Perjalanan Religi

1418 Words
"Yayang cantik banget," begitu ucap Ririn melihat yayang memakai hijab panjang sebelum kami berangkat ke bandara. "Adek juga cantik," Jawab yayang sambil memeluk Ririn. Pagi ini kami akan berangkat ke tanah suci untuk melaksanakan umroh. Jadwal keberangkatannya pukul 11.00 pagi . Ini pengalaman pertama untukku dan Azki berangkat ke tanah suci, bagiku perjalanan ini merupakan tujuan dan waktu yang tepat untuk ke sana, tujuan utamaku untuk beribadah tapi aku juga akan mengadukan semua kegalauanku dan minta petunjuk kepada sang maha pencipta , terimakasih kepada yangpa yang sudah memberi ide perjalanan spiritual ini padaku dan Azki. "Kok yayang pake baju muslim, yangpa, abang sama mas kok pake baju biasa?" "Yang laki - laki nggak apa - apa pake baju kemeja gitu dek, karena kan ke Medinah dulu, nggak langsung umroh. Nanti kalo sudah disana bisa pake baju koko." "Owh..." "Ngerti nggak...cuma owh doang," sahut Owka meremehkan adiknya. Memang kebiasaan Owka suka sekali cari gara- gara dengan Ririn. "Ngerti lagi aaa'.... aku kan pernah juga simulasi haji di sekolah," jawab Ririn agak keras. "Pasti bingung liat abang nggak pake baju putih itu kaaan...tapi malu nanya."ejek Owka lagi. Aku hanya menggeleng melihat kelakuan adikku yang satu itu. "Nggak...nggak bingung, kan kata yayang belum langsung umroh." "Wah pinter adek..." sahut yayang menyudahi perdebatan cucunya yang selalu terjadi, ini belum tambah Kana yang belum datang. "Koper udah siap semua ya ... udah naik mobil kan?" tanya yangpa yang sedang sarapan. "Sudah yangpa, tapi yang punya Azki naik mobil Om Nino." jawabku. Baru saja dibicarakan orangnya muncul. Om Nino sekeluarga sudah tampak rapi hendak mengantar kami ke bandara. Sementara itu papa dan mamaku belum datang dan masih di rumah. "Ayo sekalian sarapan," ajak Yayang Ternyata mereka sudah sarapan di rumah, hanya Kana yang mengambil sereal dan s**u. "No, tolong urusin Ana dulu ya... hari Selasa depan dia datang ke sini, Mama kan pulang Kamis dia nanti operasinya hari Jumat." "Iya, aman," jawab Om Nino. Auntie Ana adik papaku yang paling kecil memang mau melahirkan. Tanteku itu memang tinggal di Bandung, rencananya minggu depan dia akan melahirkan secara Caesar di Rumah Sakit Royal Jakarta, ini lebih cepat dari jadwal yang seharusnya karena kehamilan kembarnya. Dua minggu yang lalu kami menemani yangpa dan yayang ke Bandung untuk membujuk auntie supaya mau melahirkan disini, aku mendengar mereka membicarakan itu, tapi waktu itu auntie diam saja seperti tidak berkenan, dan entah apa yang terjadi pas sarapan besok paginya auntie bilang dia akan melahirkan disini. Waktu itu belum ada pembicaraan soal umroh, dua hari setelah dari Bandung baru kami bicara soal liburan dan umroh lalu yangpa memutuskan langsung berangkat dan pulangnya sehari sebelum auntie operasi Caesar. Setelah menyelesaikan makan pagi tepat jam 07.00 kami meluncur keluar dari rumah menuju bandara Soekarno Hatta Jakarta. Rombongan umroh kami memang hanya berempat, semua sudah diatur oleh travel milik Budhe. Kami menumpangi pesawat Garuda Indonesia, sayangnya bukan Papa yang menjadi pilot kami hari ini karena memang papa tidak punya rating pesawat yang akan kami tumpangi nanti. Setelah tiba di bandara ternyata pihak travel sudah menunggu kami di lobby bandara bersama dua orang Porter dengan trolley barang masing - masing.. Begitu turun dari mobil barang-barang kami sudah diambil alih oleh para Porter dan petugas travel bernama Wandi yang akan mengurus semua urusan kami selama di bandara. Seperti biasa restoran yang dipilih Ririn akan menjadi tempat duduk kami sambil menunggu proses check in, kami benar - benar hanya duduk manis disini. Tiba-tiba aku teringat beberapa minggu yang lalu aku ada di sini waktu mengantar Jeje berangkat. Ah...Jeje.. "Sudah semua pak ... ini boarding passnya sama tag bagasinya, kalau mau masuk langsung ke lounge boleh silakan," Pak Wandi yang mengurusi boarding pass dan bagasi kami sudah datang. "Masih setengah jam lagi ... nggak apa-apa sama anak cucu aja di sini," yangpa menolak tawaran untuk masuk lounge. Owka, Kana dan Ririn sibuk dengan makanan ala bento yang mereka pilih, sedangkan yang lain hanya memesan minuman saja karena baru saja makan pagi. "Abang, Mas ...nanti yangpa sama yayang nya dijagain ya," pesan Om Nino. "Iya Om," jawabku. "Abang nanti bawa oleh-oleh apa buat aku?" tanya Ririn. "Bawain unta aja bang buat adek," sahut Kana. "Iishhh mas Kana nyebelin deh." "Iya nanti abang bawain apa ya..." tanyaku sambil bepikir. "Bawain Barbie Arab aja bang," sekarang Owka yang menyahut. "Emangnya ada Barbie Arab?" tanya yangpa. "Ada namanya fulla, dulu mama udah pernah beliin kok... aku udah punya," jawab Ririn dan membuat Owka sedikit tercengang karena candaannya ternyata benar-benar ada. "Serius itu?" tanya yangpa. "Iya Pa ada kok, Ririn udah punya," jawab mama. "Coklat batu ya Bang..." " Iya nanti Abang beliin," jawabku atas permintaan adikku yang memang selalu banyak mau dan tidak ada yang bisa menolak permintaannya. Yayang sempat juga melakukan panggilan video dengan auntie Ana sebelum kami diajak yangpa untuk masuk. "Udah yuk ... kita berangkat dulu biar santai masuk imigrasinya," ajak yangpa. Kami pun berdiri dan pamit dengan seluruh anggota keluarga. * Perjalanan dengan yangpa memang luar biasa, first class menjadi pilihan untuk penerbangan kali ini. Aku duduk bersebelahan dengan Azki. Yangpa dan yayang ada didepan kami. Dari pengumuman yang disampaikan pramugari tadi perjalanan kami akan memakan waktu kurang lebih 10 jam lamanya. "Kalau sama pasangan 10 jam nggak berasa ya bang, kayak yayang sama yangpa ... Kayak abang dulu sama si bule waktu dari Jepang," bisik azki. Entah apa maksud pembicaraannya itu, sebenarnya dia mau membicarakan soal yayang dan yangpa atau sedang menyindirku? "Jadi kalau duduk sama Abang jadi berasa lama banget 10 jamnya ya, begitu maksudnya?" tanyaku dengan nada sedikit sinis. "Sensitif banget sih Bang... ntar banyak doa aja di sana biar ketemu lagi sama si bule. Aku bantuin doanya biar kenceng bang!" Azki memang berisik, tapi lumayan juga menghibur selama perjalanan yang lama ini. Dulu Papaku pernah bilang, aku dan Azki ini mirip papa dan Om Nino. Pesawat bergerak mundur atau biasa yang disebut push back, itu berarti 10 jam yang dimaksud sudah dihitung mulai sekarang. Video peragaan keselamatan penerbangan pun mulai dipasang, kami menyimak dengan seksama. Ternyata traffic cukup ramai pagi ini, aku melihat dari jendela disebelahku kami mengantri untuk take off. Kurang lebih 15 menit kami mengantri akhirnya pesawat pun mengudara meninggalkan Indonesia. Sepanjang perjalanan aku melihat - lihat buku panduan umroh, walau nanti disana ada ustad yang membimbing kami, tapi kalau sudah familiar dengan bacaannya tentu saja jadi mudah. Saat bosan membaca, aku membuka lagi hapeku untuk melihat foto maupun video - video Jeje dulu ... aku lagi mode kangen sepertinya. "Eet daaah ... kirain khusyuk ngapalin doa ...nggak taunya lihat video cewek," ucap Azki yang rupanya menjolorkan lehernya karena penasaran melihat aktivitasku. "Kepo ih." "Abang tuh yang mancing kekepoan aku, tadi nyuruh aku baca buku bimbingan ... nggak taunya lagi mandangin orang yang ntah dimana, mana pake senyum - senyum lagi ... aku kira buku bimbingan umroh kita beda, kenapa buku punyaku nggak ada lucu - lucunya?" "Jeje cantik ya Ki .." aku mengabaikan ocehannya dan tidak tahan untuk tidak membagi bahagiaku lalu memperlihatkan foto candid Jeje waktu di Pim. "Bang ... cewek di dunia buanyaaaak. Lihat aja tuh mbak - mbak pramugarinya aja cakep ... ya tua-an dikit dari kita tapi masih oke bang, belum lagi ntar cewek Arab bang ... beuuh," ucap Azki seolah - olah menjadi lelaki pencinta wanita. "Kita tuh keturunan ganteng sholeh bang ... bawaan juga keren ...jangan mau di bo'ongin sama satu cewek ... pake ditinggalin pula, yaelah bang ....malu sama yangpa." bisik Azki lagi yang tentu saja bermaksud memanas - manasiku. "Memangnya kamu udah punya cewek dengan jual tampang ganteng kamu itu?" tanyaku penasaran. "Ah abang nggak paham nih, yang naksir kita pasti banyak bang, tinggal pilihan kita ... mau macarin atau nggak. Kalo nggak niat pacaran ... ya skip aja, ganteng bukan berarti harus punya pacar kan?" "Beda prinsip!" ucapku singkat. "Jadi kalo kayak case abang gini gimana? Dia menghilang, abang mau nyariin juga susah ... ke Jepang bukan kayak dari rumah yangpa ke Blok M yang tinggal teriak ..'aku pergi ya' trus orangtua kita ngizinin pergi, susaaah bang... mari kita anggap si bule udah nggak cinta sama abang dan dia nggak enak mau pamit, bisa jadi dia sebenarnya kasian sama abang, takutnya kalo di pamitin ntar nangis guling - guling, sementara abang sekarang melow melow ...rugi bang. Ketahuan jangan dipacarin waktu itu, nggak sakit hati kayak sekarang." ucap Azki sangat bersemangat dan aku sempat juga melotot mendengar omongannya, enak aja dia bilang Jeje udah nggak cinta ...dan apalagi tadi, nangis guling - guling? Kacau nih bocah. Belum sampe tanah suci sudah ada cobaan nih aku, si Azki.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD