SUDAH JINAK

1064 Words
“Dokter, pasien yang kemarin sudah dijadwalkan untuk operasi ternyata kondisinya makin buruk,” lapor seorang perawat pada Irhan. “Kamu sudah katakan pada keluarganya bahwa kalau seperti itu tentu operasi ditunda atau mungkin malah dibatalkan bila memang tak mungkin ada harapan lagi untuk jadi operasi?” kata Irhan di ruang kerjanya. Ruang kerja Irhan adalah ruang kerja semua dokter anak, jadi bukan satu poli khusus untuk dia sendiri, tidak, Irhan tidak punya poli Anak khusus atas namanya. Sejak awal dia memang tidak ingin buka praktik di rumah sakit ini. Dia sudah punya praktik di rumah. Jadi memang di rumah sakit ini dia hanya bekerja dalam satu team dokter anak. Siapa yang tidak hadir maka Irhan akan menggantikannya. Sejak awal Irhan memang tidak ingin berkarir di rumah sakit ini. Jadi bukan karena kasusnya Dewi. Tidak sama sekali. Semua teman-teman dokternya juga sudah tahu sejak awal memang Irhan tidak menginginkan jadi dokter Poli. Dia hanya mau bekerja dalam team dokter anak saja, karena punya praktik sendiri di rumah. Terlebih setelah kasusnya Dewi, dia akan langsung resign dari rumah sakit ini bila tempat praktik di Jogja sudah siap. Tentu saja tidak dalam waktu dekat. Jadi dia masih bolak-balik pengurusan berkas izin dan segala macamnya. Karena belum tuntas, itu sebabnya Irhan belum langsung pindah domisili ke Jogja. “Sudah saya sampaikan Dokter, begitu dapat hasil dari laboratorium saya sampaikan kondisinya kemungkinan tidak bisa langsung operasi lusa, tapi nanti sebaiknya Dokter panggil saja orang tuanya untuk mendapat keterangan resmi. Pasti mereka tidak mau keterangan dari perawat begitu saja,” Irhan sekarang memakai team perawat laki-laki, guna menghindari dikira dia main dengan perawat lain. Dewi dan Winduaji sudah mengundurkan diri. Tentu saja kalau Dewi mengundurkan diri dengan terpaksa, kalau Winduaji dia mendapat SP karena istrinya melaporkan tentang perselingkuhan. Dalam peraturan tentang ketenagakerjaan tidak diperbolehkan hal tersebut dan Winduaji juga akhirnya diselidiki tentang laporan keuangan karena dia adalah manajer keuangan rumah sakit. Istrinya melaporkan gaji yang diterimanya sangat minim sedang laporan dari istrinya juga terlihat bagaimana Winduaji sering pergi liburan baik ke luar negeri mau pun di dalam negeri. Walau hanya di Dieng, Bali atau Lombok, Bromo dan sebagainya tentu itu memerlukan uang yang banyak. Lebih-lebih pergi berdua bersama kekasih. Pasti dia akan memberikan semua yang terbaik dan itu sedang diselidiki oleh team audit independent. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Dokter, ada pasien darurat bagian anak-anak,” Irhan menerima pesan dari dokter piket IGD. “Oke. Saya on the way,” kata Irhan dia langsung menggunakan snellinya yang tadi ditaruh di sandaran kursi. Hari ini banyak pasien untuk Irhan baik di IGD di Poli mau pun di ruang operasi benar-benar sangat melelahkan “Sudah selesai?” tanya Harum seniornya Irhan. “Sudah Mbak, lumayan hari ini panen aku,” kata Irhan. Tampak kelelahan di wajahnya. “Ngopi yuk, apa mau langsung pulang?” ajak Harum, sesame dokter anak. “Siapa takut?” jawab Irhan. Dia memang sangat dekat dengan seniornya tersebut. Sebenarnya seniornya ini juga sosok yang sama dengan Irhan sama-sama disakiti oleh pasangannya. Cuma kalau Harum kejadiannya sebelum dia menikah tiga hari sebelum menikah Harum melihat calon suaminya sedang bercinta dengan ibu tirinya. Tentu saja itu membuat Harum benar-benar tak percaya dan papanya waktu itu langsung kena serangan jantung karena istrinya ternyata adalah kekasih dari calon mantunya. Harum sangat menyesal terlalu buru-buru menerima lamaran calon suaminya ternyata itu memang sudah direncanakan oleh calon suaminya dan ibu tirinya agar mereka mudah bertemu setiap saat apabila Harum menikah dengan lelaki itu. Sampai saat ini Harum sama sekali tidak mau mengenal laki-laki. Tapi dia tetap dekat dengan para adik kelas atau seniornya yang laki-laki. Hanya kalau untuk hubungan personal dia tidak mau. Saat ini usianya sudah cukup matang, sudah 32 tahun dan buat Irhan, Harum itu memang benar-benar kakak yang sejati. Penampilan Harum tak terlihat usianya seperti itu, dia masih terlihat manis seperti gadis berumur 25 tahun saja. Memang usia Harum cukup tua untuk umur gadis, dia sering disebut perawan tua, tapi dia tak peduli, buat apa menikah kalau harus sakit hati?” “Kamu sudah selesai?” tanya Harum saat melewati poli penyakit dalam. “Ini Kak, aku sudah hampir selesai,” kata dokter perempuan yang ditanya Harum. Dia memanggil Harum kakak sedang Irhan memanggilnya Mbak. Banyak panggilan untuk Harum, ada yang memanggilnya Uni, ada yang panggil eneng, Emak bahkan ada yang panggil bude. Suka-suka lah dan Harum enjoy saja. “Ayo aku mau ngopi sama duda ganteng ini, kamu mau ikutan nggak?” tanya Harum. “Aku menyusul setelah berkasku selesai aku tandatangani,” jawab dokter penyakit dalam yang sedang hamil. Dia belum menyelesaikan laporan pasien hari ini. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Irhan akhirnya duduk ngopi bersama tiga dokter lainnya, satu Harum, satu dokter penyakit dalam yg sedang hamil dan satu anak baru, dokter umum yg baru masuk. Obrolan pada dokter tentu berkisar pada pasien, orang tua pasien, atau kerabatnya atau obat atau apa pun tentang dunia yang mereka geluti. “Siapa yang sakit?” tanya Irhan ketika melihat Anto masuk ke cafe sendirian. “Wah aku lupa kamu praktik di sini ya,” jawab Anto sambal memberi toss dengan tangan terkepal. “Nggak praktik sih. Aku di sini dokter sajalah pokoknya. Kalau praktik ya di rumah lah,” jawab Irhan. “Pertanyaanku tadi belum dibales Mas. Kamu ke sini nganterin siapa atau siapa yang sakit?” “Aku bersama Listy dan Mama, keponakan kami baru lahir. Jadi kami menjenguk keponakan yang baru lahir,” kata Anto. “Loh tante ke mana? Tadi katanya sama Listy. Mereka ke mana?” “Biasalah, nyangkut di depan situ, karena ada kerabat lain yang baru datang, Mama tentu nggak mau suruh balik lagi, jadi ngobrol di situ sebentar katanya.” “Kenalkan ini teman-temanku,” kata Irhan dia memperkenalkan tiga dokter yang duduk bersamanya. “Sepertinya aku duduk terpisah deh, daripada nanti ada mama sama Listy terganggu kalian ngobrol.” “Sudah sekarang duduk saja sini dulu, nanti kalau Tante sama Listy datang baru pisah,” Irhan menyodorkan kursi agar Anto duduk bersama mereka. “Aku saja dari tadi diantara tiga cewek cantik ini santai-santai saja masa kamu nggak enak sih?” goda Irhan. “Ya nggak enaklah, kalian ngobrol aku nggak ngerti topik apa yang kalian omongin,” ucap Anto. “Enggak kok enggak ganggu dan kami sudah jinak, nggak gigit lagi,” Harum melontar joke. Anto tertawa mendengar joke seperti itu akhirnya mereka pun ngobrol seakan sudah kena lama, Anto bersama tiga orang temannya Irhan. ≈≈≈≈≈≈≈≈
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD