Tatapan Marah Itu

1635 Words
Pagi ini de Pratomo's berkumpul di meja makan menikmati sarapan dengan anggota cukup komplit, semua hadir kecuali krucil yang masih bersekolah, mereka sudah berangkat lima belas menit yang lalu. Azki yang biasanya sudah berangkat kuliahpun pagi ini masih terlihat santai , itu karena ada peubahan jadwal kuliah pagi menjadi pukul sebelas nanti.. Papa Captain juga ada walau dia sudah memakai seragam lengkap dan sebentar lagi jemputannya pun datang. "Jam berapa nanti presentasinya?" tanya Aris yang memang sudah tahu soal akan ada presentasi hari ini tentang promosi alat terbaru di RS Royal. "Nanti jam sembilan pa," jawab Nino sambil menikmati sarapan paginya. "Wika ikut kan?" tanya Aris pada cucu tertuanya yang menyimak pembicaraan mereka.. "Iya Wika ikut dilibatkan ... nanti kan yanmed yang bekerjasama dengan anak buahnya Aryo." jawab Nino. Aris terlihat menggangguk lalu menatap ke arah Wika. "Wika harus banyak belajar untuk urusan seperti ini yaa ... bukan hanya urusan ugd, tapi pekerjaan di manajemen harus paham banget, kamu harus terlibat langsung. Siapa pic-nya No?" tanya yangpa lagi. "Masih bawahannya divisi Aryo, bagian perencanaannya." "Eh iya, apa kabar Aryo, sudah menikah lagi dia?" tanya Aris. "Belum kayaknya, aku mau nanya juga nggak enak lah. Tapi kalau dia menikah pasti kasih tahu ke kita." "Yangpa kenal sama Pak Aryo?" tanya Wika penasaran karena yangpa sudah sangat jarang ke rumah sakit tapi seperti mengenal pak aryo secara pribadi. "Ya kenal lah, papanya itu dokter dan teman yangpa dari kuliah dulu, Aryo ini tidak berminat jadi dokter, dia dulu sekolahnya bisnis, jadi yangpa tarik aja dia ke manajemen Royal. justru adik perempuannya yang jadi dokter tapi di Bali," jelas Aris pada Wika. "Tadi yangpa bilang belum menikah lagi, maksudnya pak Aryo itu duda?" "Iya istrinya meninggal kecelakaan sama anaknya beberapa tahun yang lalu, jadi dia sendiri sekarang." "Tapi masih kelihatan muda kok." "Aryo itu lebih tua sedikit dibanding Ana, Nama papanya dokter Anton, dosennya Om No juga ... kamu nggak dapet ya sama dokter Anton?" tanya Aris pada Wika dan jawab dengan gelengan kepala karena seingatnya tidak ada dosennya yang bernama dokter Anton. Setelah ngobrol panjang lebar akhirnya Wika berangkat ke rumah sakit lebih dulu dari pada Nino dan bersamaan dengan mobil jemputan papanya tiba. Wika itu persis dengan Owie papanya, dulu dia tidak suka terburu-buru kalo pergi sekolah dan sampai sudah bekerja seperti sekarang pun masih begitu, apalagi hari ini ada meeting jam sembilan, jadi sebelum jam tujuh dia sudah harus jalan. Sesampainya di rumah sakit Wika langsung naik ke ruangan yanmed di lantai lima, dan lantai lima masih kelihatan sepi karena jam kerja di manajemen memang jam setengah sembilan, berarti masih satu jam lagi. Wika menghabiskan waktu untuk membuka laptop dan memeriksa email - email yang masuk dan membaca dan mempelajari tentang peralatan baru yang akan mereka promosikan di Royal. "Selamat pagi Dok," sapaan itu membuat Wika mendongak melihat ke arah pemilik suara yang barusan saja masuk ke dalam ruangan yanmed. "Pagi," jawabnya, ternyata Arnela yang baru saja datang. "Pagi sekali dok? Saya pikir saya orang pertama yang datang. "Kan kita mau meeting, supaya nggak terlambat," jawab Wika datar saja. Tiba-tiba ada panggilan di hp-nya dari UGD. Ternyata ada beberapa pasien yang baru tiba di ugd karena terjadi kecelakaan, dan Wika diminta datang ke UGD untuk membantu dokter jaga di sana. "Nel ... saya harus ke UGD ada gawat darurat, katanya ada kecelakaan dan banyak korban yang dibawa ke ugd kita." "Oh pantes tadi macet, berarti kecelakaannya dekat sini," sahut Arnela. "Kalau saya terlambat meeting tolong sampaikan saya di UGD dan akan segera menyusul, tolong wakili dulu ya," ucap Wika sambil memakai snellinya Sebelum turun ke bawah. "Oke baik dok," jawab Arnela. Wika pun langsung turun ke lantai dasar menuju UGD. Ternyata memang ramai sekali disana. Terjadi kecelakaan sebuah mobil angkutan umum dengan kecepatan tinggi menabrak motor dan pedagang yang dilewatinya. Ada kurang lebih sepuluh orang korban kecelakaan tersebut. Dokter Wina dan dokter Raka yang berjaga terlihat sedikit kewalahan walaupun dibantu beberapa orang perawat, sangat beruntung Wika sudah sampai di rumah sakit lebih awal jadi bisa membantu teman sejawatnya itu. Sementara itu dari lantai empat... Keempat Srikandi yang menjadi andalan Pak Aryo tampak sedang menikmati sarapan pagi. Hari ini yang membawa sarapan adalah Tika. Mereka ini sangat kompak setiap hari mereka bergantian membawa sarapan dari rumah untuk dimakan bersama. "Tadi macet banget ya," ucap Ema membuka pembicaraan. "Ada kecelakaan dan korbannya kan dibawa ke rumah sakit kita," jawab Tika "Oh di mana? Aku nggak lihat ada kecelakaan cuman dapat macetnya aja," tanya Ema. "Di depan BRI, ada angkot nyeruduk. Kayaknya sudah dibereskan karena takut macet pagi-pagi, sisanya aja masih bikin macet," jelas Tika. "Jen kok nggak abis lagi sih makannya?" tanya Ema setelah melihat nasi bogana Jenny masih bersisa setengah. "Too much , ada yang mau?" tanya Jenny. "Sini, " jawab Ani sambil menarik bungkusan nasi bogana milik Jenny. Ani memang spesialis bersih-bersih sesuai dengan bentuk tubuhnya yang seperti bass betot. "Pantes aja bodi cakep gitu Jen," puji Ema. "Aku nggak bisa makan banyak, secukupnya yang penting gak lapar," jawab Jenny beralasan. "Morning ladies," sapa Pak Aryo yang tiba-tiba datang. "Selamat pagi Pak, sarapan Pak," Ani berbasa basi dengan pak Aryo. "Saya sudah sarapan terima kasih," jawab Pak Aryo lalu berlalu ke ruangannya. "Kalau duda itu sarapan apa ya kira-kira?" katanya Ema sambil berbisik. "Duda kan manusia ya pasti makanannya juga makanan manusia dong, nggak mungkin pelet ... kayak ikan dirumah gue tuh," jawab Tika, walaupun dia heran dengan pertanyaan Ema tapi tetap dijawab sama dia. "Bukan gitu ... salah nanya gue, maksudnya siapa yang nyiapin sarapannya." "Mau gua tanyain? Gue samperin nih ruangan Pak Aryo." "Yaelaa Tik ... nggak usah pake nyamperin apalagi sampe nanya, lo jawab aja suka-suka elo ... gue percaya aja deh." "Ya pembantu lah, masak model Pak Aryo dia menyiapkan sarapan sendiri, bisa kusam kulit mulusnya." Ani tertawa mendengar gibahan teman-temannya pagi ini, sedangkan Jenny hanya tersenyum. "Jangan senyum doang Jen," ucap Tika. "Terus aku harus apa?" "Eh Jen, lo nggak boleh naksir Pak Aryo ya, dia sudah di tag sama Ani," bisik Tika tapi masih bisa didengar oleh yang lain. "Eh Kucing Garong, mana bisa lo larang - larang Jenny, lagian ya nggak mungkinlah Pak Aryo picek matanya, dia bisa bedain bistik sama pecel lele," jawab Ema seenaknya. Mereka Tertawa lagi mendengar perumpamaan yang disampaikan Ema, termasuk si pecel lele. "Cakep banget lo ngatain gue pecel lele," ucap Ani tapi tetap saja tertawa. Mereka mengakhiri sesi makan pagi karena lima menit lagi jam kerja sudah di mulai. Kemarin mereka sudah mempersiapkan bahan presentasi dan semua dipegang oleh Tika karena nanti dia yang menyiapkan bahan selama Jenny menyampaikan rencana kerja mereka. "Sudah siap? Kita naik sekarang," ajak pak Aryo menghampiri ruangan Jenny. "Ya siap pak," jawab Jenny sambil mengambil blazer hitamnya untuk dipakai sekarang. Jenny keluar ruangan ternyata pasukannya sudah siap dengan bawaan masing - masing, dan mereka menuju lift untuk ke lantai lima. "Nanti kamu yang memperkenalkan tim kamu ya Jen, saya hanya memperkenalkan kamu aja." "Iya pak." jawab Jenny, tanpa mereka sadari ke tiga orang lain yang bersama mereka saling lirik. 'Ting' Lift yang membawa mereka sudah tiba di lantai lima dan mereka langsung menuju ruang meeting. Ini meeting pertama Jenny dengan direktur utama karena baru ini pekerjaan khusus yang dibuatnya, selama ini hanya pekerjaan reguler dengan pak Aryo saja. Mereka lebih dulu tiba karena memang masih sepuluh menit lagi. Hanya berjarak lima menit, tim yanmed datang yang diwakili Arnela dan Fitri. Jenny berkenalan dengan mereka karena cuma dia yang belum kenal, kan dia baru disini. Tidak berapa lama dua orang berjas putih khas pakaian dokter masuk ke dalam ruangan meeting, tertulis dengan bordir N.Mahendra dan malik di d**a kanan pada jas mereka. "Selamat pagi Dok ..." sapa pak Aryo terlebih dahulu dan menyalami dokter Nino diikuti yang lain. "Dokter Wika mana?" tanya Nino yang tidak melihat Wika sang keponakan. "Setengah jam lalu dipanggil ke UGD dok, ada banyak pasien korban kecelakaan, dokter jaga minta tambahan tenaga, jadi dokter Wika kesana, katanya kalau sudah selesai akan langsung menyusul kesini," jawab Arnela yang memang tadi sudah dititip pesan oleh Wika. "O iya, apa korban kecelakaan di dekat BRI itu ya, tadi macet sekali," tanya Nino. "Ya betul dok," jawab pak Aryo. "Ok baik, kita mulai saja ya, yanmed diwakili oleh .." "Arnela dan Fitri dok," jawab Arnela yang paham dokter Nino tidak akan mungkin mengingat nama mereka berdua. "Ok ..silahkan pak Aryo, dimulai saja," Nino mempersilahkan. "Baik, selamat pagi semua, assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, pagi ini kita meeting perdana dengan dokter Nino selaku direktur utama Rumah sakit Royal dan dokter Malik selaku wakil direktur umum, untuk project promosi dan pengenalan ke publik alat untuk pemeriksaan jantung yang terbaru dari Jerman. Perkenalkan ini saudari Jenny Athira Russel, yang menjadi PIC project ini bersama timnya yang nanti akan di perkenalkan langsung oleh saudari Jenny, untuk mempersingkat waktu, saya persilahkan ke saudari jenny menyampaikan rencana kerjanya." Pak Aryo menyudahi pembukaan yang baru disampaikannya. Jenny tersenyum percaya diri setelah selesai namanya disebut. "Selamat pagi, maaf saya terlambat ..." Suara Wika membuat semua peserta meeting menoleh, tapi hanya satu orang yang tertegun, "Masuk dokter Wika, belum terlambat, ini ibu atau mbak Jenny ini saya panggilnya, masih muda sekali kayaknya." tanya Nino. "Jenny saja dok," jawab Jenny setelah bisa menguasai kekagetannya. "Oke, ini dokter Wika yang bertanggung jawab di yanmed," Nino memperkenalkan Wika dan mereka bersalaman. Wika duduk persis didepan Jennny dan itu jelas membuat pikiran Jenny langsung buyar semua. "Oke silahkan di mulai Jen ..." ucap dokter Nino. Bukannya Jenny tidak bisa presentasi, dia paling jago urusan ini sejak dulu, apalagi penyusunan rencana kerja ini sebagian besar hasil idenya, tapi sekarang untuk memulai bicara saja dia susah, tatapan tajam penuh kemarahan itu lebih dahsyat daripada efek kemo yang pernah dijalaninya. Rasanya dia ingin menarik waktu kebelakang, disaat pak Aryo memintanya membuat draft rencana kerja, dia akan menjawab tidak sanggup saat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD