena akan kalimat-kalimat indah yg kau tujukan padaku. Berkali-kali kau membahas dan memuji aksen daerahku yang menurutmu membuat candu. Aku pun mulai tidak memiliki rasa ragu untuk mulai memuji indahnya lantunan suaramu ketika bersenandung menghibur kegundahan yang senantiasa menjadi duri dalam menjalani hari. Kegundahan yang bukan tanpa sebab, karena ada hal-hal yang mengganggu pikiranku. Geno, aku bukanlah gadis yang memiliki banyak teman. Aku hanya seorang gadis yang suka menghabiskan waktu merangkai kata untuk mencurahkan semua buah pikiran menjadi buku yang aku harap dapat mewakili isi hati orang-orang yang tidak sengaja membuka dan membaca apa yang tertulis di dalamnya. Aku berharap, bisa menjadikanmu sebagai salah satu karya indah dengan akhir bahagia hingga maut memisahkan, karena segala pujian untukku yang kau lantunkan melalui lagu, membuat otak polosku berpikir jika kau adalah satu-satunya. Aku masih ingat, sebuah lagu yang memiliki banyak lirik "cantik" yang kau lantunkan untukku. Maksudku, bukan hanya sebuah lagu dengan lirik yang indah, namun kata "cantik" itu berkali-kali tertulis di dalamnya. Kala itu, sebagai gadis yang belum terlalu bersahabat dengan musik, aku tidak tahu judul lagu yang kau nyanyikan. Meski begitu, perasaanku ikut terhanyut mendengar suara serak namun merdu yang mampu memetik bunga mekar di dalam hatiku. "Kau Cantik Hari Ini" adalah judul lagu yang kau lantunkan kala itu. Lagu yang berusia sekitar sepuluh tahun, cukup tua namun masih indah untuk dinyanyikan. Geno, kala itu aku tersipu, benar-benar tersipu. Sesekali bahkan aku rasakan air mata terasa hampir menetes dan berkali-kali pula aku mengusapnya agar tidak membasahi pipi merona yang terlihat seperti apel segar mendengar lantunan lagu yang kau berikan dari ujung sana. Tuhan, salahkah aku jika jatuh hati dengan seseorang yang belum pernah aku temui sebelumnya? Salahkah aku jika menaruh hati kepada orang yang berkali-kali memujiku? Dasar memang hati remaja rapuh yang belum pernah mengenal cinta. Saat aku yang sekarang mengingat betapa mudahnya aku menaruh hati kepada seseorang yang bahkan belum genap satu bulan mengenalku, rasanya aku malu sendiri. Ya, bagaimanapun juga, surat ini aku tulis ketika kita sudah tidak lagi bersama. Sebuah akhir menyedihkan yang sudah aku tulis di awal, menjadikan cerita tentang kita yang aku tulis untukmu bukan menjadi cerita impian yang mungkin tidak akan dilirik oleh orang lain. Bagaimana mungkin cerita dengan akhir yang sudah dibocorkan di awal seperti ini dibaca orang? Tapi aku pun tidak peduli. Karena kisah ini aku tulis dengan istimewa, aku tujukan kepadamu. Aku ingin menunjukkan kepadamu dan kepada dunia, bahwa gadis rapuh yang dengan mudahnya jatuh cinta kepadamu saat itu kini tumbuh menjadi gadis kuat setengah mati, tidak mudah menaruh hati kepada orang lain. Geno, ketika aku ingin menuliskan kisah indah bersamamu, selalu saja ada kenangan buruk yang terbesit di dalam kepala, memantik lagi rasa takut akan sosokmu yang sama sekali tidak bisa aku dambakan. Sosok yang sangat jauh jika dibandingkan dengan pria manis dan tampan yang aku kenal kala itu. Entah sejak kapan kau berubah, Geno. Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya. Memori tentangmu terasa rancu, yang mana kenangan indah, yang mana kenangan pahit, bercampur menjadi satu di dalam kepalaku. Aku harus memilah lagi kenangan-kenangan itu, agar dapat terangkai rapi ke dalam sebuah kisah yang mampu mengundang senyum dan air mata ketika dibaca. Geno-ku Sayang, orang yang benar-benar aku sayang kala itu, aku ingin, aku berharap, sosok hangat yang ketika itu benar-benar membuatku jatuh hati tidak pernah berubah, tetap melantunkan nada-nada indah sambil bercanda denganku. Geno, tahukah kau jika saat ini aku sedang tersenyum sambil menitikkan air mata? Kenapa? Kenapa aku menangis sambil tersenyum? Apakah aku merindukanmu? Tidak, aku tidak merindukanmu. Aku hanya rindu saat kita masih baik-baik saja. Ada satu kenangan yang membuatku tergelitik. Kala itu kau sedang bernyanyi. Aku yang tidak tahu akan lirik yang sedang kau nyanyikan, berlagak mengetahui dan ikut bernyanyi dengan nada sumbang dan lirik yang salah. Seketika kau menghentikan permainan gitarmu, lalu tertawa terbahak-bahak mempermalukanku. Aku malu kala itu, Geno, aku malu! Rasanya ingin menangis dan melarikan diri dari dunia karena tidak ingin kau melihat wajahku lagi, tetapi aku juga tidak ingin kau menjauh dariku. Aku gundah, aku takut, aku yang mulai nyaman denganmu, harus menerima kenyataan jika kau malu mengenal gadis udik sepertiku. Saat itu, pertama kalinya aku menangis karenamu dan di depanmu. Tapi saat itu, bukan tingkah lakumu yang membuatku menangis, melainkan tingkah memalukanku yang pasti menjadi bahan rundungan ketika kau teringat akan kejadian itu. Meski kau tahu aku sangat memalukan, kau tidak menjauh dariku. Bagimu, tingkah memalukanku justru menjadi ciri khas yang tidak dimiliki oleh gadis lain. Ingin ku marah, tetapi kau saat ini sedang memujiku. Entahlah, aku tidak bisa membedakan antara pujian dan rundungan, karena semua terdengar sama. Sama-sama manis, sama-sama menjadi candu. Geno, tidak ada wanita di dunia ini yang kuat menahan seluruh pujian yang dilontarkan oleh pria tampan sepertimu. Sekeras-kerasnya hati perempuan, pasti akan luluh mendengar kalimat indah dan nyanyian merdu darimu. Geno, seharusnya kau bisa mempertahankan sikap manismu, agar perasaan yang sudah kau tanam padaku dapat tumbuh subur. Tapi sayangnya, kau menyia-nyiakan kesempatan yang sudah kau dapatkan. Bukan salahku, bukan juga salahmu. Kita hanya dua insan yang dipertemukan di saat yang salah, saat belum ada di antara kita yang mengerti tentang kehidupan, di mana kita masih saling egois satu sama lain. Tapi, Geno, izinkan aku tetap mengingat dan menulis semua kenangan indah yang terjadi di antara kita. Geno, bisakah suatu saat kau membaca kisah ini? Kisah yang menjadi saksi bagaimana seorang Geno bisa menjadikan gadis polos seperti Nanda berdiri dalam keadaan seperti sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD